Nana menjemput Omil beberapa hari kemudian. Kucing kecil itu sudah sehat dan ceria lagi. Beberapa hari ini bukan hanya Nana yang gelisah, Cleo induk Omilpun kerap membuatnya senewen.Kucing itu berkali-kali menggaruk-garuk pintu kamarnya seakan-akan menanyakan anaknya. Sedangkan Glacie pun turut ketularan kegelisahan Cleo. Hanya Yuki dan Kimy serta Tony yang tidak peduli.Glacie kerap bermain bersama Omil dan Yuki. Ketiga kucing kecil itu meski berbeda jenis dan ukuran tetapi sangat dekat. Mereka seperti memiliki ikatan yang kuat.Cleo segera berlari menyambut Omil dan menjilatinya dengan sayang, begitu Nana melepaskan Omil dan membiarkannya membaur dengan induk dan kucing-kucing lainnya."Omil, lihat tuh mamamu kangen." Nana tertawa sembari menggaruk-garuk leher Cleo.Dia duduk di dekat kucing-kucingnya dan bermain bersama mereka. Mbak Siti hanya menggelengkan kepalanya. Dia sudah terbiasa dengan keakraban Nana dan hewan-hewan berbulu itu.Nana sangat telaten merawat kucing-kucing itu
Nana menyeret travel bagnya, menelusuri koridor Bandara Chang'i yang menuju keluar. Bandara yang merupakan salah satu bandara tersibuk di kawasan Asia itu, dipenuhi lalu lalang para penumpang, calon penumpang dan para penjemput.Perlahan Nana menuju pintu keluar bandara yang menuju ke stasiun MRT. Dia selalu melanjutkan perjalanan ke kawasan Chinatown dengan menggunakan MRT.Meski ada bus dan taxi tapi dirasanya lebih nyaman dengan menggunakan transportasi umum seperti MRT. Selain mudah dan terjangkau, pelayanan dan keamanannyapun terjamin.Setelah selesai dengan segala urusan imigrasi, Nana menyiapkan kartu Ezlink untuk naik MRT. Cukup lama tinggal di Singapura dan harus sering mondar-mandir ke negeri Singa ini membuatnya familiar dengan kehidupan di sini.Chinatown adalah tujuannya, karena tokonya berada di kawasan yang ramai itu. Setelah membeli tiket MRT jurusan Tanah merah dan Teluk Ayer sekaligus, dengan mendorong travel bagnya dia menuju peron menunggu kedatangan MRT yang henda
Sudah melewati tengah malam saat Nana menutup pintu toko rotinya. Jeny sudah pulang sedari tadi. Nana sengaja duduk seorang diri di sudut tokonya, menikmati pemandangan malam di Ann Siang Hill.Salah satu kawasan Pecinan yang cukup populer di Singapura ini menjadi tempat favoritnya semasa bekerja di negeri ini. Waktu itu dia baru lulus dari studynya dan mendapatkan tawaran untuk magang di sebuah hotel di kawasan CBD, Singapura.Mengingat masa-masa itu membuatnya sedikit merindukan masa lalunya. Jika diingatnya dengan baik, sejujurnya ada banyak hal yang pernah terjadi sepanjang hidupnya.Masa kecilnya yang di sebuah kampung kecil yang tertinggal dan berada di tengah keluarga besar yang hiruk pikuk menjadi salah satu bagian terindah dalam hidupnya sekaligus meninggalkan trauma yang membekas hingga kini.Eyang putri, ibu dari ibu kandungnya, telah banyak meninggalkan bekas-bekas kebencian dan rasa malu yang sulit dilupakannya. Tak terbilang beberapa kali wanita tua itu membuatnya menangg
Erick masih sibuk berkutat dengan laptopnya. Ada beberapa hal yang masih harus dikerjakannya meski sudah larut malam."Nyong, ini kopinya." Seorang wanita membawakan kopi dan camilan untuknya."Terimakasih Mi." Erick mendongak dan menatap wanita yang kini duduk di sebelahnya."Sudah malam, apa nggak sebaiknya nyong tidur saja?" Ucap wanita itu dengan lembut.Tangannya bergerak pelan menyentuh rambut Erick. Ditatapnya putra sulungnya itu dengan penuh kasih sayang."Masih banyak pekerjaan mi." Sahut Erick sembari mengambil cangkir kopinya.Perlahan disesapnya minuman favoritnya, terutama jika sang ibunda yang membuatkannya. Meski sekarang diapun mulai kecanduan kopi buatan si ikan, tapi tetap saja kopi buatan mamilah yang paling enak.Tiba-tiba terbersit sebuah ide untuk mengirim pesan pada si ikan. Biasanya tengah malam seperti ini, wanita cantik itu belum tertidur.Erick mengambil foto cangkir kopi dan cemilan di atas meja makan dan mengirimkannya pada Nana. Namun, si ikan rupanya tel
@Erick[Ada mami, sayang]Nana menatap smartphone-nya sembari mencebikkan bibirnya. Sejujurnya dia merasa kesal dengan sikap si kucing garong malam ini. Tapi di sisi lain dia dapat memaklumi, karena sudah seharusnya Erick menghabiskan waktunya saat ini bersama ibu dan keluarganya.@Nana[Iya mpuss][Nggak apa-apa][Aku bobok dulu ya][Besok pagi harus buka toko pagi-pagi sekali]@Erick[Maaf ya sayang][Nanti ada waktu Abang vc ya][Abang juga kangen kok][Tapi Abang juga pengen ngobrol sama mami]@Nana[Iya, aku ngerti kok][Masih ada waktu lain kali mpuss]@Erick[Kalau sempat nanti Abang nyusul Singapura][Atau kamu nyusul ke Papua?]@Nana[Abang saja yang ke sini]@Erick[Oke][Abang temani mami dulu ya][Bye ikan]@Nana[Bye Mpuss]Erick meletakkan smartphone-nya dan kembali menyesap kopinya."Kopi buatan mami selalu enak dan nikmat, nggak ada yang bisa menandingi." Erick tersenyum dan menatap sang ibunda."Bisa saja kau Nyong." Mami tersenyum lembut, meski jelas dia sangat terha
Aroma harum kopi dan kue yang baru saja keluar dari oven menguar dan menggoda siapa saja yang melewati sudut jalan di Ann Siang Hill. Beberapa wisatawan atau penduduk lokal yang baru saja berolahraga pagi di Ann Siang Hill park, mampir ke toko roti milik Nana yang selalu buka di pagi hari."Morning!" Seru seorang lelaki setengah baya saat memasuki toko."Morning Sir." Naina segera menyambutnya dengan ramah.Nana hanya tersenyum memperhatikan dari jendela yang ada di dapur. Beberapa saat lalu dia harus membuat promosi untuk menarik perhatian pengunjung toko. Sekarang tanpa promosi apapun pengunjung tokonya datang silih berganti."Seperti biasa, kopi hitam panas dan dimsum vegetarian serta toast." Pria asing itu memesan dan Naina melayaninya dengan ramah dan cekatan.Nana memutuskan untuk memadukan konsep modern dan tradisional. Selain kue-kue dari eropa yang populer, tokonya juga menyediakan aneka dimsum dan cemilan tradisional baik dari China, Melayu maupun India.Singapura merupakan
Nana menelusuri gerai demi gerai di Far east plaza, Orchard road. Sesekali dia berhenti ketika ada sesuatu yang menarik perhatiannya.Kawasan yang merupakan salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Singapura yang terkenal. Dia selalu menyempatkan diri untuk berbelanja atau sekadar berjalan-jalan di salah satu kawasan yang sangat populer ini.Jarak yang tidak terlalu Jauh antara Chinatown dan Orchard road yang hanya sekitar sepuluh hingga lima belas menit dengan menggunakan MRT membuatnya memiliki cukup banyak waktu untuk bersantai dan berbelanja.Far East Plaza di Orchard Road adalah salah satu kompleks perbelanjaan tertua di Singapura. Sebuah Kompleks perbelanjaan favorit para wisatawan ataupun penduduk lokal, terutama kalangan anak muda.Di sini merupakan tempat yang cocok untuk mencari barang yang murah sekali beli dari desainer tak dikenal. Sekitar delapan ratus gerai ritel menempati pusat perbelanjaan enam lantai para pengunjung yang mencari barang-barang unik.Nana berhenti di s
Tania tersenyum puas. Paper bag berlogo salah satu toko perhiasan yang cukup populer di negeri singa itu ditentengnya dengan santai. Mengedarkan tatapan matanya mencari sosok sang suami.Di sudut toko tampak Erick yang duduk dengan santai tanpa mengalihkan perhatiannya dari smartphone-nya. Diapun tak menyadari kehadiran istrinya yang berdiri tepat di hadapannya."Pi!" Sentak Tania.Erick terkejut, namun hanya meliriknya sekilas. Melihat sang istri telah menenteng paper bag, tanpa bertanya dia berdiri dan memasukkan smartphone-nya ke saku celananya.Tanpa mengatakan apapun Erick berjalan mendahului sang istri. Tania tertegun. Kali ini Erick tidak bertanya ataupun mengomel, dia juga tetap berada di toko tidak meninggalkannya seperti kebiasaannya jika dia bosan menunggunya berbelanja.Tania menggelengkan kepalanya tidak peduli. Yang terpenting apa yang diinginkannya sudah didapatkannya. Disusulnya langkah kaki sang suami yang berjalan santai di depannya. Berusaha mensejajarkan langkah aga