Home / Romansa / Tetangga Manisku / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Tetangga Manisku: Chapter 1 - Chapter 10

104 Chapters

Kejutan Di Pagi Hari

"Alvin!" Erick memanggil putranya yang baru berusia sepuluh tahun. Dia sudah bersiap hendak berangkat ke kantor sekalian mengantarkan sang putra pergi ke sekolahnya. Erick memindai carport dan sekitarnya mencari keberadaan putra tunggalnya itu. Namun cukup lama bocah laki-laki itu tak menampakkan batang hidungnya. "Hadew Alvin! Itu kucing siapa? Turunin, nanti baju seragam kamu kotor lho!" Teriakan Tania, istrinya, dari halaman samping rumahnya mengejutkan Erick. Setengah berlari Erick mendatangi keduanya. Tampak Alvin tengah menggendong seekor kucing berbulu putih dan bermata biru dengan senang. Sementara Tania membujuknya untuk melepaskan kucing itu. "Nggak kotor kok Mi. Kucing Tante Nana bersih semua kok." Protes Alvin dengan polosnya. Mendengar jawaban putranya, Tania hampir saja meledak dalam kemarahan. Ditariknya kucing itu dari gendongan Alvin. Seketika kucing itu mengeong keras. "Meow meow!" Kucing itu meronta hendak melepaskan diri dari dekapan Alvin, namun Alvin memegan
last updateLast Updated : 2022-11-30
Read more

Nana Imut Tengah Cenat-Cenut

Nana menjatuhkan tubuhnya ke sofa empuk di ruang tamu. Otaknya masih dipenuhi tanda tanya yang dia sendiri tidak bisa menjawabnya. "Tadi beneran Bang Erick kan? Kok bisa dia di sini? Bukannya dia di Papua?" Nana meletakkan telapak tangannya di atas dahinya. "Apa aku chat abang ya? Memastikan itu memang dia? Aduh kok aku jadi puyeng begini?" Nana kini memejamkan matanya masih dengan telapak tangan di dahinya. "Eh ibu kenapa kok lemas begitu?" Mbak Siti, asisten rumah tangganya terkejut melihatnya terduduk lemas di sofa. Wanita setengah baya itu segera menghampirinya dengan sapu dan kemoceng di kedua tangannya. "Ibu nggak kesurupan kan?" Mbak Siti menatapnya cemas. "Hadew Mbak Siti! Ya nggaklah! Saya pusing, kepalaku cenat cenut rasanya." Keluh Nana yang kini memijit dahinya. "Kenapa lagi Bu? Disuruh nikah lagi sama kanjeng mami? Atau ada yang cemburu takut suaminya direbut ibu?" Mbak Siti bertanya dengan santai sambil membersihkan kaca jendela-jendela ruang tamu dengan kemocengny
last updateLast Updated : 2022-12-01
Read more

Dua Tahun Lalu

Nana masih termenung menatap smartphone-nya yang tergeletak di atas meja. Kopinya yang sudah mulai mendingin dan kue tiramisu yang sudah tidak lagi menggugah selera makannya, tak disentuhnya lagi. Lapar yang tadi sempat melilit perutnya kini menguap entah kemana. Nana teringat saat pertama berkenalan dengan Erick. Pria yang dikenalnya dalam salah satu game online yang digemarinya. Pria yang kerap menggodanya dan membuatnya terbuai dalam sebuah angan yang membuatnya melayang, meski hanya di dunia maya saja. Erick awalnya hanyalah teman diskusi yang menyenangkan. Dengan kepandaiannya dan wawasannya yang luas, dia tidak hanya menjadi teman berbincang seputaran game saja, namun juga dalam banyak hal. @Erick [Nana] [Sudah menikah?] Pertanyaan yang tiba-tiba dilontarkannya setelah mereka asyik berdiskusi tips dan trik game serta ngobrol-ngobrol ringan saja. Awalnya Nana enggan untuk membalasnya. Berbicara mengenai statusnya kerap membuat dirinya merasa canggung. Selama berkelana di du
last updateLast Updated : 2022-12-04
Read more

Lagi-Lagi Karena Omil

"Aaah, minggir ih!" Teriakan wanita dari sebelah rumah mengejutkan Mbak Siti.Wanita asal Banyuwangi yang tengah sibuk mengepel lantai teras itupun berlari tergopoh-gopoh mendekati tembok pembatas antara dua rumah itu. Teriakan tetangga sebelah jelas-jelas pertanda dia tidak menyukai hewan berbulu milik majikannya."Hush hush pergi!" Teriakan-teriakan masih terdengar saat Mbak Siti berhasil menggapai tembok pembatas dan melongokkan kepalanya ke halaman milik tetangga sebelah."Omil, sini! Pus pus!" Mbak Siti memanggil kucing himalayan berbulu putih itu."Meong!Meong!" Omil mengeong keras seperti kesakitan."Lho jangan ditendang dong! Kasihan lho!" Terdengar suara tegas seorang lelaki dari arah yang sama di mana suara Omil juga terdengar."Apaan sih! Kucing aja kok dikasihani! Jorok tahu!" Lengkingan wanita tadi terdengar lagi.Mbak Siti hampir saja melompati tembok, namun dia hampir terjatuh saat sebuah tepukan di bahunya mengejutkannya."Ibu! Bikin kaget!" Serunya saat mendapati Nana
last updateLast Updated : 2022-12-05
Read more

Seribu Luka

Nana duduk memeluk lutut di tepian kolam renang. Bertemankan segelas wine dan praline, menatap taman yang dihiasi cahaya lampu remang-remang.Suasana di malam hari selalu saja sepi. Mengingat lingkungan sekelilingnya memang bukanlah lingkungan hunian yang ramai. Tetangga kanan kiri dan depan villa tempatnya tinggal juga merupakan villa yang sering berganti-ganti penghuninya.Nana sendiri tidak setiap saat mendiami villa peninggalan almarhum suaminya ini. Dia lebih sering berada di Singapura atau Penang, mengawasi cabang-cabang toko rotinya.Bukan tanpa alasan jika dia lebih memilih untuk melanglang buana daripada hidup damai di Pulau Dewata ini. Baginya ada seribu rasa sakit yang akan terkoyak kembali setiap kakinya menapaki jalanan yang pernah dilaluinya bersama almarhum suaminya.Ada banyak kenangan yang sulit terlupakan di setiap sudut pulau Dewata yang akan mengingatkannya pada sosok yang dahulu begitu dipujanya. Bahkan hingga kini di salah satu sudut hatinya terukir namanya yang a
last updateLast Updated : 2022-12-26
Read more

Deja'vu

Suara derit pintu gerbang dibuka dan bergeser, mengagetkan Nana yang tengah bermain-main dengan kucingnya. Glacie yang juga kaget, melompat dari gendongan Nana dan berlari menghilang ke dapur.Nana mengambil smartphone-nya yang sedari tadi tergeletak di atas long bench di sebelahnya bersama dengan sebotol wine serta sekotak praline dan kue red velvet. Menyentuh layarnya dan melihat jam yang tertera di bagian atas layar."Sudah hampir jam setengah sebelas." Gumamnya sembari mengantongi smartphone-nya dalam saku gaunnya.Nana pun berdiri dan menuju ke dapur untuk mengambil kunci motor. Dia berniat hendak memasukkan motor ke garasi dan mengunci pintu gerbang. Karena sudah hampir larut malam.Dengan beralaskan sandal bakiak kayu yang berhias ukiran bunga dan manik-manik kecoklatan, Nana menyusuri step stone di taman villa dan menuju ke halaman barat yang terbuka.Dengan hati-hati Nana membuka pintu gerbang. Suasana komplek yang sepi dan desau angin pantai menyergapnya begitu dia berada di
last updateLast Updated : 2022-12-26
Read more

Takut

Memasuki area parkir klub malam, Erick memperlambat laju kendaraannya. Seorang tukang parkir menyambut mereka dan mencarikan tempat yang masih kosong untuk memarkir kendaraannya."Sudah pernah ke sini?" Nana bertanya saat mereka berjalan bersisian menuju lobi klub malam yang cukup ramai dipenuhi pengunjung."Pernah, diajak teman." Sahut Erick santai.Mereka memasuki lobi dan disambut seorang pria dengan pakaian formal yang rapi. Erick berbincang sejenak dengannya. Sementara Nana memutuskan untuk menunggu dan duduk di salah satu kursi yang tersedia di setiap sudut lobi."Nana!" Sesosok pria berpenampilan feminim, bercelana jins warna pink dan berkaos putih menghambur memeluknya."Eh!" Nana terkejut dan tidak bisa menghindar."Eh ye lupa eike?" Pria cantik itu terlihat sedikit kecewa melihat reaksi Nana yang tidak langsung mengenalinya."Eehhm, aku lupa." Nana meringis, menatap dengan seksama pria di hadapannya."Eike yang di salon Mbok Dayu." Pria gemulai itu merengut kesal, mencebikka
last updateLast Updated : 2022-12-27
Read more

Let's Dance

"ikan, biasanya pakai nggak?" Erick bertanya di sela-sela musik yang berdentum cukup kencang.Nana yang tengah menikmati musik sembari menggoyangkan kakinya menoleh dan menatap Erick. Pria itu tengah mengeluarkan rokok dan hendak menyulutnya"Neken?" Nana dengan sigap menyalakan korek dan membantunya menyulut rokoknya."Iya begitulah." Erick menghisap rokoknya dan menghembuskan asapnya pelan."Kenapa? Abang biasanya neken apa minum saja?" Nana mengambil gelasnya dan menggunakannya pelan."Kadang pakai sih. Tapi kalau kamu nggak pakai Abang malas pakai juga." Erick tersenyum tipis dan membelai rambut Nana yang terurai di punggungnya."Nanggung deh bang mau neken. Lagian nanti kita pulang kek gimana coba? Abang pakai motor lho." Nana mengingatkan."Iya juga sih. Tadi memang nggak ada rencana mau clubbing sih. Cuma mau jalan-jalan saja biar nggak sumpek di rumah." Erick tertawa pelan."Nggak apa-apa kan kita cuma minum saja?" Nana bertanya hati-hati."Iya nggak apa-apa. Mau ke hall?" Eric
last updateLast Updated : 2022-12-27
Read more

First Time

Motor besar itu melaju, melintasi jalanan kota Denpasar yang masih sepi. Penduduk kota masih terlelap di balik selimut dan hanya ada beberapa saja yang beraktivitas hingga dini hari.Meski merupakan pusat kota dari sebuah pulau yang dikenal sebagai destinasi wisata yang mendunia, Denpasar tetap tidak segemerlap ibukota Jakarta yang hampir tidak tertidur sepanjang hari. Jalanannya pun tidak semacet jalanan di ibukota negara."Abang hati-hati!" Nana setengah berteriak memperingatkan Erick saat motor besar itu hampir oleng."Iya, Abang masih bisa mengendalikannya kok. Tenang saja, peluk abang pegangan erat-erat ya!" Erick memperingatkannya untuk berpegangan erat pada pinggangnya.Nana tidak membantah dan memeluk erat pinggang Erick. Udara dini hari yang dingin menyergapnya, membuat Nana sedikit menggigil.Meski cukup banyak mengkonsumsi minuman beralkohol, Erick maupun Nana tidak kehilangan kontrol diri mereka. Masih dalam kondisi sadar sepenuhnya dan tidak oleng sama sekali.Nana hanya
last updateLast Updated : 2022-12-28
Read more

Imajinasi Liar

Nana membuka pintu gerbang dan menutupnya kembali. Dengan langkah pelan ditelusurinya jalan setapak berlapis step-stone menuju kamarnya.Masih gelap karena subuh baru saja menyapa. Nana mengambil smartphone-nya dari saku gaunnya, mengecek jam. Ternyata baru jam empat pagi lewat sedikit. Pantas saja suasana di kompleks masih sepi.Nana membuka pintu geser kamarnya dengan hati-hati. Setelah menutup dan mengunci pintu kaca geser kamarnya, dia menurunkan gorden dan menutup rapat-rapat dengan gorden berbahan tebal.Bergegas Nana melepaskan pakaiannya dan melemparkannya ke dalam keranjang pakaian kotor di sudut kamar. Menuju ke kamar mandi dan menyegarkan tubuh mungilnya dengan siraman air hangat dan memanjakannya dengan aroma wangi favoritnya.Meski udara masih dingin, namun dia tidak akan bisa terlelap tanpa mengganti pakaian dan membersihkan badannya. Itu sudah menjadi kebiasaannya.Bunyi dering smartphone-nya membuat Nana tidak bisa berlama-lama di kamar mandi. Dia bergegas mengeringkan
last updateLast Updated : 2022-12-28
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status