Home / Historical / IBUKU BUKAN BABUMU / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of IBUKU BUKAN BABUMU : Chapter 41 - Chapter 50

72 Chapters

Bab 40

Suasana mendadak hening. Bahkan suara musik pun di matikan. Lampu kelap kelip dan sebuah ornamen berbentuk hati juga menyala di bagian dinding kafe itu. Sangat indah. Aku sibuk mengagumi hingga tanpa sadar Cheryl menyenggol lenganku."Lihat betapa gagahnya dia." Pujinya dengan mata terus menatap lurus."Kau beruntung mendapatkan dia," ujarku bersungguh-sungguh.Cheryl menoleh dengan senyum menggoda. "Selamat ya, Cher." Cheryl tak menjawab. Gadis itu menarik tanganku dan berjalan lebih dekat ke depan panggung."Malam ini, saya dengan segala keberanian yang sudah saya pupuk beberapa waktu ini. Dibantu oleh seorang yang sangat baik adik saya, yang tak pernah mau melihat saya menyerah. Akhirnya saya memutuskan untuk mengutarakan perasaan saya padanya didepan semua orang. Agar dia pun tau jika saya benar-benar ingin melanjutkan hubungan kami ke jenjang yang lebih serius."Riuh sorakan dan tepuk tangan membuat suasana menghangat. "Untuk gadis yang telah berhasil menghancurkan ego saya. Gad
last updateLast Updated : 2023-02-06
Read more

Bab 41

"Sudah toh, Nak. Sudah jangan bertengkar. Kalian ini bersaudara."pekik Ini histeris."Dia bukan saudaraku, Bu! Perempuan tak tau berterima kasih! Sudah aku kuliahin dia. Apa balasannya! Dia malah melawan padaku!" Bentaknya.Lelaki itu menghembus-hembuskan napas ka sar. Bahunya turun naik karena emosi."Mas, balasan apalagi? Kebutuhan anak-anakmu, kebutuhanku, bahkan kebutuhan dirumah ini Dinara yang mencukupi. Kau sendiri sibuk dengan perempuan ja lang itu." Mbak Ulya ikut bicara. "Halah, itu sudah kewajibannya!""Astaghfirullah, Mas! apa yang dilakukan Dinara bukan tanggung jawab dia. Dia perempuan, Mas! Kau seharusnya yang menggantikan tugas Bapak setelah beliau meninggal!" "Kau ga usah ikut campur, Ulya! Perempuan mura han! Sebentar lagi kau juga akan kuceraikan!""Ceraikan saja! Aku tak takut!" "Sudah Nak, ya Allah. Sudah! Kalian ini kenapa sih! Jangan seperti ini. Tak ada yang boleh bercerai. Tolonglah, Damar. Jangan emosi seperti ini." Ibu yang masih memegang tangan dan menah
last updateLast Updated : 2023-02-08
Read more

Bab 42

POV Joshua."Kenapa Kak, kok belum pulang?" Cheryl masuk ke ruangan setelah Dinara pulang."Ga tau, Che. Pikiran Kakak lagi tak enak." Jawabku dengan menggunakan panggilannya kesayangan Cheryl, si anak bungsu."Cieee ... Karena Dinara sudah pulang, ya?" Ledek Cheryl."Ga lah." Sahutku lalu terdiam. Karena mungkin karena itu juga sih sebenarnya. Sejak aku mengutarakan perasaan pada Dinara Aku merasa punya kewajiban untuk menjaganya. Apalagi Bapaknya juga sudah meninggal."Jadi, gimana Kak? Gimana cara ngomong sama Mama dan Papa. Karena, aku yakin mereka akan sangat kecewa."Aku mengusap wajah dengan kedua tangan."Aku juga sedang memikirkan itu, Che. Oh ya, kamu sudah beli mukena?""Sudah. Aku pakai alamat kantor aja. Takut ketahuan Mama." Aku mengangguk-angguk kepala. Kami sudah bersyahadat beberapa waktu lalu di islamic center di daerah Bekasi. Sengaja memilih tempat yang agak jauh agar tak ada teman atau kerabat Mama maupun Papa yang melihat kedatangan kami ketempat yang seharusnya
last updateLast Updated : 2023-02-09
Read more

Bab 43

POV JOSHUA (2)"Ibu tau dimana rumah Mas Damar?" Tanyaku. Rasa khawatir tak dapat dibendung lagi. Siapapun harus aku perhitungkan karena belum menemukan orang yang dicurigai.Ibu menggeleng. Aneh, masa Ibunya sendiri tak tau dimana anaknya tinggal. "Kalau boleh tau ada masalah apa Dinara dengan Mas Damar, Bu?"Bu Ruslina tampak ragu-ragu. Aku meyakinkan agar beliau mau mengatakan semuanya. Hingga sebuah cerita mengalir begitu saja. Sungguh tak disangka. Perempuanku menanggung beban yang berat. Seharusnya dari dulu aku lamar dia. Tapi, aku malu dan merasa gak pantas."Nak, tolong cari Dinara." Ibu memohon."InsyaAllah, Bu. Saya akan usahakan." Wanita yang tak lagi muda itu tampak heran. Mungkin karena kata InsyaAllah yang barusan aku ucapkan. Setelah pamit aku menemui Cheryl yang sudah dikantor polisi. "Belum diproses, Kak. Karena Dinara hilang kurang dari 24 jam." Aku menyugar rambut. "Kata Ibunya gimana, Kak?"tanya Cheryl."Aku mencurigai Mas Damar. Dia ngot ot minta surat surat
last updateLast Updated : 2023-02-15
Read more

Bab 44

POV JOSHUA 3"Kak, Papa sepertinya sudah tau hubungan Kakak dengan Dinara." Suara Cheryl terdengar cemas."Kamu tau dari mana?" Aku pun tak kalah khawatir."Menurut Pak Adi, Papa sempat menanyakan hubungan Dinara dengan Kakak.""Lalu?" Tanyaku memburu."Pak Adi menjawab apa adanya. Kalau dia tak tau. Namun, Papa seakan tak puas mendengar jawaban itu dan menyuruh Pak Adi mematai-matai Kakak dan Dinara."Aku menghela napas. Selama ini tak sadar jika Papa punya telinga dimana-mana. Pasti dia menyadari kedekatanku dengan Dinara. Seharusnya aku bertanya pada Dinara, apa saja yang ditanyakan Papa saat memanggilnya ke ruangan. Apa jangan-jangan Dinara mengaku? Oh tidak. "Kak. Aku khawatir jika Papa yang melakukan ini semua karena ingin menyingkirkan Dinara.""Tidak! Tak mungkin, Che. Papa tak seja hat itu. Tak mungkin!" Aku kalap. Berusaha meyakinkan diriku jika apa yang menimpa Dinara tak ada sangkut pautnya dengan Papa.Setelah sambungan berakhir aku segera menghubungi Jack."Jangan terla
last updateLast Updated : 2023-03-24
Read more

Bab 45

Back to DinaraAku tersadar. Entah sudah berapa lama aku pingsan. Mencoba bangun. Tapi, tangan dan kakiku terikat. Ingin berteriak, mulut juga ditutup dengan lakban. Kurang aj ar! Beraninya sama perempuan. Aku masih ingat saat jendela mobilku mereka pecahkan. Aku yang masih duduk di kursi kemudi baru hendak melancarkan serangan hingga sebuah cairan mereka semprotkan tepat ke arah wajah. Sempat kuhantam kepala laki-laki yang wajahnya ditutup kain hitam itu, tapi tenagaku habis seiring kesadaran yang mulai menghilang."Gimana dia belum sadar?" Aku kenal suara itu. Tapi, aku belum bisa menebak. Karena rasanya tak mungkin jika itu adalah orang yang sama yang ada dalam pikiranku."Belum, Bos!""Kalau sudah bangun, kasih dia makan. Lalu minta dia memberikan informasi yang kita mau.""Pasti, bos. Hmmm ... Anu Bos ...""Apa?""Soal bayaran kami bagaimana?""Tenang! Kalian akan dapat bagian yang setimpal dengan pekerjaan kalian. Mobilnya gimana? Sudah laku?""Sudah, Bos. Sudah dibawa pemilik b
last updateLast Updated : 2023-03-30
Read more

Bab 46

"Jangan kalau itu. Nanti biar aku yang membersihkan kotoranmu.""Cuih! Lebih baik aku tak buang air dari pada kau menyentuhku!" Lelaki itu mengusap air liur yang menetes diwajahnya. Kedua bibirnya terangkat membentuk senyum seringai."Berani juga kau, ya!" Dai mendekat lalu meraih daguku."Kalau kau macam-macam aku pastikan kau akan menjadi laki-laki yang tak akan lagi menikmati Syurga dunia!" Geramku.Dia tertawa terbahak-bahak. Jantungku berdebar kencang. Takut jika dia nekat. Tapi, untungnya dia melepaskan ikatan di tangan diganti dengan cengkraman erat di pergelanganku. Dia menarik keluar. Mataku langsung memicing karena paparan cahaya yang terang. Lampu ruangan itu belum dimatikan. Samar terdengar suara orang tertawa diteras. Pikiranku masih berkeliaran, menerawang sedang berada dimana aku sekarang. Rumah ini tampak biasa saja. Ada kursi kayu di rumah tamu. Sebelah kamarku ada kamar yang tertutup rapat. Lanjut jalan lagi ada dapur. Namun, sepertinya jarang dipakai, karena tampak
last updateLast Updated : 2023-03-30
Read more

Bab 47

Empat orang laki-laki itu memegangku erat. Aku berusaha meronta. Namun,tetap saja kekuatanku tak seimbang dengannya."Kalian paksa dia bicara. Nanti jika sudah di dapatkan suratnya saya akan bawa notaris dan calon pembelinya kesini. Bayaran kalian akan langsung saya serahkan, tunai.""Siap, Bos." Sahut mereka. "Mbak Ulya, mbak hanya buang-buang waktu. Aku tak tau apa-apa tentang surat itu. Ibu kemungkinan yang tau," seruku."Jangan bohong, Dinara. Mas-mu juga sedang mengincar surat itu. Sampai sekarang dia masih belum mendapatkan nya. Jika surat itu ada pada Ibumu. Sudah pasti dia sudah menyerahkan pada Mas Damar. Karena Ibumu kan sangat sayang pada Mas Damar dibandingkan kamu!" Perempuan itu tertawa lebar.Aku tak menanggapi. Toh tanpa dikasih tau, aku juga menyadari sedari lama.Hari itu aku kembali dikurung di kamar. Kedua tangan terikat dan mulut ditutup lakban. Sementara Mbak Ulya entah pergi kemana."Kau yakin dia akan bayar kita? Perempuan itu terlihat kere. Ke sini aja naik o
last updateLast Updated : 2023-04-03
Read more

Bab 48

Bug! Sebuah tend angan mendarat tepat di perut laki-laki yang hendak mengapaiku. Tak puas kutambah dengan han taman pada area tempat cacing berototnya berada. Teriakan dan erangannya makin membuat ketiga temannya berang."Sia lan! Punya nyali juga dia!" Mereka serentak menyerang. Aku melompat menyiapkan kuda kuda. Aku yakin mereka hanya modal tampang. Untuk urusan adu mekanik mereka tak ada apa apanya."Hiaaaaat ...!" Lelaki bertato naga memulai serangan dengan tangan terulur, mengepal. Dia memu kul angin. Karena aku dengan mudah mengelak. Dengan cepat aku menangkap dan memelintir tangannya itu."Ampun ampun...!" Pintanya memelas. Dengan semua"Sekarang kalian lebih baik membatalkan niat kalian untuk mencelakai saya. Kalau tak ingin kaki atau tangan kalian kubuat patah." Ancamku.Mereka justru tertawa menghina. Melihat mereka yang tak punya itikad baik untuk melepas, aku pun terpaksa mengeluarkan jurus-jurus andalanku. Tiga preman sudah jatuh mengerang kesakitan. Untuk menghemat tenag
last updateLast Updated : 2023-04-03
Read more

Bab 49

"Pak Reyhan?" Lirihku sambil menahan rasa sakit di perut dan lengan. Aku dapat merasakan tanganku yang basah oleh darahku sendiri.Lelaki itu terus mengha ntam empat pen jahat di hadapannya tanpa lelah, Aku sendiri sudah terjatuh ke lantai karena sakit yang teramat sangat kini kurasakan. Melihat hal itu Mbak Ulya memanfaatkan kesempatan untuk melarikan diri. Ketika dia melewatiku, sengaja aku membentangkan kaki. Perempuan itu tersungkur dan membentur meja. Sumpah serapah keluar dari mulutnya. Tapi, dia masih berusaha untuk kabur. Aku menyeringai. Hingga beberapa orang laki-laki kemudian berlari dan membantu Pak Reyhan menghadapi preman preman itu."Mbak Dinara, kamu tak apa-apa?" Pak Reyhan berlari ke arahku. Memeriksa luka yang masih mengeluarkan darah, merah."Lukanya lumayan dalam kita harus segera ke rumah sakit." Tanpa menunggu jawaban dariku dia mengangkatku dan membawa keluar. Sementara para pelaku keja hatan itu di ringkus warga begitu juga dengan mbak Ulya."Bertahanlah kita
last updateLast Updated : 2023-04-21
Read more
PREV
1
...
345678
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status