Home / Pernikahan / Usai Bercerai / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Usai Bercerai: Chapter 61 - Chapter 70

73 Chapters

Mau yang Sama

Aroma olahan seafood menguar memenuhi indra penciuman begitu Alya memasuki dapur. Wanita bermata sayu itu tersenyum simpul. Ia ingat betul kalau dulu dirinya dan Arfan memang penyuka makanan ini dan dapur mereka sering dipenuhi aroma ini. Hanya saja, dulu Alya yang memasaknya sendiri. Bukan ART seperti sekarang ini."Eh, Ibu. Selamat pagi," sapa ART dengan rambut dicepol asal tersebut."Pagi, Mbak," sapa Alya. "Masak apa?" tanya Alya basa-basi meski ia bisa melihat ART tersebut sedang memasak udang."Udang, Bu. Tapi Pak Arfan minta dimasakin seafood buat sarapan.""Oh.""Padahal selama ini, Pak Arfan hampir enggak pernah minta dimasakin seafood, loh, Bu. Apa ini makanan kesukaan Ibu?"Alya jadi serba salah mau menjawab apa. Karena ia yakin kalau ART itu pasti punya pikiran buruk terhadap dirinya. Apalagi ART yang belum Alya tahu namanya itu tidak mengetahui kisahnya dengan Arfan dan Meira. Pasti yang ada dalam pikiran ART itu, Alya adalah orang ketiga di antara Arfan dan Meira.ART te
last updateLast Updated : 2023-05-26
Read more

Berat

Suasana di ruang makan begitu hening. Hanya terdengar dentingan sendok beradu dengan piring. Arfan, Meira, dan Alya tak satu pun yang berbicara. Ketiganya merasa canggung dan tidak nyaman. Padahal dulu sebelum kondisi seperti ini, mereka bertiga sering makan bersama dengan asyiknya. Namun, sekarang dunia seperti terbalik untuk ketiganya.Dulu mereka akan bercerita apapun saat makan bersama. Terkadang berkeluh-kesah, bercanda, dan apapun yang sedang ada di kepala mereka. Bahkan Alya tidak pernah memedulikan nasehat beberapa teman tentang kedekatan dirinya dan Arfan dengan Meira.Saat ada yang berkata, "Al, enggak ada pertemanan yang benar-benar tulus antara laki-laki dan perempuan. Salah satunya pasti punya perasaan lebih." Alya selalu membantah itu dengan mengatakan Meira dan Arfan berbeda. Sayangnya, ucapan teman-temannya terbukti. Kini Alya sadar bahwa dulu ia terlalu percaya diri. Ia lupa bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Terlebih hati manusia. Terkadang sekarang se
last updateLast Updated : 2023-05-27
Read more

Prioritas

Getaran ponsel di saku Arfan membuatnya terpaksa melepas tubuh Alya. Dilihatnya layar ponsel yang menyala, ternyata Meira yang menelepon."Meira," ucap Arfan sembari menunjukkan layar ponselnya pada Alya.Alya mengangguk, mempersilakan Arfan mengangkat telepon tersebut. Meski senyum dan wajah Alya terlihat baik-baik saja, tetapi tetap saja jantungnya serasa teremas dengan kuat saat melihat perhatian Arfan harus terbagi dengan Meira."Iya, Mei." "Ya."Cuma tiga kata itu yang terucap dari bibir Arfan. Alya menghela napas sembari menatap wajah Arfan yang kembali mendekatinya."Udah, sana! Kasian Meira."Arfan menatap Alya dengan sendu. Rasanya sungguh ia tidak ingin keluar dari rumah ini untuk menemui Meira. Ia hanya ingin berlama-lama menghabiskan waktu dengan wanita yang teramat dicintainya ini.Saat Arfan hendak kembali merengkuhnya, Arfan langsung mendorong lembut dada Arfan. "Jangan buat Meira marah. Dia istri kamu juga."Akhirnya dengan berat hati Arfan pergi ke rumah Meira.Alya
last updateLast Updated : 2023-07-06
Read more

Mungkinkah?

Kedua orang tua Meira terkejut melihat kedatangan putri semata wayangnya. Mereka yang sedang sarapan sampai menaruh sendok dan garpunya. Apalagi mama Meira, wanita itu sampai berdiri dan berjalan menyambut putrinya."Sudah sarapan, Mei?" tanya wanita yang pagi itu mengenakan blouse berwarna hitam. Meski sebenarnya ia sangat ingin bertanya mengapa putrinya datang sepagi ini, tetapi mama Meira berusaha menahan diri. Ia ingin putrinya sarapan terlebih dahulu baru bertanya-tanya."Udah, Ma." Meira berusaha bersikap tegar. Meski hatinya serasa hendak meledak, menyampaikan semua kesedihannya pada sang mama."Sarapan lagi, ya? Mumpung di sini!" ajak mama Meira.Meira mengangguk lemah. Ia hanya ingin bersama kedua orang tuanya saat ini. Orang-orang yang masih mendukungnya, menyayanginya bagaimanapun kondisinya.Mama Meira kemudian meminta ART mereka untuk mengambilkan piring untuk Meira. Setelahnya wanita itu mengambilkan nasi putih untuk putrinya."Mau lauk apa?" tawar mama Meira."Biar Meir
last updateLast Updated : 2023-07-07
Read more

Layu dan Berguguran

Alya termenung menatap permukaan kolam renang yang tenang. Pantulan cahayanya berkilauan membuat Alya betah berlama-lama duduk di situ. Alya masih ingat betul, dulu sering sekali ia habisnya waktu bersama Arfan di tempat itu. Bercerita apapun sampai mereka lupa waktu.Sesederhana itu bahagia bagi mereka dulu. Meski kehadiran Alya tidak diterima dengan baik oleh keluarga Arfan.Alya tersenyum miris. Terkadang hidup memang selucu itu. Sekarang di saat seluruh keluarga besar Arfan bisa menerimanya dengan tangan terbuka justru saat ini ia tidak bahagia. Apalagi sebabnya kalau bukan karena dirinya kini harus berbagi cinta.Sudah tiga malam Arfan menginap di rumah Meira. Sebenarnya Alya ingin sekali menghubungi laki-laki itu karena besok jadwal mereka cek ke dokter untuk program bayi tabung. Hanya saja, ia tidak mau mengganggu waktu Arfan bersama Meira.Entah sudah berapa kali Alya mengecek ponselnya untuk melihat apakah ada pesan dari Arfan, tetapi tidak ada aktivitas apapun pada benda di
last updateLast Updated : 2023-07-07
Read more

Resah

Kabar kehamilan Meira disambut hangat oleh keluarga besar Arfan dan juga keluarga besar Meira. Mereka mengadakan pesta dalam rangka tasyakuran atas kehamilan yang sudah dinanti lima tahun lamanya. Hal itu tentu membuat Alya ingin menghilang untuk sementara waktu.Alya belum punya nyali untuk menghadapi keluarga besar Arfan dan Meira dengan status istri kedua. Saat menjadi istri satu-satunya Arfan saja Alya tidak dianggap, apalagi saat ini."Fan, boleh enggak besok aku ... di rumah aja?" tanya Alya saat ia dan Arfan selesai makan malam.Dahi Arfan mengernyit. Awalnya ia tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan Alya. Namun, sejurus kemudian ia paham.Disingkirkannya piring bekas makan yang ada dihadapannya. Kemudian, diambilnya jemari Alya yang sedang menangkup gelas panjang berisi air putih."Kalau kamu enggak siap, enggak usah datang enggak apa-apa," jawab Arfan dengan lembut. Ia pun masih trauma mengingat peristiwa lima tahun yang lalu saat Alya dituduh mencuri. Ia tidak ingin hal
last updateLast Updated : 2023-07-08
Read more

Malaikat Pencabut Nyawa

[Sayang, mau aku bawain makanan apa?] Arfan mengirim pesan tersebut sekaligus pada dua nomor di daftar kontak ponselnya. Nomor Alya dan Meira. Bagaimanapun perasaan Arfan saat ini, ia tidak bisa lagi mengelak untuk tidak memberikan perhatian pada Meira. Sama seperti Alya. Selisih kehamilan Alya dan Meira kurang lebih tiga bulan karena program bayi tabung Alya dan Arfan terhitung cukup lancar. Dua istri hamil bersamaan tentu membuat Arfan harus sering bolak-balik ke rumah kedua istrinya itu. Hanya saja yang membuat Arfan sedikit lega, Meira tak semanja dan semerepotkan dugaannya. Perempuan yang sebelumnya selalu banyak menuntut dan manja itu justru berubah lebih kalem dan tak banyak menuntut. Arfan pikir itu pengaruh bayi yang ada dalam rahim Meira.[Enggak usah, aku udah makan sama Mama.] Meira terlebih dahulu membalas pesan Arfan. Di awal-awal perubahan sikap Meira yang terkesan menghindar, sebagai laki-laki yang bertekad untuk memperbaiki sikap, Arfan cukup tersinggung. Namun, me
last updateLast Updated : 2023-07-09
Read more

Percayalah

"F-Fan, du-duduk dulu, Fan." Bu Helena beranjak dari ranjang untuk mendekati menantunya yang masih berdiri di ambang pintu. Dipegangnya lengan Arfan yang sangat tegang. "Kita bicarakan ini baik-baik, ya! Mama juga baru tahu, Fan. Ayo!"Arfan menurut saja saat mama mertuanya menuntun ke sofa kamar Meira. Sesaat otak Arfan memang seperti kosong setelah sebelumnya terasa seperti tersengat listrik dengan tegangan yang sangat tinggi.Sementara Meira masih mematung di ranjangnya. Ia benar-benar tidak menyangka kalau Arfan ternyata datang dan mendengarkan pembicaraannya dengan sang mama."Mei, duduk sini! Kita bicarakan semua baik-baik!" titah Bu Helena pada putrinya.Meira tak langsung beranjak. Sesaat ia menatap Arfan. Meski dari posisinya ia hanya bisa melihat bagian belakang kepala Arfan. Meira menghela napas kasar. Ia benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana raut wajah Arfan saat ini."Mei! Apa perlu Mama jemput?" Bu Helena berusaha tenang meski sebenarnya ingin meneriaki putrinya
last updateLast Updated : 2023-07-10
Read more

Harapan

Meira dan Arfan berjalan beriringan keluar dari ruang sidang. Sengaja Meira tidak mengizinkan kedua orang tuanya ikut masuk ke ruangan. Karena ia tidak ingin kedua orang tuanya menyaksikan detik-detik kehancuran hidupnya.Perceraian Arfan dan Meira berjalan lancar dengan sebuah kesepakatan. Meira mau bercerai dengan Arfan asal kekhilafannya Arfan rahasiakan dari keluarga besar mereka. Tentu buat Arfan itu tidak jadi masalah. Terlebih laki-laki itu sudah bertekad walaupun anak yang dikandung Meira bukan anaknya, ia akan tetap bertanggung jawab sebagai papanya. Karena anak itu ada ketika Meira masih menjadi istrinya.Pada persidangan mereka yang terakhir tadi, Arfan membacakan ikrar talak dengan suara bergetar. Bagaimanapun Meira pernah menjadi bagian dari hidupnya. Sehingga saat menyadari dengan ucapan talak itu semua akan berakhir dan berubah, dada Arfan terasa nyeri. Begitupun dengan Meira. Ia tidak kuasa menahan agar buliran bening tidak berjatuhan dari pelupuk matanya. Dadanya sa
last updateLast Updated : 2023-07-11
Read more

Langkah Selanjutnya

"Maksud kalian apa minta Arfan tes DNA?"Semua orang yang ada ruang rawat Meira menoleh ke arah pintu. Tampak Bu Fania dan Pak Arya sudah berdiri dengan wajah tegang. Kontan Meira dan kedua orang tuanya panik melihat itu."Kenapa diam?" tanya Bu Fania lagi. Wanita itu menatap geram ke arah putranya. Kemudian kembali bertanya sembari berjalan cepat ke arah Arfan. "Kamu nyembunyiin sesuatu dari Mama, Fan?"Arfan yang tidak menyangka sama sekali kedua orang tuanya akan datang, tidak bisa berpikir apa-apa. Otaknya serasa kosong sehingga dia tidak bisa menjawab pertanyaan mamanya.Sementara Meira yang kondisinya belum sepenuhnya membaik, sangat tersiksa dengan keadaan ini. Ia ingin berlari sejauh mungkin dari situasi itu. Ia tidak cukup punya muka jika sampai mantan mertuanya tahu kalau dirinya pernah melakukan kesalahan fatal."Ya." Semua menoleh ke arah papa Meira kecuali Meira yang menundukkan kepala. Laki-laki yang berdiri di samping kiri bed Meira kini menjadi pusat perhatian."Saya
last updateLast Updated : 2023-07-11
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status