Home / Romansa / ADRIANA, Kekasih Palsu / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of ADRIANA, Kekasih Palsu: Chapter 41 - Chapter 50

115 Chapters

Bab 41. Penipu Kamu!

"Terima kasih, Adriana!" Nyonya Wanda memeluk gadis muda di sampingnya. Kedua wanita berbeda umur itu tampak saling terisak menahan gejolak di dada. Nyonya Wanda merasa tertolong dengan sikap Adriana yang mau menuruti pintanya. Sementara Adriana mulai mengeraskan hati agar siap menerima apa pun yang terjadi saat Dante sadar nanti. Untuk beberapa lama kedua wanita itu larut dalam rasa pilu yang berbeda. Adriana mengurai pelukannya. Sementara Nyonya Wanda tampak menyusut tangisnya. "Dante belum juga sadar. Saya khawatir dengan kondisinya nanti, Adriana." Wanita paruh baya itu kembali terisak. "Saya yakin Pak Dante akan segera pulih, Nyonya. Kita tinggal menunggu waktu dia sadar." Adriana mengelus pundak Nyonya Wanda lembut. Dering ponsel milik Nyonya Wanda berbunyi. Wanita paruh baya itu merogoh tas jinjing sembari mengerutkan kening. Panggilan dari Zoya tersemat di layar enam inci miliknya. "Gimana, Tante?" Suara Zoya terdengar mengintimidasi. "Kurang ajar kamu, Zoya!" Nyonya Wan
Read more

Bab 42. Bukti yang Tertinggal

Dante berteriak-teriak sambil terus memegang kepala. Emosinya semakin meledak saat melihat Nyonya Wanda juga berada seruangan dengannya. Kedua petugas kesehatan yang bertugas saat itu berusaha menenangkan kondisi Dante. Mungkin karena terlalu syok, lelaki berparas tampan itu kembali tidak sadarkan diri. Adriana merengkuh tubuh rapuh Nyonya Wanda agar sedikit lebih tenang. Bulir-bulir di pipinya juga telah menerobos sudut mata dengan cepat. Setidaknya gadis muda itu pernah merasakan kebahagiaan bersama Dante. Namun, Kata-kata Dante barusan membuat Adriana sadar, bahwa rasa yang dia semai telah membuat nyeri hatinya. Seorang perawat datang bersama Dokter Gading dengan langkah bergegas."Pasien mengamuk dan baru saja pingsan satu menit yang lalu, Dok!" Seorang perawat yang mendampingi Dante memberikan laporan. "Siapa yang dia lihat pertama kali saat sadar?"selidik dokter berseragam putih itu seraya membetulkan letak kacamatanya. Perlahan Adriana melepas pelukannya pada Nyonya Wand
Read more

Bab 43. Pengakuan Emma

Untuk beberapa detik kondisi Adriana masih terlihat syok. Kedua matanya membulat, seiring dengan mulutnya yang ikut terperangah.Sejak kapan Emma berhubungan dengan Zoya? Apa mungkin video yang dikirim ke Dante tadi pagi atas prakarsa Emma? Adriana menghela napasnya kasar. Gegas gadis berambut panjang itu bangkit dari tempat tidur Emma. Adriana segera menyambar sling bag dan menyampirkan ke pundak. Ia harus menemui Emma sekarang juga. Bagaimana bisa sahabatnya itu berbuat nekat dengan menusuknya dari belakang? Adriana membetulkan posisi berdirinya. Gegas dia menarik langkah kakinya dari kamar Emma. Belum sampai di depan pintu utama, langkah Adriana terhenti. Sosok Emma telah berada di hadapannya tiba-tiba. "Cepat amat kamu pulang, Ma?" Adriana memutar bola matanya. "A-aku khawatir dengan kamu, Na!" Emma segera merangsek masuk seraya menarik lengan sahabatnya. "Khawatir kalau aku tau, kamu udah berkhianat? Iya?" Adriana menepis genggaman Emma seraya menyampaikan kekesalannya. "A
Read more

Bab 44. Mencari Kos Baru

"Udahlah, Ma! Kamu gak usah mengarang bebas lagi. Aku nggak sudi menerima alassn apa pun untuk membenarkan sebuah pengkhiantan. Semuanya udah jelas sekarang. Sampai kapan pun tolong jangan kamu coba untuk cari keberadaan aku lagi. Aku gak bisa bersahabat dengan orang munafik seperti kamu!" Adriana segera memutar tubuhnya. Gadis cantik berambut panjang itu segera menarik langkahnya keluar dari kontrakan Emma. Melihat kegusaran Adriana, Emma semakin merasa bersalah. Dia bergegas mengejar Adriana untuk meminta maaf. "Na! Tunggu dong!" Emma menyentuh pundak Adriana hingga membuat gadis berambut panjang itu menoleh. "Apa lagi sih? Ck!" Adriana mencebik kesal. "Aku minta maaf, Na! Tolong kamu tidak cerita semua perbuatan aku ini ke orang kampung, Na. Aku malu." Emma meremas jemarinya erat. "Ohh karena itu kamu menahan aku?""Bu-bukan begitu, Adriana." Emma tampak semakin kusut. Mulutnya tertutup rapat. Sementara tubuhnya bergeming mendengar ucapan yang disampaikan oleh Adriana. Ada seb
Read more

Bab 45. Membuka Lembaran Baru

Hari telah hampir sore. Namun, bias terik mentari masih terasa menyengat di kulit. Jalanan menuju rumah kostan yang dijanjikan Mama Ami masih belum juga tampak. Sesekali mereka saling berbagi cerita mengenai keseharian dan kisah-kisah lucu lainnya. Adriana merasa terhibur dengan banyolan segar dari Mama Ami dan putrinya. Mama Ami menghentikan langkahnya. Dia tampak memindai ke sekeliling. Sebuah rumah besar bertingkat tampak berdiri megah di dekat mereka. Pagar tinggi yang menutup rumah bertingkat itu tampak terbuka sedikit. Mama Ami segera menarik tangan Adriana untuk mengikuti langkahnya. Dia segera menuntun gadis muda itu ke sebuah rumah yang berada tepat di samping pagar besar dengan halaman mungilnya. Wanita paruh baya itu mengetuk pintu perlahan. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya seorang wanita berkerudung muncul dari balik pintu. Adriana dan Mama Ami dipersilahkan masuk untuk berbincang mengenai harga sewa kost yang dia punya. "Jadi nama kamu Adriana ya, Nak?" Wani
Read more

Bab 46. Kembalinya Zoya

Sementara itu, di Danuaji Corp ....“Dante!”Dante yang sedang berkutat dengan dokumen di hadapannya mendongak. Tidak ada yang terjadi. Ia menatap ke arah gadis yang menjeblak pintu memaksa masuk dan ditahan oleh sekretarisnya itu dengan biasa saja, tanpa ada keterkejutan sedikit pun.“Iya? Ada apa, Nora?” tanya pria itu bertanya pada sang sekretaris.“Dante, ini aku!” Zoya berseru dengan terperangah karena tak menyangka Dante malah bersikap seolah tak mengenalinya!“Siapa orang ini?” Dante tetap bertanya kepada Nora.“Ehm, saya ... tidak tahu, Pak. Dia memaksa masuk ke sini meskipun sudah saya larang,” jawab Nora takut-takut.“Dan dia mengaku-ngaku sebagai Nona Zoya,” kata Nora sambil menatap tak suka pada si pendatang tanpa sopan santun itu.“Panggilkan satpam!” titah Dante lantas kembali menunduk menekuri dokumennya.Wajah Zoya semakin terperangah. Bagaimana mungkin Dante mengira orang lain sebagai dirinya, tapi malah tak mengenali ketika dia yang asli muncul di hadapannya? Benar-b
Read more

Bab 47. Dilema Dante

Gegas ia memanggil cleaning service untuk membereskan kekacauan kecil itu dan menanyai Dante apakah tidak siap untuk ikut meeting siang itu.Ia memang sudah mendapat pesan dari Nyonya Wanda bahwa Dante tak perlu diforsir dulu soal pekerjaan. Kondisi psikisnya masih labil sehingga banyak yang masih akan di bawah kendali Nyonya Wanda.Dante segera menggeleng keras.“Tidak, Nora. Aku siap,” jawab pria itu sambil mengusap wajahnya kasar lalu mematut diri sebentar di washtafel dekat pintu keluar ruangan. Setelah meras awajahnya sudah terlihat fresh kembali, ia pun melangkah bersama Nora ke ruang meeting.Yah, pekerjaan bisa membuatnya jauh lebih bisa melupakan Zoya untuk saat itu. Setidaknya tinggal malam hari yang ia bingung harus melakukan apa selain terpekur memandangi foto-foto mereka berdua di ponselnya. Masa-masa indah yang mereka lalui ketika gadis itu masih kuliah di Sidney dan ia sering terbang ke sana sekedar untuk mengunjungi. Juga saat Zoya gantian datang ke Jakarta di saat lib
Read more

Bab 48. Sembuh Total

Di rumah, Nyonya Wanda mendekati sang putra yang tampak sedang asyik membaca sebuah buku lama.“Apa itu, Dante?” tanya sang mama kepada putranya.Tak biasanya Dante menghabiskan waktu di ruang perpustakaan besar milik papanya itu. Bahkan, setelah Tuan Adam Danuaji meninggal, praktis ruangan itu seringnya tak pernah berpenghuni. Hanya di jadwal-jadwal tertentu akan ada beberapa pelayan yang bertugas membersihkan seluk beluk ruangan tersebut sekalian memeriksa buku-buku dan memastikan tak ada yang berubah di sana.“Dante cuma sedang iseng, Ma. Nemu buku bagus di sini,” katanya seraya menunjukkan sebuah buku tebal lawas tentang bisnis management.“Ini waktu Dante kuliah dulu sering pinjam ke perpustakaan universitas. Ternyata Papa malah punya sendiri di rumah,” lanjut Dante yang memang di masa mudanya tak begitu dekat dengan sang papa. Jangankan mengobrol, mereka bertemu muka saja sangat jarang terjadi karena Tuan Adam yang selalu saja ada jadwal ke luarkota ataupun luar negeri.“Oh, ya?
Read more

Bab 49. Mempertanyakan Alasan

Esok sorenya, Dante jadi pergi dengan Nyonya Wanda ke rumah sakit tempat praktik Dokter Gading. Di sana, dokter itu memang telah siap sedia menunggu dengan beberapa persiapan. Pasien penting seperti keluarga Danuaji itu memang selalu mendapat perlakuan dan waktu khusus dari sang dokter. Itu mengenai komitmennya dalam hal pelayanan serta penghormatan atas kesetiaan pengguna jasanya.“Selamat sore, Tuan Dante. Bagaimana kabar Anda hari ini?” sapa Dokter Gading kepada Dante saat si pasien baru masuk dan duduk di kursi di hadapan beliau bersama Nyonya Wanda.“Baik, Dok. Saya tidak mengalami keluhan apa pun. Mama bilang Dokter butuh bertemu?” Dante bertanya balik.“Betul, Tuan. Sebenarnya apa yang Mama Anda ceritakan kemarin terhadap saya, itu membuat saya menduga bahwa ingatan Tuan sudah pulih secara total. Tapi, kita perlu memastikannya dnegan serangkaian tes untuk lebih pastinya, bukan?” Sang dokter menjelaskan keperluannya haru
Read more

Bab 50. Memori yang Tertinggal

Dan di sanalah Dante kini, tepat di tengah pintu masuk cafe, berdiri menatap lurus ke arah meja di paling ujung di mana terlihat sosok gadis yang diusirnya dari kantor dua hari lalu. Ya, dialah Zoya yang asli tengah duduk menunggunya sambil menyesap minuman.Gegas dilangkahkannya kaki menuju ke meja Zoya. Sampai di sana, gadis itu tak lantas berdiri, tetapi sambil tetap duduk mempersilakan Dante mengikuti.“Mau duduk dulu atau tetap mematung begitu?” tegur Zoya dengan gaya khasnya yang seolah tak butuh.“Aku sedang tidak punya banyak waktu. Sebaiknya kita selesaikan ini secepatnya,” jawab dante seraya memaksa diri untuk duduk di hadapan Zoya.“Dante, kenapa kau malah membenciku sekarang, hm?” tuntut Zoya yang tak mengerti bagaimana bisa Dante membencinya padahal ia sudah melihat bukti dari Zoya bahwa gadis bernama Adriana itu yang telah menipunya!“Lalu apa aku harus tetap menunggu gadis yang sudah tega mencampakkan dan meninggalkanku pergi seenaknya? Bahkan tidak peduli dengan kecela
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status