Semua Bab ADRIANA, Kekasih Palsu: Bab 21 - Bab 30

115 Bab

Terpergok Emma

Adriana akhirnya hanya memasang senyum simpul karena tak tahu harus menjawab sapaan itu seperti apa. Ia mana tahu siapa nama si resepsionis ataupun bagaimana Zoya biasa memanggilnya.Ada seorang wanita berseragam sama dengan sang resepsionis yang kini menghampiri Adriana dan mempersilakannya mengikuti ke ruang yang akan dipakainya treatment.“Mari ikut saya, Nona,” ajaknya yang disambut dengan lega oleh Adriana. Setidaknya ada yang mngarahkannya harus ke mana dan bagaimana, pikirnya membatin dalam diam. Ia menoleh sebentar ke arah Dante yang sudah duduk di sofa dan mulai mengeluarkan ponsel dari saku bajunya. Pasti untuk membunuh waktu, pikirnya lagi.Dan siapa sangka hal mengejutkan terjadi ketika Adriana telah berada di dalam salah satu kamar treatment tempatnya akan menjalani body massage dalam rangkaian body spa tersebut. Sesosok orang dikenal yang paling tak diharapkannya untuk bertemu di sana malah berdiri tegak dan kini tengah saling berpandangan dengan wajah terperangah.Dia l
Baca selengkapnya

Mengaku atau Bungkam?

Emma menggeleng-gelengkan kepalanya sambil melihat jam dinding. Ia lalu bergegas melaksanakan tugasnya.“Sana berbaring!” perintahnya menyuruh Adriana sambil menunjuk ke ranjang single yang terletak di ruangan tersebut. Ia sendiri sedang mempersiapkan bahan untuk dipakai memijat Adriana di sebuah meja tempat terletak berbagai botol aromatherapy serta lotion berbagai arian.“Mau jasmine atau rose atau apa?” tanyanya ketika melihatAdriana terpaksa telah berbaring tengkurap dengan mengenakan kemben yang telah dipersiapkan.“Apa saja. Aku nggak pernah spa, Emma. Lakukan saja seperti biasanya,” jawab Adriana sekenanya. Ia hanya ingin semuanya cepat selesai karena ia tahu Emma pasti masih akan mengejarnya dengan pertanyaan tentang apa yang telah terjadi padanya semenjak pergi dari kontrakan gadis itu.Emma pun memilihkan aromatic jasmine yang menurutnya memang paling banyak disuklai pelanggan.“Oh, ya, kok kamu kerja di sini sih sekarang? Apa ternyata waktu itu kamu kena masalah meskipun su
Baca selengkapnya

Buntuti Emma

“Ah, jadi gadis itu adalah sahabat si upik abu palsu?” Zoya bergumam sendiri setelah menerima laporan dari mata-mata yang disuruhnya untuk terus mengikuti ke mana saja Adriana pergi.“Betul, Nona. Sepertinya mereka kawan sekampung atau semacam itu,” jawab sang mata-mata meyakinkan.Zoya meringis senang. Sekelebat ide muncul di benaknya untuk membuat Adriana kalah.“Sepertinya aku jadi punya ide bagaimana untuk membongkar kedoknya tanpa aku sendiri yang campur tangan. Berikan padaku alamat temannya itu!” titah Zoya ke seberang sambungan.“Siap! Nanti akan saya selidiki dulu!” Sang mata-mata pun menyatakan kesanggupan.Sementara itu, Emma yang sudah jam pulang kerja yaitu jam delapan malam, sedang berjalan ke arah halte bis di mana ia biasa menunggu bis lewat untuk menuju rumah kontrakannya. Di jam seperti itu, memang masih adalah jam pulang yang wajar bagi pekerja non negeri yang biasanya memiliki sistem kerja shift. Saat itu ada beberapa pria dan dua wanita yang juga sedang berdiri, s
Baca selengkapnya

Di Balik Penolakan

Sesampai di rumah, Dante tak membukakan pintu mobil untuk Adriana. Ia langsung bergegas masuk rumah dan naik ke dalam kamarnya tanpa lupa membanting pintu.Adriana merasa menyesal telah menolak aksi Dante tadi. Tapi apa daya, dirinya sama sekali belum terbiasa dengan tindakan semesra itu. Terlebih di tempat umum seperti tadi.Tak disangka, ternyata Nyonya Wanda memperhatikan yang terjadi terhadap sikap putranya. Wanita itu lantas meminta salah satu pelayan yang tadinya tengah menuangkan teh herbal hangat untuknya di ruang tengah untuk memanggilkan Adriana agar menghadap.Adriana yang sudah menyangka bahwa ia lambat laun akan dipanggil oleh mama Dante itu pun datang ke ruang tengah dengan langkah ragu dan pandangan tertunduk malu-malu. Gerangan apa yang mau disampaikan olehnya coba? Sungguh sulit menjelaskan bahwa ia tak nyaman dengan tingkah mesum putra Nyonya Wanda di depan mamanya sendiri. Ya ampun!Sambil menghirup tehnya, Nyonya Wanda menatap lekat Adriana yang berdiri mematung di
Baca selengkapnya

Tuduhan Dante

“Dante tau Mama nggak begitu suka dengan Zoya dari dulu, ya. Tapi Dante pikir Mama udah berubah begitu mengizinkan dia tinggal di sini. Apa sekarang Mama kembali lagi mencampuri urusan kami?” tuduh Dante ketika telah dipastikannya sosok gadis yang ia bicarakan itu telah sampai di kamarnya sana.“Apa maksud kamu, Nak? Mama tidak melakukan apa pun,” sanggah Nyonya Wanda yang memang tak mengerti dengan jalan pikiran putranya itu.“Lalu, barusan Mama membahas apa sama dia? Kenapa juga dia itu jadi banyak berubah sekarang? Nggak seperti Zoya yang dulu kukenal. Kurasa ini pasti karena campur tangan Mama. Iya kan?” Dante kembali melontarkan tuduhan kepada sang mama.Hal mana itu membuat Nyonya Wanda menggelengkan kepalanya tak mengerti kenapa dia sampai menjadi tertuduhnya sekarang.“Kalau dia berubah itu wajar, Dante. Kamu hilang ingatan. Siapa tahu kamu yang malah lupa dengan sikap dia yang seperti biasanya itu yang bagaimana? Mama tadi cuma bahas apa ada masalah dengan kerjaannya di kanto
Baca selengkapnya

Saling Segan

Untuk sejenak, suasana di dalam mobil masih senyap. Adriana menarik rambut yang menjuntai ke pipi hingga ke belakang telinga. Gadis muda itu menarik napas dalam seraya menetralisir degup jantungnya yang berdetak berantakan. Sementara Dante, wajahnya terlihat kusut setelah meninggikan suara di hadapan Zoya. Perlahan Dante menarik tubuh ke belakang sembari menyugar rambut kasar. Lelaki tampan itu menghela napas dalam. Dia merasa bersalah karena telah membuat Zoya terdiam seribu bahasa. "Maafkan aku, Zoya." Dante menyentuh pundak gadis muda itu pelan. Adriana menepis sentuhan Dante seraya membuang pandangannya asal. Gadis muda itu sebenarnya sungkan berada semobil dengan Dante. Apalagi sejak kejadian tadi malam. Adriana sungguh malu mengingat saat Dante dengan berani masuk ke kamarnya tanpa izin. Dante menundukkan wajah. Melihat Zoya duduk bergeming, semakin membuat Dante yakin bahwa gadis di hadapannya bukanlah Zoya yang dia kenal. "Please, Sayang. Aku, aku hanya ingin hubungan ki
Baca selengkapnya

At The Office

"Maaf, Dante! Aku sudah berjanji akan merubah semua sikap dan perbuatan burukku selama ini. Aku … berharap kamu memahami aku sekarang." Adriana menarik tubuhnya ke samping seraya menghindari deru napas Dante yang mulai terasa menghangat di telinga. Dante menghela napas kasar. Lelaki tampan itu menyugar rambut seraya menatap Adriana lekat. Sungguh sulit rasanya untuk Dante meluluhkan hati Zoya yang sekarang. Lelaki berkemeja rapi itu bingung harus melayangkan jurus apa lagi agar Adriana takluk dan bertekuk lutut seperti dulu? Dante bergegas menarik langkahnya perlahan. Dante menyambar tangan Adriana agar mau duduk bersamanya di sofa sambil berbincang ringan. Mungkin dengan begitu, Zoya akan lebih santai dan rileks. Tidak kaku seperti sekarang, pikir Dante."Ayolah, Sayang!" Dante segera menghempaskan tubuhnya di sofa empuk bermotif keemasan tersebut. Adriana mengikuti saja tarikan Dante kemudian duduk tepat di sebelah lelaki berparas tampan tersebut. "Kamu mau teh atau kopi?" Dante
Baca selengkapnya

Menemui Emma

Tanpa terasa, waktu berlalu begitu saja. Tugas yang diberikan pada Adriana untuk merapikan berkas-berkas administrasi serta sejumlah laporan telah selesai dia kerjakan. Beberapa rekan kerjanya telah merapikan meja dan memadamkan layar monitor. Begitu juga dengan Adriana yang tampak sibuk menyiapkan kepulangannya. Dering ponsel terdengar memanggil berkali-kali. Namun, gadis muda itu mengabaikannya. Dia harus bisa pulang lebih awal dari biasanya. Rencananya, Adriana ingin mampir ke rumah kontrakan Emma untuk mengambil sebagian bajunya yang tertinggal di sana. Gadis muda itu bergegas keluar dari ruangan berukuran sedang tersebut. Dia menarik langkahnya cepat agar segera keluar dari gedung bertingkat itu lebih awal. Setengah berlari Adriana menyusuri selasar perkantoran. Hingga akhirnya gadis itu tiba di pelataran parkir. Sejumlah karyawan tampak berdiri menunggu sesuatu atau juga seseorang yang akan menjemputnya. Sementara Adriana segera melangkah keluar lingkungan gedung agar tidak
Baca selengkapnya

Bab 29 - Melobby Emma

"Hati-hati kamu, Na!" pekik Emma sesaat sebelum sahabatnya itu berangkat menaiki ojek online. Adriana bersorak girang seraya melambaikan tangannya pada Emma. Gadis manis bertubuh semampai itu segera menutup pintu kamar. Sepertinya malam ini dia akan tidur lebih awal. Tubuhnya terasa penat setelah seharian menyelesaikan pekerjaannya di spa house yang tidak jauh dari kontrakan.Emma segera memadamkan lampu kamar. Gadis manis itu segera menghempaskan tubuh ke atas ranjang. Sebuah pesan dia kirimkan pada Adriana via aplikasi hijau. [Titip salam buat Nyonya Wanda, Na]Pesan tersampaikan, tapi belum dibaca. Mungkin Adriana masih dalam perjalanan menuju rumah keluarga Dante.***Mentari pagi tampak bersinar dengan cahaya lembutnya. Gumpalan awan yang berarak ke arah timur seolah menyembunyikan bias cahaya yang harusnya menyinari bumi. Langit tampak mendung dengan angin yang bertiup sepoi-sepoi. Dedaunan kering tampak berguguran di halaman.Zoya kini sedang berencana untuk menyuruh salah seo
Baca selengkapnya

Bab 30 - Pengkhianatan

Emma terperangah. Wah, banyak juga ya duit, pikirnya ragu. Dia masih bingung harus berbuat apa. Jika dia menyetujui permintaan Desri berarti hubungan persahabatannya dengan Adriana akan merenggang. Tapi uang lima puluh juta sangat menggiurkan. Dia belum tentu bisa mengumpulkan uang segitu banyak selama setahun bekerja di spa house ini. Mana sebentar lagi lebaran. Emma harus mudik dan menyiapkan semua kebutuhan keluarganya di desa. Gadis manis itu melanjutkan memijat Desri sesuai prosedur pekerjaan. Dia belum bisa memutuskan mau memilih untuk deal atau menolak permintaan client barunya. "Iya, Mbak! Itu tuh mantap banget. Udah sejak kemarin pegelnya minta ampun di pundak." Desri terdengar menggumam. "Emang Mbaknya sering berlama-lama gitu angkat berat? Atau sering bawa beban gitu ya?" selidik Emma sembari melaksanakan tugasnya dengan santai. "Enggak juga. Saya cuma seneng motoran!" sahut Desri santai. "Emang tadi ke sini naik motor, Mbak?" Emma mulai memijat bagian tangan Desri ya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status