Home / Romansa / Istri Kecil Penebus Hutang / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Istri Kecil Penebus Hutang: Chapter 81 - Chapter 90

184 Chapters

81. Mengantar dan Menjemput

“Aku juga mau, pulang cepat tapi tetap pintar, he he.”Avram menunduk dan mengulum bibirnya menatap gemas ke arah Lavira yang sedang terkekeh bodoh ke arahnya. Bukannya merasa lucu akan wajah sang istri. Avram selalu saja dibuat gemas akan wajah manis istri kecilnya tersebut.Cup ...“Haaah!”Suara pekikan dua perempuan di ruangan tamu itu menarik perhatian Avram yang baru saja mengecup bibir Lavira. Pria itu menatap datar Siara dan Feria yang sedang ternganga cengo di tempat mereka. Tentu saja sepasang ibu dan anak itu terkejut akan aksi tiba-tiba Avram yang mencium gemas bibir istri kecilnya. Kejadian itu tepat terjadi di depan mata Siara dan Feria.Lavira sendiri merasa malu saat ini. Dia merapatkan tubuhnya ke tubuh Avram dengan pipi merona. Avram paham apa yang dirasakan oleh sang istri. Dia menarik tubuh Lavira dan langsung menggendong istri kecilnya bak anak koalan, sungguh aksi manis di pagi hari memanjakan mata.Namun, tidak dengan Feria yang kini sudah mengepalkan tangan men
last updateLast Updated : 2023-02-18
Read more

82. Cepat Pulang

Sesuai keinginan Avram, akhirnya pria itu benar-benar mengendarai mobil dan mengantar sang istri ke sekolah. Saat ini sepasang suami istri muda itu sudah berada di perjalanan. Lavira sendiri terlihat lebih menikmati perjalanan pagi ini. Mungkin dia ikut merasa senang karena akhirnya sang suami mengantarnya langsung ke sekolah. “Hari ini kamu akan dikawal oleh dua kelompok. Kalau ada apa-apa dan mereka masih tidak becus menjaga kamu, aku akan tambahkan dua kelompok lagi,” ujar Avram. Lavira meringis, dia menatap sang suami yang fokus menatap jalanan kota. “Aku rasa mereka sudah sangat cukup, Kak. Aku juga tak akan ke mana-mana lagi tanpa mereka. Bahkan ke toilet saja Kakak memberi aku dua pengawal perempuan khusus untuk hal lebih pribadi, jadi ... sepertinya akan sangat aman,” ucap Lavira kikuk. Dia tak bisa membayangkan bagaimana kehidupannya mulai hari ini di sekolah. Harus ditemani oleh dua puluh orang sekaligus ke mana-mana. Memang akan terasa lebih aman, tetapi itu sangat menger
last updateLast Updated : 2023-02-19
Read more

83. Telepon

“Jadi sebenarnya untuk hubu ....”Tring ... tring ... tring ...Untuk kesekian kalinya dalam sepuluh menit ini suara ponsel berdering memekakkan telinga dan menganggu kalimat guru yang menjelaskan di depan kelas. Lavira meringis, dia melirik pengawal perempuan yang kini sudah berjalan ke arahnya sambil membawa ponsel yang baru saja berdering.“Maaf, Bu,” ringis Lavira merasa tak enak kepada guru perempuan di depan sana.Guru itu hanya bisa tersenyum kaku. “Tidak apa-apa, jawab saja,” jawab guru tersebut. “Lebih baik dari pada Tuan Dakasa ke sini,” sambung guru itu di dalam hati.Yah, Avram adalah pelaku yang sedari tadi mengganggu proses pembelajaran di kelas Lavira. Pria itu tak menghubungi ponsel Lavira, tetapi sengaja menghubungi ponsel bawahannya. Sebab ponsel Lavira diatur mode diam, sehingga dia tak bisa menghubungi setiap waktu. Pria itu dengagn tak merasa bersalahnya terus menghubungi Lavira setiap selang sepuluh menit.“H-halo, Kak,” balas Lavira setengah berbisik.Dia menole
last updateLast Updated : 2023-02-20
Read more

84. Makan Siang

“Pergi kalian, brengsek!” pekik Joana marah.“Cih, masih sok-sokan merasa berkuasa. Cuih,” ejek seorang siswi menatap Joana sinis.“Tau, tidak sadar diri. Berkaca, huuuu!”“Huuuu!”Joana mengepalkan tangannya mendengar kalimat dan cemoohan para siswa lain. Dia menatap mereka semua dengan wajah geram. Dulu biasa disanjung dan dipuja-puja, sok berani, sekarang dia benar-benar seakan merasakan berada di posisi Lavira dulu. Bagaimana kini perempuan itu dihina, diejek dan disoraki menjijikkan oleh siswa satu sekolah.“Cih, manusia sampah! Ternyata bertindak begitu tak punya hati kepada kakak sendiri. Padahal satu ayah, masih ada hubungan darah! Cuih, najis.”“Kalau aku jadi Lavira, pasti sekarang aku tarik-tarik rambutnya, aku buat dia seperti ondel-ondel. Dulu saja disiksa dan selalu dibully, padahal kakak seayah, bukan manusia sampai tidak punya hati, heh.”“Sekarang bukan tandingan Lavira lagi, Lavira sudah menjadi nyonya dikeluarga Dakasa. Mampus kau!”“Huuuu!”“Diam, kalian merasa ber
last updateLast Updated : 2023-02-20
Read more

85. Ingin Bicara

Joana menggeram, dia menatap Lavira yang kini sedang masuk ke dalam sebuah toilet sekolah. Ingin sekali dia menemui Lavira sekarang, tetapi itu akan sangat sulit. Pasalnya, ke toilet pun Lavira diikuti oleh para pengawal perempuan. Memang itu sudah ditegaskan oleh Avram, Lavira tak boleh lepas dari pantauan sedikit pun.“Bagaimana caranya aku harus menemuinya? Aku tak terima, Mama dan Papa bercerai, ini semua karena salahnya,” geram Joana masih menyalahkan Lavira atas semua hal yang terjadi di dalam kehidupannya.Membulatkan tekad, Joana mulai melangkah ke arah toilet sekolah. Ini masih jam pelajaran, tetapi Lavira sengaja meminta izin untuk menerima telepon dari Avram. Dia merasa tak enak jika terus mengganggu aktivitas belajar mengajar. Selain itu, Lavira nampaknya juga ingin buang air kecil, terbukti dengan keberadaan dua pengawal perempuan di depan pintu bilik kecil toilet tersebut.Joana menatap seluruh pengawal Dakasa yang berada di depan pintu toilet. Dia bergerak masuk ke dala
last updateLast Updated : 2023-02-22
Read more

86. Lepas Kendali

Lavira menatap Joana dengan pandangan penuh arti. “Sepertinya kamu masih tidak berubah, ya? Apa kejadian waktu itu masih belum menyadarkan kalian?” ucap Lavira kepada Joana.Suara Lavira masih terdengar cukup lembut. Nampaknya rasa marah dan rasa dendam itu belum berhasil sepenuhnya mengubah sifat dan kebiasaan Lavira. Meski merasa marah dan ingin sekali membalas, nyatanya Lavira tak bisa bersikap angkuh ataupun sekadar tersenyum sinis ke arah Joana. Lavira tak bisa melakukan itu, sebab itulah dia seakan melimpahkan semua pembalasan dendam ini kepada sang suami.“Kau sendiri sekarang sudah sok berani karena ada mereka? Cih, seperti apa pun kau dikawal, tetap saja kau itu sampah di dunia ini,” geram Joana menatap tajam ke arah Lavira.“Jaga bicara Anda, Nona. Jangan sampai kami melakukan hal kasar,” tegas salah satu pengawal perempuan Lavira kepada Joana.“Saya tidak berbicara kepada kalian, kalian hanya seorang pengawal. Jadi tidak usah ikut campur urasan saya,” pungkas Joana membalas
last updateLast Updated : 2023-02-22
Read more

87. Jiwa Iblis

Tangan Joana terkepal kuat dengan wajah memerah karena marah. Kalimat-kalimat itu bukannya menyadarkan Joana. Hal itu malah membuat jiwa gila perempuan itu semakin menjadi, dan rasa benci Joana kepada Lavira semakin membesar. Joana menatap Lavira dengan mata tajamnya.“Kau sengaja mengucapkan ini di depan semua orang ‘kan? Kau perempuan licik, manusia brengsek! Seharusnya waktu itu memang kau langsung aku bunuh saja, perempuan brengsek!” teriak Joana. Tak hanya berteriak, perempuan itu berlari ke arah Lavira, berniat menyerang.Sett ... bugh ... brak ...Semua orang terkejut saat dengan tiba-tiba Avram muncul dan langsung menendang tubuh Joana. Pria berambut abu-abu itu muncul dari arah keramaian siswa dan menghalangi Joana dengan kakinya. Sekarang Joana sudah terbarik di atas lantai sambil meringis sebab tubuhnya sempat membentur ujung meja westafel.“Kau benar-benar ingin dihabisi sekarang juga,” desis Avram menatap tajam Joana.Lavira, dia masih sesegukan di tempatnya. Dia pun semp
last updateLast Updated : 2023-02-22
Read more

88. Takut Marah

“Lepaskan aku, lepaskan!”Teriakan Joana mengalihkan perhatian Lavira yang sedang berada di dalam gendongan Avram. Semua orang juga mulai menjauh ketika melihat para pengawal Dakasa menarik paksa tubuh Joana. Avram sendiri menatap itu semua dengan wajah dinginnya.“Dia sudah diberi kesempatan, tapi tak dipergunakan dengan baik. Jadi, sekarang dia akan benar-benar menjadi kurungan Dakasa,” ucap Avram seakan memberitahu Lavira.Perempuan polos itu sangat terkejut mendengar kalimat Avram. Dia kembali menatap Joana yang kini memberontak, berusaha melepaskan diri. Perempuan itu terlihat cukup menyedihkan, tetapi masih tak tahu keadaan dengan menatap Lavira tajam.“Lavira! Lepaskan aku, cepat! Papa pasti akan marah besar kepadamu jika aku tak kembali ke rumah! Lepaskan akuuu!” pekik Joana tertuju kepada Lavira.Nampaknya perempuan itu sudah mulai tak waras. Bagaimana dia semakin menggila padahal kini hidupnya seakan sudah berada di ujung tanduk. Andai saja Lavira menyuruh Avram untuk membun
last updateLast Updated : 2023-02-23
Read more

89. Memecah Iblis

“Avram.”Pergerakan Avram terhenti ketika pria itu melangkah ke arah taman di mana sang istri berada. Dia menoleh ke arah sumber suara, di mana kini Siara berdiri bersama Feria yang sedang menatapnya dengan wajah berbinar. Avram menatap dua perempuan itu dengan wajah datarnya.“Itu ... masalah Fero. Apa kamu tidak keterlaluan dalam menghukumnya? Fero tidak salah sepenuhnya dalam masalah penyelundupan dana itu. Dia tidak ikut serta, dia juga korban, seharusnya dia tak mendapatkan hukuman,” ucap Siara memberanikan diri berbicara kepada Avram.Avram menatap Siara dengan mata tajamnya. Bahkan tatapan tajam itu berhasil membuat Siara mengalihkan wajah karena tak kuat. Sungguh, kemampuan Avram dan kekuasaan pria itu sangat tak main-main. Cukup dengan tatapan mata saja, Avram sudah berhasil membuat orang merasa ngeri.“Hukum atau pecat?” desis Avram datar.Siara terkejut, sama dengan kalimat Rino kala itu. Seakan hidup Fero hanya ada pada dua pilihan tersebut. Benar, kesalahan Fero tak bisa
last updateLast Updated : 2023-02-24
Read more

90. Dibawa Pengawal

“Mas, bagaimana ini, Mas? Kenapa Jo belum pulang, tolonglah, Mas. Aku tidak berbohong, kamu cek saja di rumah, tak ada Jo, Mas.”Farhan menatap Marni, mantan istrinya itu tiba-tiba datang ke rumahnya sambil menangis. Farhan nampak tak percaya jika ucapan Marni yang mengatakan hilangnya Joana. Farhan seakan harus membuat dirinya sendir terlihat lebih cerdik dan tak ingin dibodohi lagi oleh Marni. Hal paling penting adalah, setiap kali laki-laki itu melihat wajah Marni. Seketika bayang-bayang mendiang Vara memenuhi isi benaknya.“Jika kau berani berbohong, aku akan mengambil alih Jo dan membawanya bersamaku,” ancam Farhan menatap Marni tajam.“Iya, apa pun itu. Aku tak berbohong kali ini, Mas. Dari kemarin aku menghubungimu, dia tak pulang dari pulang sekolah kemarin. Tak ada juga laporan dari teman-temannya. Aku sudah menghubungi teman-temannya tetapi mereka tak ada satu pun yang mengangkat. Aku cemas, Mas, Jo ke mana dan kenapa. Tidak biasanya dia seperti ini,” celoteh Marni benar-ben
last updateLast Updated : 2023-02-24
Read more
PREV
1
...
7891011
...
19
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status