Akhirnya Kumenemukanmu"Sudah diperiksa, Bu?" tanyaku mencoba tenang. Dalam situasi seperti ini, aku tak boleh ikut panik agar tidak gegabah dalam mengambil sikap."Sudah. Tapi masih tinggi demamnya. Ibu ngga tau lagi harus gimana. Kayaknya dia rindu kamu. Beberapa hari ini dia murung terus," jawab Ibu panik.Mendengar suara Ibu yang panik membuatku turut merasa cemas. Maklum saja, ini pertama kali kami hidup berjauhan dan diusia Caca yang masih terlalu kecil harus kehilangan ayah dan hidup berjauhan dengan Ibu secara bersamaan."Ibu jangan panik, ya? Obat penurun panasnya jangan lupa diminumkan. Sania usahain untuk pulang hari ini juga. Ibu tenang, ya?" "Iya. Tapi beneran ya, Nduk, jangan sampai ngga pulang. Ibu ngga tega melihat Caca sakit kayak gini," jawab Ibu memohon kepastian. "Sania janji, Bu. Sania usahain untuk pulang hari ini juga," jawabku meyakinkan sambil melirik jam yang bertengger di dinding.Setelah menutup panggilan dari Ibu aku terduduk lemas di bibir ranjang. Bibi
Read more