Bab 14B"Wow, cantiknya!"Riana, lebay seperti biasa. Dia tampaknya juga move on dengan cepat. Mungkin karena sudah menemukan gebetan baru, abangku sendiri.Aku mengibaskan rambut dengan gaya berlebihan, dan duduk dengan sok anggun. Karyawan lain, yang kebanyakan lelaki ikut pula sibuk menggoda, mengomentari rambut baruku. Namun, ada yang berbeda. Di meja pojok yang biasanya ditempati Pak Andi, kini ada seorang cowok yang sudah sibuk berkutat dengan layar komputer. Tadi, dia melirik sekilas ketika Riana berteriak cantik. Selebihnya, dia diam saja, tidak menegur dan juga tak memperkenalkan diri."Siapa itu?" Bisikku."Oh, karyawan baru, Pak Andi dimutasi ke Surabaya.""Ganteng.""Gantengan Pak Arfan. Udah jangan pindah target. Pak Bos lebih menawan."Aku terkikik. Riana benar juga. Aku meletakkan tas di atas meja dan mulai menghidupkan komputer. Jam delapan kurang lima. Tak ada lagi waktu ngobrol, meski aku masih ingin membahas video viral itu dengan Riana. "Permisi, Mbak. Boleh pinja
Read more