Home / Romansa / ISTRI YANG TERGADAIKAN / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of ISTRI YANG TERGADAIKAN: Chapter 91 - Chapter 100

117 Chapters

91. Pesta Penyambutan

"Wah, Ibu, lihat! Kolamnya sangat besar!" teriak Keano. Shafira berlari kecil mengikuti putranya. Raline juga ikut bergabung dengan membawa kedua putrinya. "Ibu, aku ingin mandi. Apa boleh?" Shafira mengangguk.Keano melepas baju dan celana panjang menyisakan celana pendek. Dia kemudian melompat ke dalam kolam. Dia bersorak gembira. "Ma, aku ingin mandi juga," rengek Zavara. "Boleh, Sayang. Nanti mainnya sama Keano ya?" Sheina dan Zavara mengangguk. Keduanya kemudian berlari dan menuju kolam anak. Ketiganya bermain bersama. Suara riuh tawa mereka mulai terdengar. Raline dan Shafira duduk di tepian kolam mengawasi anak-anak mereka. Suara keributan itu didengar oleh Nyonya Sonia dan Alice. Mereka kemudian mendekat dengan menampakkan wajah angkuhnya."Oh, rupanya kalian?"Raline dan Shafira menoleh. Wajah tak bersahabat mulai ditunjukkan oleh mereka."Rupanya Nyonya yang terbuang sudah kembali. Pantas saja rumah serasa penapungan korban bencana. Kemarin keluarga kumuh itu datang,
last updateLast Updated : 2023-07-23
Read more

92. Membawa Shafira Pulang

"Shafira dan Keano hanyalah alat untuk menguasai Guinandra Grup.""Jangan dengarkan dia, Pak!" ujar Amira. "Dia bisa saja memancing kita karena dia iri dengan apa yang didapatkan Shafira. Lihat saja bagaimana mertua dan suaminya mengadakan pesta mewah ini. Bilang saja Anda cemburu," tuding Amira. Alice tertawa keras. Dia sangat memanfaatkan keadan saat ini karena melihat mereka terlalu sibuk melayani para tamu undagan. Shafira, Ralie dan anak-anak mereka sibuk bermain. "Ha ha ha. Kalau begitu tanyakan pada Ken, siapa aku," jawab Alice demgan percaya diri sambil memperlihatkan cincin berlian di tangan kanannya. Alice berlalu begitu saja saat merasa Hermawan sudah terpancing. Nirmala terus berusaha membujuk suaminya agar tetap tenang. "Tenang, Pak. Kita selesaikan dulu pesta ini baru kita tanyakan kebenarannya.""Nenek sihir itu pasti hanya membual," imbuh Amira."Selamat datang kembali, Nyonya Shafira. Kami sangat merindukan Anda.""Terima kasih, Vanya."Mereka kemudian mengobrol
last updateLast Updated : 2023-07-23
Read more

93. Menyusul Shafira

"Pak, sabar! Jangan terbawa emosi.""Ayah mana di dunia ini yang bisa dengan santainya mendengar putrinya tersiksa? Apalagi selama sepuluh tahun, Bu!""Aku paham, Pak. Tapi, kita tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya."Hermawan mendengus kesal. Shafira hanya bisa menangis sesegukan. Keano yang tidak tahu apa-apa hanya bisa memeluk ibunya. "Masuk ke kamar, Shafira!"Shafira menuruti kemauan Hermawan. Baru kali ini dia melihat ayahnya semurka itu. Hasutan Alice benar-benar membuat segalanya hancur. "Ibu, apa yang terjadi? Kenapa kakek marah?"Shafira diam. Dia hanya bisa menangis. "Ayah mana ibu? Kenapa kakek memisahkan kita lagi dengan ayah?"Shafira memeluk tubuh putranya. Hanya itu yang bisa dia lakukan saat ini. Keano tidak bisa berbuat apa lagi selain memilih diam. Dia tahu sesuatu telah terjadi pada kedua orang tuanya. "Tidurlah, Nak. Besok Ibu yakin, Ayah pasti menjemput kita."Keano berusaha memejamkan mata seperti yang diinginkan ibunya sedangkan Shafira memilih menangis
last updateLast Updated : 2023-07-23
Read more

94. Usaha Kenward dan Kabar Bahagia

"Apa benar kamun menjemput mereka semata-mata hanya karena ingin mempertahankan warisan?"Semua terdiam dengan pertanyaan Hermawan. "Apa yang dikatakan Alice itu tidak benar, Pak. Aku menjemput mereka semata-mata karena aku mencintai dia.""Aku ingin mereka kembali bersamaku."Hermawan terdiam. Sungguh berat dia melepas kembali putrinya. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana menderitanya Shafira dulu. Nirmala datang lalu membisikkan ke telinganya bahwa Shafira terus memanggil Kenward. Hermawan menarik tangan istrinya kemudian membawanya ke dapur. Di dalam mereka.berdebat hebat. "Aku tidak akan membiarkan mereka bertemu. Aku tidak ingin putriku menderita lagi.""Tapi, kebahagiaan Shafira ada pada suaminya, Pak. Kita tidak tahu cerita yang sebenarnya."Mereka terus berdebat hingga Shafira bangkit sendiri. Dia berjalan tertatih untuk menemui suaminya. Saat matanya menangkap jelas sosok yang dirindukan, Shafira menangis teersedu. Tanpa sengaja Kenward mengangkat kepalanya dan melihat
last updateLast Updated : 2023-07-24
Read more

95. Tuan Alex Menagih

Tiga belas tahun yang lalu saat di mana masalah itu muncul. "Apa, tiga ratus juta?!" pekik Nirmala. Wanita yang berdaster bunga-bunga, alis yang diukir tebal dengan bibir yang merah merona itu terperanjat saat mendengar nominal yang disebutkan oleh Tuan Alex-Sang rentenir keji di desanya-. "Iya, kenapa?" "M-masa sebanyak itu, Tuan?" "Kamu pikir aku mau menipu kalian?!" bentak laki-laki bertubuh kekar dengan tato hampir di seluruh badannya. "T-tidak, Tuan. Bukan itu maksudku. Tapi, kami dapat dari mana uang sebanyak itu?" ujar Nirmala memelas. Tuan Alex mendecih. Dia kemudian menghisap batang rokoknya lalu mengembuskan ke udara. "Aku tidak peduli. Intinya kembalikan uang itu," desis Tuan Alex dengan menyeringai. "Saat ini kami belum punya uang, Tuan. Aku mohon beri kami waktu."Tuan Alex menggebrak meja hingga membuat Nirmala terperanjat kaget. Kedua pengawal yang menemani Tuan Alex juga terperanjat.Wajah Tuan Alex mendekat ke Nirmala membuat wanita itu berdingik ngeri. Bau
last updateLast Updated : 2023-07-24
Read more

96. Berusaha Membujuk Shafira.

"Pak, ini sudah hari ke tiga dan kita tidak punya uang untuk membayarnya," keluh Nirmala. "Satu-satunya cara untuk membayar utang-utang itu adalah menjual kembali semua barang yang kalian beli. Perhiasan, tas-tas mahal dan semuanya!""Tidak! Aku tidak mau, Pak!""Jadi, bagaimana caranya untuk bisa menebus utang-utang itu, Nirmala?""Apapun caranya kecuali dengan menjual barang-barangku. Aku tidak mau, Pak!"Hermawan tidak peduli. Dia lalu berjalan ke kamar dan mengobrak-abrik isi lemari. Birmala berteriak histeris saat semua barang kesayangannya berhamburan begitu saja. "Apa yang kau lakukan, Pak! Rusak nanti barang-barang berhargaku."Hermawan tidak peduli. Dia menyiapkan sebuah koper berukuran besar dan memasukkan semua barang yang dianggapnya mahal. Nirmala terus berusaha menahan suaminya melakukan itu semua. "Lepas!""Lepaskan dulu barang-barangku itu!""Buat apa menumpuk barang ini semua kalau rumah dan tanah ini akan terjual?""Pokoknya aku tidak mau, Pak! Cari cara lain!"
last updateLast Updated : 2023-07-24
Read more

97. Hermawan tertangkap basah mencuri

"Apa yang kalian cari?!""Ah, Ibu berniat merapikan barang-barangmu. Sepertinya kamu kecapaian sampai-sampai tidak ada waktu untuk merapikan kamar ya?""Aku tidak pernah menghamburkan pakaian apalagi barang-barangku. Kamarku selalu rapi bahkan bagaimana kalian bisa masuk padahal aku mengunci kamar ini?"Nirmala dan Amira gelagapan. Mereka kemudian berusaha menyembunyikan pisau yang dibawanya. "K-kami ....""Keluar atau akunlaporkan pada polisi?!"Amira dan Nirmala semakin gelagapan. "Begini, Shafira, Ibu ingin meminjam emasmu untuk tambahan sebagai tebusan atas utang-utang bapak.""Tidak. Aku tidak ingin melakukannya.""Kamu mau bapak dipenjara?""Berhenti terus berusaha membujukku, Bu. Aku tidak akan pernah menyerahkan emas ini. Semua ini adalah milik mendiang Ibuku. Kalian ataupun bapak tidak berhak sama sekali.""Jangan keras kepala, Shafira!""Aku tidak keras kepala. Aku hanya melindungi peninggalan Ibu dari kalian para makhluk serakah.""Shafira!""Jika kalian ingin menyelamatk
last updateLast Updated : 2023-07-24
Read more

98. Janji Kenward

"Aku tidak menyangka, dengan kejadian itu aku ditakdirkan bertemu denganmu. Allah mempertemukan kita dengan cara yang benar-benar di luar dugaan kita sebagai manusia.""Takdir kita memang unik. Meskipun caranya memalukan," ujar Shafira.Kenward tersenyum. Dipandangi wajah Shafira."Kenapa ya kitta harus dipertemukan dalam kondisi mengenaskan seperti itu?" tanya Shafira polos. Kenward terbahak-bahak. Dia merasa lucu mendengar pertanyaan Shafira hingga memegangi perutnya. "Sayang, kamu tahu? Pertama kali kita dipertemukan bukan dalam kondisi kamu datang memohon untuk membebaskan bapak. Bukaaan.""Lalu? Setahuku itu.""Kita pertama kali dipertemukan saat kamu masih remaja. Waktu itu aku masih berstatus mahasiswa. Kamu menangis saat Ibu meninggal. Aku turut hadir di pemakaman itu bersama Papa. Aku lihat kamu sangat terpuruk.""Lalu kita berpisah saat aku harus kembali ke London. Masa liburku sudah habis. Kita bertemu lagi beberapa tahun kemudian saat aku dan Clara datang berkunjung ke d
last updateLast Updated : 2023-07-25
Read more

99. Membawa Shafira dan Keano Pulang

"Terima kasih, Hermawan, sudah memberikan kepercayaan lagi pada putraku untuk membersamai putrimu lagi." Hermawan menarik senyum simpul. "Aku melakukannya demi kebahagiaan putriku, Tuan. Aku lihat sendiri bagaimana putriku bahagia bersama suaminya."Shafira menjatuhkan kepalanya di pundak laki-laki yang terus membersamainya sejak kecil. Semenjak kematian Salwa-ibunya- Shafira tidak punya siapa-siapa lagi. Tangannya masih menggenggam erat tangan Hermawan. "Aku yakin Salwa pasti bahagia melihat ini semua. Janji yang kalian dulu ucapkan, akhirnya terlajsana juga."Tuan Albern melebarkan matanya setelah mendengar penuturan dari Hermawan. "Salwa dulu mengatakan itu padaku.""Apa hubungan ibu dengan papa Albern, Pak?"Hermawan kembali mengulas senyumnya. Ingatannya kembali saat Salwa mengucapkan itu. "Saat sebelum menikahi mendiang ibumu, bapak bertanya padanya, apakah dia terikat janji dengan seseorang. Ibumu bilang, kalau doa tidak terikat janji untuk hidup bersama, mereka hanya sali
last updateLast Updated : 2023-07-25
Read more

100. Alice Murka

"Pagi, Alice, lama ya kita tidak saling menyapa?" Alice yang baru saja pulang dari belanja bersama teman-temannya berhenti sejenak. Tubuhnya mematung. Dia tidak menyangka orang yang ingin dia lemyapkan akhirnya kembali lagi. Mereka beradu pandang. Alice geram saat tatapan Shafira tidak seteduh dulu. Wanita itu kini berani menatapnya dengan tatapan menantang."Kenapa? Kamu terkejut aku ada di sini? Orang yang selalu berusaha kamu lenyapkan?"Shafira tersenyum sinis. Matanya menyorot tajam. Dia tidak ingin selalu ditindas oleh wanita yang ada di depannya. Shafira mendekat hingga sangat dekat dengan Alice. Kembali dia tersenyum meremehkan. "Ingat, Alice, sekuat apapun kamu ingin menyingkirkanku, kamu tidak akan pernah berhasil melakukannya. Sekarang terbukti kan siapa yang kuat di antara kita?"Shafira kemudian beranjak pergi meninggalkan Alice yang masih berdiri mematung. Dia berjalan santai menaiki anak tangga seolah dia tidak selemah yang Alice pikirkan. Buru-buru Shafira menutup
last updateLast Updated : 2023-07-25
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status