"Salim, Salman, buruan bawa Ayah kalian!" titahku sambil menyusut air mata. 'Ya Allah, Mas. Tolong bangun . Jangan tinggalkan aku dan calon anak kita, Mas.' Salim dan Salman segera menggotong Mas Kenzo masuk ke dalam mobil, meletakkan kepala sang ayah di pangkuanku, lalu lekas membawa Mas Kenzo ke rumah sakit. "Mas, buka mata. Kamu jangan buat aku takut, Mas!" Menepuk-nepuk pelan pipi Mas Kenzo, yang sudah terlihat pucat pasi. "Buruan, Salim. Kamu nyetir kok kaya keong!" teriakku tidak sabar. "Sudah cepet ini, Bun. Bunda yang sabar. Insya Allah ayah baik-baik saja!" jawab Salim sambil terus fokus mengemudi. Sedang Salman, dia sedang sibuk menghubungi dokter yang biasa menangani ayahnya, memberi tahu kalau gula darah Mas Kenzo naik hingga hampir 600 mg/dl, biasanya tidak sampai 300. "Alhamdulillah dokter Darwinnya ada, Bun. Beliau juga lagi otewe ke rumah sakit!" ucap putra kedua suamiku sambil meletakkan ponselnya. Aku terus mendekap tubuh Mas Kenzo, membisikkan doa yang aku bi
Terakhir Diperbarui : 2024-10-29 Baca selengkapnya