Kini netraku terasa memanas mengenang jasa-jasa Ayah. Rindu yang tiada bisa terobati semakin terasa menggebu di kalbu."Kamu tugas jam berapa, Man?" tanyaku seraya menatap wajah teduh adikku."Off, Kak. Mau diajak jalan-jalan?" Dia terkekeh."Ziarah ke makam Ayah." Salman menoleh, tersenyum sambil mengacungkan ibu jari.Menggenggam gagang pintu, memutarnya seraya mengucap salam dan masuk. Aku terkesiap ketika melihat Safina sedang menangis dalam dekapan Bunda, dan Bunda memindaiku dengan tatapan tidak seperti biasanya. Kilat kemarahan tergambar jelas di wajah ayunya, walaupun dia berusaha menutupi."Salim, duduk sebentar, Nak!" perintah Bunda. Sepasang bola mata indahnya tidak lepas dari wajahku hingga aku melungguh di sebelah Safina, berjarak beberapa centimeter karena untuk saat ini sedang menghindari bersentuhan dengan wanita itu."Apa yang sudah kamu lakukan terhadap istri kamu, Nak?" Lagi,
Last Updated : 2023-04-20 Read more