Home / Rumah Tangga / Kontrasepsi di Kamar Adikku / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Kontrasepsi di Kamar Adikku : Chapter 141 - Chapter 150

232 Chapters

Part 139

“Fin, aku itu mau nyari tempat usaha loh. Kalau kamu nggak percaya, ayo ikut sama aku.” “Oke. Aku ganti baju dulu.” Dia segera melepaskan pakaiannya dan menggantinya dengan yang baru. Aku menggeleng perlahan. Biarlah. Akan kuturuti apa maunya sekarang, bukankah kata Bunda, api itu tidak bisa dilawan dengan api juga. Aku harus menjadi air supaya api yang menyala tidak membesar serta menghanguskan. Setelah Safina selesai berpakaian, lekas kami berdua keluar, pamit kepada Bunda untuk pergi menemui temanku. Saat dalam perjalanan tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Safina. Dia tetap membuang pandang ke luar jendela, tidak mau menoleh ke arahku walaupun hanya sebentar saja. ***Pukul sembilan pagi kami sampai di tempat tujuan. Safina masih saja diam membisu, bahkan saat tamanku menyapa dia tidak meresponsnya sama sekali. Membuat diri ini tidak enak hati, takut dikata tidak mampu mendidik istri. “Kamu
last updateLast Updated : 2023-04-07
Read more

Part 140

"Kamu serius mau pulang, Fin?" tanyaku dengan intonasi dibuat selembut mungkin."Iyalah, masa cuma bercanda!" Dia menyahut tanpa menoleh sedikit pun kepadaku.Ya Allah. Semakin hari sifatnya semakin memprihatinkan. Tidak ada sopan santunnya sama sekali terhadap suami."Ya sudah. Nanti aku carikan tiket kereta api. Atau, kamu mau naik travel saja?" Safina segera beranjak duduk dan menatap nyalang wajahku. "Kenapa harus pakai kereta atau travel? Kan ada Mas Salim. Mas punya mobil buat nganter aku pulang, 'kan?!" ujarnya meradang."Iya. Tapi aku capek kalau harus mengantar kamu ke Semarang hari ini. Aku juga takut kalau kita sudah sampai ke Semarang, kamu dan keluarga kamu akan melarangku kembali ke Jakarta lagi.""Memangnya kenapa kalau kita tinggal di sana, Mas?" "Sekarang kamu pikir sendiri, Safina. Kamu di Jakarta, di rumahku saja memperlakukan aku seperti ini. Bagaimana nanti jika kita tinggal di Semarang. Bisa-bisa aku kamu jadikan alas kaki di sana. Lagian, selain mempunyai kew
last updateLast Updated : 2023-04-13
Read more

Part 141

Aku mendengkus kesal. Rasanya tubuh bagian atas serta bawah ngilu semua menahan hasrat yang tidak bisa tersalurkan.Menoleh ke arah Safina yang sedang terbaring menghadap tembok, mencoba merayunya sekali lagi tetapi dia geming. Masih tetap dalam mode yang sama, tidak mau menoleh apalagi melayaniku.Astaghfirullah...Ternyata seperti ini jika sudah menikah. Ketika hasrat sudah di ubun-ubun dan tidak dapat dituntaskan, kepala terasa sakit dan sulit sekali untuk memejamkan mata.Turun dari tempat tidur perlahan, masuk ke dalam kamar mandi membasuh badan dengan air hangat, karena biar bagaimanapun aku tadi sempat bernapsu dan...Sudahlah. Tidak perlu dijabarkan. Kasihan Mak Othor nanti dicekal.Guyuran air hangat dari shower membuat tubuhku serta bagian-bagian yang menegang menjadi sedikit rileks. Sepertinya harus sering-sering puasa jika Safina terus-menerus seperti ini.Kecewa berat. Tetapi apa hendak dikata. Aku juga salah, telah membuat dia kecewa sekaligus marah. Semoga saja Allah me
last updateLast Updated : 2023-04-17
Read more

Part 142

“Ya sudah. Terserah kamu. Yang penting sebagai suami aku sudah meberi tahu dan menasehati. Didengar atau tidaknya terserah kamu!” Aku mulai tersulut emosi juga.“Ya iyalah, terserah. Kamu ‘kan nggak pernah perduli sama aku. Kamu itu Cuma perduli sama mantan kamu. Sama masa lalu kamu. Kalau sama aku mana perduli!”Astaghfirullahaladzim...Safina benar-benar sangat menguji kesabaranku setiap saat. Kenapa dia keras kepada sekali seperti itu ya Allah. Aku pikir dia wanita shalihah dan penurut seperti yang terlihat. Ternyata aku salah besar. Dia pembangkang dan lebih mendengar omongan paklik dari pada suaminya sendiri. Mau dibawa kemana hubungan ini kalau dia terus-menerus seperti ini?“Kenapa diam, Mas. Kenapa kamu tidak mendebat? Kalau diam aku artikan semua perkataanku itu benar!” sengitnya lagi.“Fin, Safina. Dengarkan aku, sayang. Aku sedang berusaha mencintai kamu. Aku berkata jujur sama kamu itu, karena tidak
last updateLast Updated : 2023-04-18
Read more

Part 143

"Maaf, Fina. Tolong jangan peluk-peluk!" Melepaskan tangannya yang melingkar di pinggang kemudian beranjak dari tempat tidur."Lho, Mas. Mau ke mana?" Dia terus menatapku dengan mata sudah mengembun."Aku sudah menjatuhkan talak kepadamu. Meskipun baru talak satu, alangkah baiknya kalau kita tidak tidur dalam satu kamar!" Aku berujar sembari melenggang pergi."Mas!" Safina menghalangi jalanku ketika hendak keluar. "Aku minta maaf. Aku tidak serius ingin minta dipulangkan ke Semarang. Aku hanya menguji kamu tadi!" Dia terus menatap mengiba."Maaf, Fina. Untuk sementara ini, kita hidup sendiri-sendiri dulu. Besok aku akan tetap mengantar kamu ke Semarang, supaya kita bisa mendinginkan hati yang sudah terlanjur panas, juga bisa menyadari kesalahan kita masing-masing." "Mas, bukannya talak satu itu masih bisa rujuk. Kamu bisa merujukku sekarang, Mas. Bukannya menurut agama kita, jika seorang suami menjatuhkan talak satu kepada sang
last updateLast Updated : 2023-04-19
Read more

Part 144

Kini netraku terasa memanas mengenang jasa-jasa Ayah. Rindu yang tiada bisa terobati semakin terasa menggebu di kalbu."Kamu tugas jam berapa, Man?" tanyaku seraya menatap wajah teduh adikku."Off, Kak. Mau diajak jalan-jalan?" Dia terkekeh."Ziarah ke makam Ayah." Salman menoleh, tersenyum sambil mengacungkan ibu jari.Menggenggam gagang pintu, memutarnya seraya mengucap salam dan masuk. Aku terkesiap ketika melihat Safina sedang menangis dalam dekapan Bunda, dan Bunda memindaiku dengan tatapan tidak seperti biasanya. Kilat kemarahan tergambar jelas di wajah ayunya, walaupun dia berusaha menutupi."Salim, duduk sebentar, Nak!" perintah Bunda. Sepasang bola mata indahnya tidak lepas dari wajahku hingga aku melungguh di sebelah Safina, berjarak beberapa centimeter karena untuk saat ini sedang menghindari bersentuhan dengan wanita itu."Apa yang sudah kamu lakukan terhadap istri kamu, Nak?" Lagi,
last updateLast Updated : 2023-04-20
Read more

Part 145

“Tuh, kan. Bunda liat sendiri kalau dia itu suka kasar sama aku!” Safina manatap nyalang ke arahku, merasa kalau dirinya paling benar sendiri.“Kamu kemasi barang-barang kamu sekarang juga. Biar aku antar kamu ke Semarang!” sungutku kesal, dengan nada tidak kalah tingginya.Ya Allah...Kenapa semuanya menjadi seperti. Mengapa emosiku jadi meninggi dan sulit sekali untuk dikendalikan. Dan, kenapa Engkau memberiku pendamping hidup seperti Safina.Allahu Akbar...Mengusap wajah kasar, duduk sambil memegangi kepala dengan siku bertopang di atas paha. Mengucap istighfar berkali-kali, mencoba mengendalikan emosi diri.Safina masih terus saja menggerutu, entah apa yang sedang ia ucap aku tidak terlalu mendengar. Tidak mau meladeni juga, sebab sudah cukup emosiku hari ini.“Aku sudah siap!” ketus Safina seraya keluar dari dalam kamar.Aku beranjak dari sofa, melenggang masuk melewati dia berniat menggati
last updateLast Updated : 2023-04-21
Read more

Part 146

Menarik napas dalam-dalam kemudian mengembuskannya perlahan, melirik Safina yang sedang duduk di kursi penumpang sambil menatap ke luar jendela. Ada rasa bersalah menelusup ke dasar hati, merasa telah gagal menjadi seorang suami. Terlebih lagi karena aku sudah menjatuhkan talak kepadanya, walaupun baru talak satu. Masih banyak kesempatan untuk kami kembali.Semoga saja benih yang aku tanam tidak tumbuh di rahim Safina. Sebab, aku tidak mau kelak anakku menjadi korban. Jika kami sudah berpisah juga sudah pasti keluarga Safina akan melarangku untuk bertemu si buah hati.Suara azan di ponsel, membuatku tersadar dari lamunan dan segera mencari rest area. Ingin melaksanakan salat zuhur, menenangkan hati yang sedang dilanda gundah. Menentramkan perasaan yang selalu didera rasa gelisah.“Fin, kita salat dulu.” Aku berujar pelan. Membukakan pintu mobil untuk Safina sambil menatap sendu wajahnya yang sudah terlihat kuyu.Ya Allah ....Ke
last updateLast Updated : 2023-04-22
Read more

Part 147

[Kamu langsung ke sini saja, Lim. Biar kita bicarakan baik-baik masalah ini dengan keluarganya Safina.] Abi kembali mengirimkan pesan.Aku menyentak napas kasar. Kecewa sekaligus kesal dengan tingkah wanita yang sudah aku jatuhi talak satu itu.Menyalakan mesin kendaraan roda empatku, melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan tol yang mulai padat merayap. Tubuh juga rasanya sudah begitu lelah karena di rest area tadi harus mencari Safina hingga lebih dari tiga jam lamanya.Setelah menempuh waktu yang lumayan lama serta menguras tenaga, akhirnya bisa keluar juga dari pintu tol Krapyak, dan aku lihat mobil Abi masih terparkir di depan sebuah minimarket. Gegas diri ini menghampiri, bersandar di moncong mobil sambil menyentak napas kasar."Sabar, Lim. Wanita memang sulit sekali dimengerti. Kadang bisa tiba-tiba baik, kadang berubah jadi kaya singa lapar," ucap Abi seraya menepuk bahu ini dan terkekeh."Tapi Safina itu sudah keterlaluan, Bi. Dia..." Menggantung kalimat, tidak mau m
last updateLast Updated : 2023-04-23
Read more

Part 148

Ah, sungguh keluarga ini penuh dengan misteri serta teka-teki."Silahkan kamu urus rumah tangga kamu sendiri. Jangan libatkan Paklik!" Dia beranjak dari duduknya dan lekas pergi meninggalkan kami.Gus Fauzan menghela napas panjang kemudian menepuk bahu Safina pelan."Kalau sudah menikah, tutup telinga rapat-rapat dan jangan dengarkan apa kata orang lain. Kecuali, orang itu mengingatkan kamu saat melakukan kesalahan. Kalau dia menyuruh kamu berbuat tidak baik ya jangan dituruti. Kamu itu sudah dewasa. Sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dan, satu lagi nasihat saya sama Fina. Jika Fina memiliki rahasia di masa lalu, ceritakan kepada suami kamu, supaya kamu terlepas dari penekanan Paklik kamu," nasihat pria berwibawa itu panjang lebar."Njih, Gus. Saya paham. Mas Salim. Aku minta maaf sama Mas, karena sudah mengecewakan Mas Salim. Demi Allah. Aku sangat mencintai Mas Salim dan tidak mau berpisah dengan Mas Salim. Aku janji akan
last updateLast Updated : 2023-04-24
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
24
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status