Share

Part 145

Penulis: Ida Saidah
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-21 07:00:34

“Tuh, kan. Bunda liat sendiri kalau dia itu suka kasar sama aku!” Safina manatap nyalang ke arahku, merasa kalau dirinya paling benar sendiri.

“Kamu kemasi barang-barang kamu sekarang juga. Biar aku antar kamu ke Semarang!” sungutku kesal, dengan nada tidak kalah tingginya.

Ya Allah...

Kenapa semuanya menjadi seperti. Mengapa emosiku jadi meninggi dan sulit sekali untuk dikendalikan. Dan, kenapa Engkau memberiku pendamping hidup seperti Safina.

Allahu Akbar...

Mengusap wajah kasar, duduk sambil memegangi kepala dengan siku bertopang di atas paha. Mengucap istighfar berkali-kali, mencoba mengendalikan emosi diri.

Safina masih terus saja menggerutu, entah apa yang sedang ia ucap aku tidak terlalu mendengar. Tidak mau meladeni juga, sebab sudah cukup emosiku hari ini.

“Aku sudah siap!” ketus Safina seraya keluar dari dalam kamar.

Aku beranjak dari sofa, melenggang masuk melewati dia berniat menggati
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yayuk Istikanah
semangat update thor, makasih semoga ini keputusan salim yg terbaik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 146

    Menarik napas dalam-dalam kemudian mengembuskannya perlahan, melirik Safina yang sedang duduk di kursi penumpang sambil menatap ke luar jendela. Ada rasa bersalah menelusup ke dasar hati, merasa telah gagal menjadi seorang suami. Terlebih lagi karena aku sudah menjatuhkan talak kepadanya, walaupun baru talak satu. Masih banyak kesempatan untuk kami kembali.Semoga saja benih yang aku tanam tidak tumbuh di rahim Safina. Sebab, aku tidak mau kelak anakku menjadi korban. Jika kami sudah berpisah juga sudah pasti keluarga Safina akan melarangku untuk bertemu si buah hati.Suara azan di ponsel, membuatku tersadar dari lamunan dan segera mencari rest area. Ingin melaksanakan salat zuhur, menenangkan hati yang sedang dilanda gundah. Menentramkan perasaan yang selalu didera rasa gelisah.“Fin, kita salat dulu.” Aku berujar pelan. Membukakan pintu mobil untuk Safina sambil menatap sendu wajahnya yang sudah terlihat kuyu.Ya Allah ....Ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-22
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 147

    [Kamu langsung ke sini saja, Lim. Biar kita bicarakan baik-baik masalah ini dengan keluarganya Safina.] Abi kembali mengirimkan pesan.Aku menyentak napas kasar. Kecewa sekaligus kesal dengan tingkah wanita yang sudah aku jatuhi talak satu itu.Menyalakan mesin kendaraan roda empatku, melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan tol yang mulai padat merayap. Tubuh juga rasanya sudah begitu lelah karena di rest area tadi harus mencari Safina hingga lebih dari tiga jam lamanya.Setelah menempuh waktu yang lumayan lama serta menguras tenaga, akhirnya bisa keluar juga dari pintu tol Krapyak, dan aku lihat mobil Abi masih terparkir di depan sebuah minimarket. Gegas diri ini menghampiri, bersandar di moncong mobil sambil menyentak napas kasar."Sabar, Lim. Wanita memang sulit sekali dimengerti. Kadang bisa tiba-tiba baik, kadang berubah jadi kaya singa lapar," ucap Abi seraya menepuk bahu ini dan terkekeh."Tapi Safina itu sudah keterlaluan, Bi. Dia..." Menggantung kalimat, tidak mau m

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-23
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 148

    Ah, sungguh keluarga ini penuh dengan misteri serta teka-teki."Silahkan kamu urus rumah tangga kamu sendiri. Jangan libatkan Paklik!" Dia beranjak dari duduknya dan lekas pergi meninggalkan kami.Gus Fauzan menghela napas panjang kemudian menepuk bahu Safina pelan."Kalau sudah menikah, tutup telinga rapat-rapat dan jangan dengarkan apa kata orang lain. Kecuali, orang itu mengingatkan kamu saat melakukan kesalahan. Kalau dia menyuruh kamu berbuat tidak baik ya jangan dituruti. Kamu itu sudah dewasa. Sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dan, satu lagi nasihat saya sama Fina. Jika Fina memiliki rahasia di masa lalu, ceritakan kepada suami kamu, supaya kamu terlepas dari penekanan Paklik kamu," nasihat pria berwibawa itu panjang lebar."Njih, Gus. Saya paham. Mas Salim. Aku minta maaf sama Mas, karena sudah mengecewakan Mas Salim. Demi Allah. Aku sangat mencintai Mas Salim dan tidak mau berpisah dengan Mas Salim. Aku janji akan

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-24
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 149

    "Akhirnya kalian hancur juga. Aku berhasil menghancurkan hidup kamu, Salim. Kamu sudah membuat anak saya menderita. Jadi, sekarang ini kita impas. Jangan anak saya saja yang hancur akibat ulah kamu. Kamu juga harus merasakan perpisahan dengan wanita yang kamu cintai. Sekarang aku sudah bisa membayar kematian anakku dengan cara menghancurkan hidup kamu. Kamu tahu, Salim. Gara-gara kamu anakku menderita dan mati. Dia patah hati karena ditinggal menikah oleh Fahri saat dia sedang sayang-sayangnya. Dan sampai kiamat pun saya tidak akan bisa memaafkan kamu. Sekarang dendamku kepadamu sudah terbayar," berang Paklik sambil menghisap dalam-dalam sigaret yang ada di mulutnya.Entah apa maksud perkataan laki-laki tua itu aku tidak mengerti. Siapa Fahri, siapa anaknya, aku tidak mengenal mereka sama sekali. Lantas, apa hubungannya dengan pernikahan aku dan Safina?"Maksud Paklik apa?" Safina menghapiri pamannya dan menanyakan maksud dari perkataan kelaki itu."Kamu tahu, gara-gara Salim Zakira

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-03
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 150

    "Mas Salim itu suami aku. Mas lupa ya? Allah tidak akan marah kepadaku.""Ya sudah. Sekarang Fina lepas dulu pelukannya.""Nanti Mas Salim pergi." "Enggak. Mas tidak akan pergi.Memejamkan mata, tidak tega melihat keadaan Safina saat ini. Aku takut jika pergi akan terjadi sesuatu dengan dia. Aku bingung harus berbuat apa sekarang."Salim!" Kami berdua menoleh secara serempak mendengar ada seseorang memanggil namaku.Gus Fauzan berdiri sambil menatap ke arah kami. Sepertinya Allah telah mengirimkan bantuan untukku, dengan cara menghadirkan Gus Fauzan. Aku yakin beliau pasti bisa menyelesaikan masalah yang tengah terjadi."Ada apa ini? Kenapa kalian peluk-pelukkan di luar, dan Safina menangis seperti itu?" Kedua mata teduh milik paman Azalia tidak lepas dari wajahku."Kita bicarakan di teras saja, Gus." Mencoba melepaskan pelukan Safina dan kali ini berhasil. Alhamdulillah...Kami bertiga duduk di teras

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-04
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 151

    Sepanjang perjalanan aku terus saja memikirkan Safina hingga hampir saja menabrak pengendara lainnya. Beruntung jalan sedang sepi sehingga aku bisa banting setir ke kiri, menghindari kecelakaan yang hampir saja menimpa diri.Konsentrasiku benar-benar terpecah karena wanita itu. Bayang-bayang dia saat menangisi kepergianku terus saja berkelebat di mata, seolah menghakimi hati yang kian merasa bersalah.Andai saja dia tidak terus menerus menghina aku dan keluarga, jika saja dia bisa bersikap lemah lembut terhadapku, mungkin perpisahan ini tidak akan pernah terjadi. Sebab inginku hanya menikah sekali dalam seumur hidup.Tetapi mau bagaimana lagi. Jalan takdirku sudah seperti ini. Menyandang status duda di usia yang begitu muda, tidak mampu mempertahankan pernikahan yang masih seumur jagung.Dengan kecepatan rata-rata mengemudikan mobil menyusuri jalan tol dari kota Semarang hingga keluar di pintu tol Jatibening Pondok Gede, menepikan mobil sebentar di bahu jalan karena bingung harus men

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-05
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 152

    "Syabil doakan Ayah terus ya. Salat yang rajin, supaya Ayah bangga dan tambah sayang sama Syabil." Mengulas senyum terpaksa seraya menahan air mata yang sudah menggelayut di kedua pelupuk.Mungkin kini saatnya memberi tahu Syabil pelan-pelan tentang Ayah, supaya dia tidak terus-menerus menunggu kepulangan lelaki tercintanya.Lamat-lamat terdengar suara sang Muazin mengumandangkan azan. Gegas masuk ke dalam mushalla, berdiri di belakang iman bersisian dengan Syabil dan beberapa jemaah lain. Selesai melaksanakan ibadah wajib dua rakaat tersebut aku sengaja mengajak Syabil jalan-jalan mengitari komplek, mencari sarapan untuknya hingga jarum pendek jam sudah menunjuk ke angka enam pagi.***Kamis sore, aku berziarah ke makam Ayah, ingin menumpahkan rasa rindu yang sudah lama menyelimuti kalbu. Setelah lima belas menit menembus kemacetan jalan kota tempat tinggalku, akhirnya sampai juga di depan gapura pekuburan tempat dimana A

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-06
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 153

    "Kamu duduk di belakang, ya. Soalnya kita pergi sama Abi juga," ujarku seraya membantu memasangkan sabuk pengaman di pinggang mantan istri."Kenapa aku harus duduk di belakang?" protes Safina. Dia mencoba melepas seat belt yang melilit namun aku segera mencegahnya."Fina sudah janji mau nurut sama Mas, 'kan?" Menatap iba wajah cantik Safina.Dia menjawab dengan menganggukan kepala dan tersenyum.Ya Allah... Semakin tersayat-sayat rasanya hati ini melihat ekspresi Safina. Merasa bersalah karena telah menjatuhi dia talak tiga. Andai saja dulu aku tahu dia memiliki kelainan jiwa, mungkin tidak akan berani mendekati, apalagi sampai melukai hatinya."Loh, Mas. Kok laki-laki ini ikut?" Safina menatap wajah Abi dengan mimik heran ketika suami ibuku ikut masuk ke dalam mobil."Buat gantiin Mas nyetir, Fin. Soalnya Mas capek!"Abi menoleh ke arah Safina dan berusaha melengkungkan bibir. Dari sorot mata lelaki berusia empat puluh

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-13

Bab terbaru

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 229 (Ending)

    Pukul tujuh malam, selepas melaksanakan shalat isya, Ridwan kembali datang dan meminta Dewi untuk menjadi pendamping hidupnya. Kali ini dia meminta wanita tersebut kepada sang kakak, dan Efita tetap saja menyerahkan semuanya kepada Dewi. "Sudah aku bilang kan, Mas. Aku ini bukan wanita sempurna. Kamu akan menyesal jika menikah denganku nanti. Apa kamu tidak berpikir sampai kesitu, Mas?" Dewi membuang muka menghindari tatapan Ridwan yang begitu menghanyutkan."Saya akan menerima segala kekurangan serta kelebihan kamu, Wi. Lillahi taala. Menikah itu ibadah. Kebahagiaan sepasang suami istri itu bukan hanya karena adanya anak. Tapi dengan saling percaya serta melengkapi, kita akan merasa hidup bahagia selamanya. Apalagi sudah ada Arjuna. Dia juga butuh figur seorang ayah, Wi. Kamu jangan egois!" desak Ridwan memberi keyakinan kepada wanita yang dia kagumi."Justru karena aku tidak mau dianggap egois, makanya menolak kamu, Mas." "Wi, tolong pertimban

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 228

    Keluarga besar Efita sudah bersiap-siap pergi ke kota Tegal untuk melangsungkan pernikahan Salman dengan putri sulung Gus Fauzan. Pernikahan yang rencananya akan diselenggarakan awal tahun, akan tetapi harus ditunda beberapa bulan karena Salman belum bisa mengambil cuti dan Nabila mendapat tugas dari kampusnya untuk melakukan kuliah kerja nyata di luar kota. Hal itulah yang membuat acara harus ditunda sementara, dan hari ini, dua insan manusia yang saling mencintai itu akan mengucap janji suci di depan Allah, menjadikan hubungan mereka menjadi halal serta diridhai Tuhan."Santai saja, nggak usah gemetar!" bisik Salim kepada sang adik ketika mereka sudah berada di masjid pesantren menunggu ijab qobul dimulai.Salman menerbitkan senyuman. Rasa grogi terlihat jelas di wajah pria berusia sudah genap dua puluh empat tahun itu, apalagi ketika pembawa acara memulai susunan acara.Keringat dingin terus saja membanjiri tubuhnya walaupun ruangan tempat dia akan meng

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 227

    "Maaf, Wi. Kamu yang tenang. Kalau kamu tidak mau menyerahkan Arjuna tidak apa-apa. Mas tidak memaksa. Tapi kalau suatu saat Mas ingin mengajaknya bermalam di rumah, tolong kamu izinkan ya? Biar dia juga deket dengan Papa Surya."Mendengar nama Surya, entah mengapa ada rasa seperti termas-remas di dada Dewi. Dia ingat betul ketika pria paruh baya itu merenggut dengan paksa kehormatannya, melakukannya berkali-kali hingga akhirnya dia mengandung dan kehilangan masa depan. Selain itu, dia juga harus menjadi duri dalam daging di kehidupan rumah tangga Efita, merobohkan benteng yang telah dibangun dengan kokoh hingga hancur lebur serta rata dengan tanah.Tanpa terasa dua bulir air bening lolos begitu saja dari sudut netra perempuan berusia dua puluh tiga tahun itu. Walaupun rasa benci terhadap Surya mendominasi di hati, akan tetapi dia begitu mencintai Arjuna. Apalagi Efita selalu memberinya wejangan, kalau anak adalah masa depan yang akan menjamin masa tua kita, j

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 226

    #POV AuthorEfita sedang duduk di teras sambil mengawasi Arjuna, Syabil dan Faza bermain pasir di taman depan rumah. Dia segera menoleh ke arah pintu ketika mendengar seseorang mengucap salam. Seulas senyum tergambar di bibir Akmal, sambil menatap wajah Efita yang tertutup cadar. Ada rasa rindu yang kian menggebu di dalam kalbu, karena sampai saat ini dia belum benar-benar bisa melupakan sang mantan. Cinta yang ditancapkan Efita di dinding hatinya terlalu dalam dan tidak mudah terhapuskan.Semakin dia mencoba, maka rasa itu kian terasa serta menyiksa."Kamu apa kabar, Fit?" tanya Akmal setelah dia dipersilahkan masuk oleh mantan istrinya."Alhamdulillah aku sehat. Mas Akmal sendiri bagaimana kabarnya, tumben mampir ke rumah, setelah beberapa tahun tidak pernah keliatan batang hidungnya?" "Aku pengen ketemu Juna, Fit."Efita menanggapi dengan ber oh ria. Dia kemudian memanggil keponakan kesayangannya itu dan menyuruh pr

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 225

    Setelah selesai memberikan keterangan kepada penyidik. Perawat serta polisi wanita yang mendampingi segera membawa Safina keluar dari ruangan tersebut karena harus segera kembali ke rumah sakit."Apa saya bisa bicara dengan Safina sebentar, Bu?" Ragu aku mengatakan hal itu, karena takut Safina kembali mengamuk jika aku mengajaknya berbicara."Silahkan, Pak." Kami pun berjalan menuju kursi panjang yang ada di teras kantor polisi, duduk di tempat tersebut dengan perasaan bersalah menyelimuti hati."Fin," panggilku pelan."Aku tahu apa yang ingin Mas Salim katakan sama aku," sahut Safina dengan suara parau. "Mas nggak usah khawatir. Aku tidak akan lagi mengganggu atau merepotkan Mas. Aku juga sudah ikhlas dengan pernikahan Mas dan Ning Azalia. Aku doakan, semoga kalian berdua hidup bahagia hingga maut yang memisahkan." Seulas senyum tercetak di bibir merah muda Safina walaupun aku lihat ada kabut di kedua sudut netranya.

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 224

    "Kenapa liatin saya seperti itu?" tanya Fahri seraya menatap menghunus ke arahku.Aku mengangkat satu ujung bibir. Sepertinya Tejo dan Fahri begitu membenci diriku, padahal antara aku dan mereka berdua tidak pernah ada urusan apa-apa. Kenal saja baru-baru ini setelah aku menikah dengan Safina dan Azalia. Tapi, entah mengapa tatapan mereka terlihat penuh dengan kebencian kepadaku.Petugas menyuruh Fahri untuk duduk, menginterogasi dia menanyakan hubungan laki-laki tersebut dengan mantan istri, walaupun Fahri terus saja berbelit-belit memberikan keterangan, malah cenderung mengelak kalau dia tidak pernah melakukan pelecehan seksual terhadap SafinaHingga akhirnya seorang wanita berhijab ungu ditemani oleh seorang perawat juga dua orang polisi wanita datang, membuat Fahri serta Tejo tercengang. Gurat ketakutan tergambar jelas di wajah keduanya."Sa--Safina?" Bahkan Tejo sampai tergagap melihat kehadiran wanita yang sudah dia nodai tersebut.

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 223

    "Insya Allah saya bersedia, Mas," jawab si wanita dengan intonasi sangat lembut serta gemetar, dan semua orang yang ada ramai gemuruh mengucap hamdalah."Alhamdulillah, berarti Bunda mau nambah mantu lagi!" seloroh Bunda Efita terdengar bahagia."Ini kenapa ujung-ujungnya jadi kaya lamaran begini?" Azalia ikut menimpali. "Cie...Bila, akhirnya bisa menikah dengan sang pujaan hati!" ledek istriku seraya memeluk adik sepupunya."Jangan ledekin aku terus dong, Mbak Lia. Aku 'kan jadi malu!" Nabila memonyongkan bibir manja. Dia persis seperti istriku ketika sedang merajuk. Semoga saja sifatnya juga sama seperti Azalia. Penyayang, bijaksana dan menghormati serta menyangi Bunda Efita tentunya."Kapan akan diadakan lamaran secara resmi, Gus. Biar saya siapkan segala keperluannya?" Bunda Efita terlihat begitu bersemangat."Tidak usah ada acara lamaran lagi, Mbak Fita. Sebaiknya langsung dinikahkan saja. Toh, mereka sudah sama-sama d

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 222

    #Part menuju ending"Astaghfirullahaladzim!" teriak kami ketika tubuh Bu Veronika ambruk ke lantai.Kepanikan mulai terlihat di wajah Dokter Fatih ketika melihat sang ibu tidak sadarkan diri. Kedua mata laki-laki itu sudah dipenuhi kabut dan tidak lama kemudian buliran-buliran air bening mulai meluncur dari balik kelopaknya meninggalkan jejak lurus di pipi."Ibu, bangun, Bu. Ya Allah. Kenapa Ibu malah pingsan seperti ini, Bu?" Dia menepuk-nepuk pelan pipi ibunya."Angkat ibu kamu, Mas. Bawa dia ke kamar tamu atau direbahkan di sofa!" perintah bunda Efita dan segera dikerjakan oleh dokter berkacamata tebal tersebut.Azalia yang sejak tadi berdiri di ambang pintu berinisiatif mengambil minyak kayu putih lalu menggosokkannya ke pelipis serta dekat hidungnya.Tidak lama kemudian mata Bu Veronika terbuka. Dia memalingkan wajah ketika melihat sang anak yang sedang duduk di sebelahnya sambil menggenggam erat jari keriputnya. "

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 221

    "Assalamualaikum!" Kami yang sedang duduk santai di teras menoleh secara serempak ketika mendengar suara Bu Veronika mengucap salam."Waalaikumussalam!" Ummi segera beranjak dari duduknya, berjalan menuju pintu garasi dan mempersilahkan ibunya Dokter Fatih untuk masuk.Kali ini Bu Veronika datang tidak hanya sendiri, tapi bersama anaknya yang meresahkan itu. Sepertinya dia menggunakan kesempatan dalam kesempitan. Berpura-pura ingin mengenal lebih jauh keluarga besarku, padahal sebenarnya ingin melihat istriku yang memang begitu cantik memesona dan siapa pun yang melihatnya pasti akan jatuh cinta.Dari balik kacamata tebalnya, terlihat sekali kedua bola mata Dokter Fatih membulat tanpa berkedip menatap ke dalam rumah. Aku menoleh berniat menyuruh Azalia masuk, tapi mataku dibuat memicing olehnya sebab yang sedang dia pandangi malah bukan istri, melainkan Bunda Efita. Sepertinya dokter genit tersebut terpesona dengan kecantikan wajah bunda yang tertutup niqo

DMCA.com Protection Status