Home / Rumah Tangga / SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN : Chapter 91 - Chapter 100

176 Chapters

Meninggal Dunia

“Salma harus melahirkan, Mas. Dia akan dioperasi. Aku harus bagaimana sekarang, Mas?” tanya Haris lemah.Reynand menghela napas berat. Ia berusaha mengendalikan emosinya yang ingin menghajar Haris. Karena ada Abram dan keluarga Haris yang harus Reynand hormati.Bagaimana mungkin Reynand tidak marah. Semua ini tidak akan menimpa Salma, dan wanita itu perlu semenderita sekarang, kalau saja Haris tidak melakukan perbuatan busuk pada Salma.Ditepuknya bahu Haris perlahan, lalu diremas karena ada emosi di sana. “Kamu ....”Mama Haris mendorong roda di kursinya sendiri. Sampai Lily terkejut dan mengangkat tangan akan meraihnya, akan tetapi wanita tua itu sudah bergerak mendekat ke arah Om –nya, Haris.“Apa maksud kamu, Ris? Salma harus melahirkan? Dioperasi? Tapi bukankah usia kandungannya belum cukup bulan?” tanya wanita tua itu syok.“Iya, Ma. Salma mengalami kontraksi.” Haris menjawab lirih. Suaranya nyaris tak terdengar karena rasa bersalahnya pada perempuan itu.“Apa yang terjadi seben
last updateLast Updated : 2023-01-09
Read more

Kondisi Akhir Salma

“Ba ... pak?” Satu dua air mata Inggit jatuh menetes ke pipinya yang bersih.“Yang kuat ya.” Seorang suster mengusap punggung Inggit seolah ingin menguatkannya.Di ujung telepon yang belum Inggit matikan panggilannya, seseorang terus memanggil namanya.“Halo, Nggit? Apa yang terjadi? Siapa yang meninggal?” tanya Albi yang emosinya langsung reda ketika mendengar teriakan Ibu Inggit di seberang. Wanita itu histeris, memanggil Bapak Inggit dan tidak mau orang itu mati.“Sial.” Abi tidak mendapat jawaban lagi dari Inggit. Namun, meski tdaik mendapat jawaban, dia tahu kalau yang mati di rumah sakit adalah Karim, Bapaknya.Perempuan cantik itu pasti sedang syok sekarang.“Memangnya kecelakaan apa sih? Tabrakan?” gumam Albi sembari bangkit dari tempat duduknya dan bersiap pergi berganti pakaian.Dia berniat datang ke rumah sakit. Rasanya tidak pantas saja, sementara dia dekat dengan Inggit dan bahkan sampai melakukan hubungan suami istri, tapi dia diam saja di rumah. Lagi pula, Albi harus me
last updateLast Updated : 2023-01-09
Read more

Nikahilah Salma, Rey!

Agni langsung menyerahkan ponsel ke tangan neneknya, setelah dia mengklik icon berwarna hijau untuk menerima panggilan dari Reynand, Om –nya. Kini posisi mereka sudah berada di atas mobil yang dikemudikan Maya, menuju Rumah Sakit di Bekasi di mana Salma dirawat. “Assalamualaikum.”“Waalaikumsalam.” “Halo, Rey, bagaimana kondisi Salma, Nak?” Wanita tua itu langsung menanyakan putrinya begitu mendapat panggilan dari Reynand.Aminah memiliki firasat buruk sejak tadi, itu kenapa dia akhirnya mengabulkan keinginan Agni untuk ikut datang ke RS bersama ke dua adiknya. “Kami masih menunggu di depan ruang operasi, Bi. Tolong berdoa saja, doa Ibu pasti Allah kabulkan untuk Salma.” Reynand mengucap sedih, menatap ke arah Haris yang duduk di seberang sana dengan raut wajah tak kalah sedihnya. Haris bahkan mendengar obrolan Reynand dan Ibu mertuanya, tapi bahkan dia tidak peduli apa yang mereka bicarakan. Dia juga tidak lagi peduli apakah orang tua itu mau bicara padanya atau tidak. "Salma te
last updateLast Updated : 2023-01-10
Read more

Tubuh yang Tertutup Kafan

Albi langsung menuju ruang UGD, berdasarkan feelingnya sendiri, bahwa semua pasien darurat akan dibawa ke sana. Ya, seharusnya Karim sudah ke luar, kalau tiba –tiba ada hal yang menimpa, pasti petugas mengarahkannya ke sana.Dan benar saja. Saat datang ke UGD, pria melihat Inggit dan ibunya sedang duduk lesu di kursi tunggu pasien. Sementara mayat sang Bapak berada tak jauh dari ruang UGD. Mereka sedang menunggu armada yang bisa membawanya ke rumah sebelum jenazahnya diurus.“Apa kamu tidak menghubungi Haris, walau bagaimana dia masih suami kamu?” tanya Ibu Inggit sembari menyimpan ponsel ke dalam tas. Dia masih berharap Haris datang dan memberi uang sebagai tanggung jawabnya melakukan semua ini pada Karim.Wanita tua itu sudah menghubungi Wawan dan menceritakan kematian Karim, dengan begitu, adiknya tersebut langsung bergerak menyiapkan segala sesuatunya di rumah duka.“Sudahlah Bu.” Inggit menyahut lemah. Dia terlalu sedih dan tak ingin membahas Haris lagi.Tak lama, suara Albi terd
last updateLast Updated : 2023-01-10
Read more

Haris : "Harusnya aku yang mati!"

Hania menangis di depan Pengasuh yang bertanggung jawab atas santri wati. Wanita berusia tiga puluhan tahun itu pun mengusap punggung gadis berusia 12 tahun tersebut.“Yang sabar, ya. Insya Allah, Umi nggak papa. Anti boleh pulang, tapi jangan berhenti berdoa, dan murojaah di waktu –waktu luang menjaga Umi. Ustazah akan tetap menanyakan hafalan anti saat kembali nanti.” Ustazah Murti menjawab permintaan Hania. Wanita itu tidak mau jika Hania terlalu larut dalam kesedihannya, setidaknya dengan murojaah dan menghafal, akan membuat Hania berdizkir mengingat Allah, sehingga menguatkan gadis itu akan semua ketetapanNya.“Jazzakillah Ustazah.”Wanita itu lalu memeluk tubuh Hania. Gadis itu pasrah dan menangis dalam pelukan.‘Ustazah, masalah Umi kritis saja sudah membuat Ustazah ikut menangis, bagaimana saat Ustazah tahu apa yang terjadi pada keluarga kami sekarang, kami sudah kehilangan Abi.’Usai pulang dari rumah pengasuh, Hania menyempatkan diri mampir ke rumah Kiai dan Bu Nyai. Dia ing
last updateLast Updated : 2023-01-11
Read more

Mual Hebat

“Jadi yang meninggal Pak Karim?” tanya Ustaz Fawwas.Wawan mengangguk lemah. “Njih Ustaz.”“Allahummagfrilahu warhamhu waafihi wafuanhu,” gumam sang ustaz muda mendoakan mayit.Wawan merogoh ponsel dalam saku, begitu mendengar suara notif pesan masuk. Saat membukanya, pesan itu datang dari Haris, menantu Karim. Dahinya berkerut saat membaca pesan balasan dari Haris tersebut.“Ckck. Dia ini benar –benar. Orang sudah mati masih juga di-dendami.” Wawan mengucap begitu saja. Kentara sekali bahwa ucapan itu terlontar dengan nada kesal dan kecewa yang hadirnya bersamaan.“Mas Haris? Apa beliau sibuk dan tidak bisa datang?” Mata Ustaz Fawwas melebar. Dia langsung terkoneksi dan berpikir bahwa Haris tidak takziah ke kematian Bapak mertua.“Yah, begitulah Ustaz, mana mikir dia kalau ini adalah Bapak mertua salah satu dari orang tua yang harusnya kita berbakti ke pada mereka.”“Hem, mungkin ada alasan kenapa Mas Haris melakukan itu.” Ustaz Fawwas mencoba berhusnudzon.“Heh. Dia? Tentu saja kare
last updateLast Updated : 2023-01-11
Read more

Derita Salma, Bahagia Rus

“Huek! Huek!”Semakin Inggit tahan rasa mual itu terasa semakin kuat. Perempuan yang berumur belasan tahun itu sampai harus pergi ke toilet agar bisa memuntahkan isi dalam perut. Namun sayang, semakin ia paksa untuk muntah, semakin keras perutnya dan tidak ke luar apa pun selain liur yang dikeluarkan paksa dari mulutnya.“Duh, bagaimana ini? Bagaimana kalau dia hamil?” Rus mengucap gelisah. Pasti akan membingungkan siapa Bapak dari anak itu, Haris atau Albi.Lalu bagaimana dengan pekerjaan baru Inggit? Apakah tidak apa –apa jika dia hamil? Jangan –jangan kehamilannya menjadi penghalang dalam bekerja. Ini gawat, siapa yang akan mencari uang untuk makan dan melunasi hutang –hutang keluarga mereka?“Ah, tidak. Mana mungkin dia hamil? Dia sudah kubelikan pil KB dari Bidan.” Rus menggumam. Menenangkan pikirannya sendiri yang mulai kalut membayangkan betapa mengerikan masa depan yang akan dia dan Inggit jalani. Dengan banyaknya semua kesulitan yang muncul dari sosok hidup dalam perut anakny
last updateLast Updated : 2023-01-12
Read more

Gadis yang Hilang

“Apa? Operasi?” tanya Ibu Inggit. “Dia mati? Kenapa kalian terlihat terkejut tadi.”“Hem, Mbak pasti sangat senang mendengar wanita itu dapat musibah!” Wawan tersenyum miris. Dia tidak tahu kenapa harus ada di pihak orang yang memiliki kebencian kepada orang lain dan mengharapkan kematian untuk mereka.Ibu Inggit tersenyum. Bagaimana dia tidak bahagia, mendengar kabar buruk mengenai Salma? Ini sepadan dengan rasa sakit yang dia dapatkan karena meninggalnya sang suami.“Jangan terlalu senang melihat penderitaan orang lain, kita tidak tahu apa yang terjadi di masa depan, dan Allah siapkan untuk menegur kita.” Wawan mengingatkan. Dia tidak suka melihat senyum jahat di wajah sang kakak karena musibah orang lain.“Apa maksudmu? Aku juga sedang kena musibah! Kalau Salma bangun dan hidup, dia pasti juga akan senang melihat kematian Bapak Inggit.” Rus membantah kata –kata Wawan.“Sayang sekali, Salma belum mati, Mbak. Jangan katakan dia hidup.”“Apa? Jadi belum mati?” Mata Ibu Inggit melotot
last updateLast Updated : 2023-01-13
Read more

Doa Buruk untuk Inggit

"Apa Abi sudah coba menelpon pakai nomor lain?" tanya Hania, dia curiga Agni sengaja tidak mau mengangkat karena panggilan itu datang dari pria yang dibenci."Sudah, pakai punya Om Reynand dan sama saja, enggak aktif, Han.""Apa?!" Hania terkejut dengan pernyataan itu. 'Kalau begitu bukan karena Abi yang menghubungi. Jangan -jangan terjadi sesuatu. Apalagi jarak rumah dan rumah sakit tidak terlalu jauh.'"Ada apa?" tanya Reynand yang masih bertahan di rumah sakit. Pria itu datang bersama Ibu Salma setelah melihat kondisi Salma juga bayi dalam inkubator. Sementara Mama Haris, Lily dan ibunya akhirnya pulang, karena rengekan Lily yang tidak berhenti.“Siapa maksud kalian?” tanya Nenek yang ikut bingung melihat situasi di depannya. Semua orang tampak cemas. Terutama Haris dan Hania.Melihat bahwa Abram terlihat baik –baik saja, berarti bukan dia yang dimaksud. Lalu siapa? Kalau Salma dan anaknya tentu saja dia yang paling tahu, sebab baru dari sana. Dia tahu, bahwa kondisi mereka stabil
last updateLast Updated : 2023-01-14
Read more

Terkabulnya Doa Baik

Keesokan harinya .....Inggit bersiap akan pergi. Dia harus menemui seseorang dan juga diam –diam membeli tes pack. Kepalanya terus berasa berdenyut sejak bangun dari tidur pagi ini. Lalu mual yang terus muncul secara instens dalam sejam, walau tidak sekuat yang ia rasakan di malam sebelumnya.Mungkin tanah kuburan Karim masih sangat basah, karena belum lama dikubur. Namun, bukan berarti Inggit dan Ibunya harus meratapi kepergian pria itu. Selain itu, kesedihan mereka telah berkurang karena melihat kondisi Salma yang sudah lemah sekarang, mereka yakin Salma –sang penyebab kematian Karim- juga tak lama lagi akan menyusul pria itu.“Kamu sudah mau berangkat?” tanya Ibu Inggit. Diletakkan obat maagh yang tadi dibelinya di warung pagi –pagi sekali.Dia tidak menyarankan Inggit untuk periksa ke dokter. Karena selain sakitnya tampak seperti sakit biasa, mereka juga perlu berhemat. Ada banyak sekali hutang yang harus dibayar dan kebutuhan hidup yang mestinya dipenuhi. “Ya, Bu.” Inggit menya
last updateLast Updated : 2023-01-14
Read more
PREV
1
...
89101112
...
18
DMCA.com Protection Status