Semua Bab SETELAH 15 TAHUN PERNIKAHAN : Bab 81 - Bab 90

176 Bab

Polosnya Inggit

Salma menunggu jawaban perempuan di ujung telepon dengan gelisah. Dia tak sabar ingin mengatakan pada Maya agar menjemputnya, dan wanita itu segera datang. Tak tega rasanya melihat Abram tergolek tak berdaya begitu. Mungkin dari luar, orang –orang melihatnya sebagai seorang Ibu yang sangat tenang dalam merawat anak.Namun, mereka tidak tahu, betapa bergemuruh hatinya, dan pikiran tak menentu kala anak sakit. Dia takut sesuatu yang tidak diprediksi terjadi.Wanita hamil yang terlihat lebih muda dari usianya tersebut berubah air mukanya, ketika panggilannya diangkat oleh Maya. Lega dan bersemangat.“Halo, Mbak Maya! Assalamualaikum!”“Waalaikumsalam! Enggeh, Mi. Ada yang bisa saya bantu?” tanya Maya.“Mbak, mohon maaf bisakah menjemput kami sekarang, karena kami harus ke rumah sakit!” Wanita menjelaskan keperluannya. Berharap Maya mengiyakan dan lekas datang dalam waktu dekat.“Wah, maaf sekali, Umi. Ini saya sedang ada orderan ke luar kota. Mungkin paling bisa selesai ini sekitar lima
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-04
Baca selengkapnya

Sumber Masalah Sebenarnya

Karena terlalu fokus pada kemarahan dan sakit hati yang Haris rasa, pria itu sampai tidak sadar benda pipih miliknya bergetar dalam saku. Ponsel yang tadi dimatikan nada deringnya dan hanya getaran yang dimunculkan, agar nanti ketika ada panggilan masuk, tidak terlalu mengganggu peserta lain. “Dasar tidak sopan! Saya ini lebih tua dari kamu!” Wawan tidak terima dengan perlakuan Haris dan membalas pukulan itu.“Mas, Mas, sudah!” Seseorang yang mengenakan tagname peserta datang menghampiri Haris yang kalap melampiaskan segala amarah dan kekesalannya pada Karim. Haris bukan hanya menghinanya, Wawan jauh lebih kesal ketika ponakannya Inggit dimaki –maki dengan kalimat tak pantas.Jadilah mereka sekarang adu jotos, satu dengan yang lain, dan di antara ke duanya tidak ada yang mau mengalah. Mereka sama –sama merasa benar. Terutama Haris yang merasa hidupnya dihancurkan oleh Wawan yang gemar mengompori orang lain untuk poligami. Bukan hanya akhirnya Salma pergi, tapi juga akhwat yang Wawa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-04
Baca selengkapnya

Gugatan Cerai

“Ada apa dengan mereka?” ceplos Reynand kala melewati sebuah lobi hotel bersebelahan dengan rumah sakit. Pria itu melihat dua pria adu jotos di sisi vasum, disaksikan teman –temannya.Salma penasaran apa maksud ucapan Reynand yang terkesan bicara sendiri. Wanita itu celingukan ke luar, tapi tidak menemukan apa pun. Lalu memilih tidak mempedulikannya. Dan kembali fokus pada tempat yang sudah terlihat di depan sana, dia tak sabar ingin segera membawa masuk Abram, dan melihatnya sembuh.“Salma,” pelan suara Reynand terdengar. Pria itu hanya memiliki sedikit kesempatan sebelum mobil diparkir dan mereka disibukkan dengan urusan Abram.Lagi, tak ada jawaban dari Salma. Tapi Reynand tahu, kalau Salma sedang mendengarkannya.“Aku serius dengan ucapanku tempo hari.”“Ucapan yang mana, Mas?” Salma benar –benar tidak mengerti maksud pria itu.“Aku bisa menggantikan posisi Haris, dan mencintai mereka seperti ayah kandung mereka sendiri. Aku juga akan menjadi suami yang tidak membuatmu kepikiran k
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-05
Baca selengkapnya

Senyum Manis Reynand

“Sugar Baby?” dahi Ibu Inggit berkerut. “Apa itu?” Wanita tua itu memikirkan jenis pekerjaan apa yang disebut oleh anaknya tersebut.“Sugar Baby, Sugar Baby,” gumamnya berusaha mengingat –ingat. Karena rasanya dia pernah mendengar tapi lupa di mana.“Bu, tidak usah dipikirkan. Yang penting bukan melacur, kan?” Kini Inggit memeluk tangan Ibunya dan berjalan menjauh, menuju kamar Karim dirawat. “Dari gaji itu aku bisa membiayai rawat jalan Bapak sementara sampai uangnya terkumpul, terus bisa bayar angsuran Bank juga. Mana sekarang selain cicilan Bank Bapak, aku juga harus membayar cicilan Bank yang Albi ambil untukku.” Perempuan muda itu menjelaskan.“Sebentar, apa maksudmu membayar civilan Bank Albi? Dan uang untukmu? Hei, anak polos ... dia mengambil semua uangnya tadi di depan mata kamu. Apa kurang jelas? Terus kenapa kamu yang bayar??” Ibu Inggit tidak terima. Beban utang atas nama Karim saja sudah cukup banyak, sekarang malah ditambah beban hutang dari yang lain.“Bu, dia hanya men
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-05
Baca selengkapnya

Balas Dendam Perlu Uang

“Kamu benar sudah menggugatnya ke PA Bekasi?” tanya Reynand kepada Salma. Mendengar pertanyaan itu, Haris tersenyum masam. Dia pikir, Reynand berpura –pura tidak tahu, padahal Haris yakin kalau ini adalah bagian dari rencananya. Sok baik menasehati Haris agar pulang dari Bogor, demi Salma. Kalau saja dia bertahan, mungkin Salma bisa luluh. Dari situ Haris yakin kalau ini akal –akalan Reynand agar dia punya waktu lebih banyak bersama Salma dan mencari perhatian wanita itu.Salma mengangguk pelan menjawab pertanyaan Reynand yang ditujukan untuknya. “Tapi kapan ka ...?” Pertanyaan Reynand menggantung. Dia tidak tahu apa ini benar. Bukankah terlalu cepat, apa lagi kondisi salah satu anaknya sedang drop.Papa Abyaz itu pikir, kalau selama beberapa hari ini Salma ada di Bogor. Lalu kapan ke Pengadilan Agamanya? Apalagi banyak surat –surat yang harus diurus.“Ya, bukan aku yang urus, Mas. Aku cuma duduk manis di rumah Ibu, kebetulan Rania bisa bantu mengurus semua.” Salma menjawab seolah t
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-06
Baca selengkapnya

Terimakasih Menceraikanku, Mas!

“Kalau memang kamu mau cerai, ya sudah kita cerai saja.” Suara Haris mampu menghentikan aktifitas Salma dalam sekejap.Pria itu sudah merasa muak dengan sikap Salma, yang menurutnya sudah keterlaluan. Bukan cuma terlalu dekat dengan Reynand yang bukan mahramnya, Salma juga bersikap berlebihan dengan mengompori anak –anaknya mengenai perceraian mereka. Bukankah anak kecil seharusnya tidak mendengar hal –hal buruk mengenai mereka? Dan setelah ini Salma pasti akan puas mendengar kata –kata Haris.Wanita hamil yang tadi tengah mengaduk susu dalam gelas menoleh ke arah Haris dengan cepat. Dua mata salma melebarkan mata, seolah tidak percaya bahwa Haris akan menuruti kemauannya. Dia pikir akan ada perdebatan pelik di Pengadilan nanti, karena Haris yang egois keukeh tidak mau menceraikan.“Apa sekarang kamu menceraikan aku, Mas?”“Stt ... pelankan suaramu. Apa kamu tidak memikirkan Abram? Dia masih syok dengan perpisahan ke dua orang tuanya,” bisik Haris menekan. Matanya menatap tajam ke ked
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-06
Baca selengkapnya

Permintaan Terakhir Haris

Reynand menatap wanita yang berdiri di depan kamar pasien dengan tatapan redup. Seolah perjuangannya ikut meredup melihat bagaimana cara Salma menatap objek di dalam kamar tersebut. Dari tatapannya, Reynand bisa tahu bahwa cinta wanita itu ke pada Haris masihlah sangat besar.Lelaki yang mengenakan kaos dipadu jaket kulit itu bereaksi ketika akhirnya langkah Salma terayun masuk ke kamar di mana Haris dan Abram berada. Kakinya sempat ikut terayun, seolah –olah akan mencegah Salma agar tidak dekat –dekat dengan Haris lagi. Namun, ia lekas sadar posisinya. Bahwa Reynand bukanlah siapa –siapa dan hanya orang luar yang bisa menguasai dari kejauhan, tanpa boleh ikut campur.Dijatuhkan bobot ke kursi pasien kembali. Dan berusaha tenang berada di sana menunggu Salma. Dia perlu mendapat kepastian apa yang bisa ia lakukan untuk pujaan hatinya itu. Namun, tampaknya Salma lupa memberi tahu selain permintaan menjaga jarak. Ini semua karena kedatangan Haris.“Sabar ... sabar ... semakin berat perju
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-07
Baca selengkapnya

Kontraksi

Sampai di mobil, Haris tidak langsung menyalakan mesin. Dia jadi ingat kepada tiga anaknya yang masih berada di rumah mertua di Bogor. “Aku merindukan mereka,” gumamnya selagi tangannya kembali merogoh ponsel dalam saku kantong.Pria itu berniat menghubungi mereka dan menanyakan kabar. Nomor yang bisa dia hubungi adalah nomor Agni dan Ibu Aminah –ibu mertuanya. Yang pertama dia hubungi tentu saja adalah Agni putrinya, seseorang yang lebih dekat dibanding ibu mertuanya yang tempo hari juga ikut marah dan mengusir Haris.Panggilan itu sudah tersambung, akan tetapi Agni tidak mengangkat. “Apa dia sedang sibuk?” Haris bertanya –tanya.Setelah nada bip berhenti, Haris tak menyerah dan memanggilnya lagi. Hal yang sudah dia biasakan pada siapa pun, ketika menghubungi mereka. Tidak akan langsung menyerah di panggilan pertama, dan mencobanya hingga dua kali.Namun, tetap saja ... tidak ada jawaban dari orang di ujung telepon. Haris menyerah, dia merasa sungkan jika menghubungi Ibu Mertua yang
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-07
Baca selengkapnya

Harga Sebuah Penyesalan

Namun, baru saja akan meraih ponsel di tangan Reynand, tiba –tiba Salma berhenti. Tangannya kontan memegangi perutnya yang buncit. Ada rasa sakit hebat di perut bagian bawahnya yang membuat wanita itu kesakitan.Mata Reynand melebar karena itu. “Salma kamu enggak papa?”“Umi! Umi nggak papa?!” teriak Agni dan Haqi adiknya, yang melihat di layar ponsel.“Salma kamu nggak papa? Kamu pasti mengalami kontraksi karena terlalu lelah!” Reynand berspekulasi.“Aku nggak papa, Mas.” Salma merasa risih ketika tangan Reynand menempel di tubuhnya. Sekuat apa pun dia menahan, tetap saja rasa sakit itu memaksanya untuk menyerah saja.Benar kata Ryenand, bahwa Salma merasakan kontraksi hebat di perutnya. ‘Mungkinkah karena kecerobohanku, anakku akan lahir prematur?’ batin Salma menyalahkan diri sendiri.“Maaf, Salma. Aku tidak mungkin membiarkanmu.”Namun Reynand tidak peduli bagaimana reaksi tak nyaman dan penolakan Salma. Dia yang tidak bisa berpikir jernih, langsung membopong tubuh Salma untuk men
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-08
Baca selengkapnya

Harus Melahirkan

"Nek, ayok kita susul Umi!" rengek Agni yang sangat khawatir"Naik apa Agni?" Neneknya menolak dengan alasan transportasi. Namun, Agni adalah remaja yang pikirannya sudah dewasa dan berani ia langsung menjawab itu dengan solusi."Aku ada nomor Mbak Maya Nek. Sekarang Agni akan menelponnnga!" sahut Agni cepat. Dia bahkan langsung merogoh ponsel untuk menghubungi driver langganan keluarganya tersebut.Nenek hanya geleng-geleng. Di tak yakin apa harus pergi membawa anak -anak itu ke Bekasi. Takut saja jika malah jadi beban baru untuk Salma."Apa tidak sebaiknya kita tunggu Abi kamu saja, Agni?" Nenek memberi pertimbangan lagi."Heh, Abi?" Gadis remaja itu berdecih. Meremehkan. "Nenek. Masih mau menyimpan harapan pada pria sepertinya. Kalau Agni maaf saja. Tidak bisa Nek," jawabnya kesal. Namun, kekesalan itu segera teralihkan begitu orang di ujung telepon mengangkat panggilannya."Halo, Mbak Maya assalamualaikum." Disapa Maya dengan mengucap salam. "Waalaikumsalam warahmatullahi waba
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
18
DMCA.com Protection Status