Selesai makan, aku dan Abang menonton di lantai dua. Chacha ikut duduk di antara kami. Aku menyisir rambut Chacha yang panjang. Kuikat dua lalu kukepang. Chacha bercermin dari kaca kecil. Dia komplain tidak mau diikat begitu. “Chacha maunya. Semua,” katanya dengan peragaan tangan yang seolah membuat lingkaran besar. “Dali atas sampai bawah.” “Oke, mudah je.” “Tante kayak upin-ipin.” Chacha terkekeh. “Ayam goreng? Betul, betul, betul.” Chacha semakin terpingkal. Kuganti gaya rambut Chacha menjadi kepangan dari atas sampai bawah. “Comel awak, Cha. Bak gadis desa lah.” “Tante bicala apa.” “Kamu kok cadel terus sih, kapan bisa bilang R. Zikri perasaan udah bisa bilang R, umur segini. Eh, tapi orang sana gak jelas sih R nya. Iya kan, Abang?” Bang Rasya yang sedang melihat ponsel diam saja. "Abang?" Dia melirik. “Hm?” Alisnya terangkat. “Sedang apa sih? Chat-an sama Aisha?” “Tak, teman Abang di Amerika.” Aku lanjut memainkan rambut Chacha. Abang menyimpan ponselnya dan ikut mem
Last Updated : 2023-01-21 Read more