Semua Bab Kapan Kamu Menyentuhku?: Bab 101 - Bab 110

121 Bab

101. Kenekatan Bu Widya

Hari senin siang. Warung bakso Nuri ramai seperti biasa. Ia dan Ardi sibuk melayani pembeli dan mengerjakan ini itu. Sementara Nuri terus bekerja, tanggal pernikahannya kian dekat. “Sibuk terus ya Ndoro Nuri.” Kalimat Udin yang baru datang hanya dianggap angin lalu oleh Nuri.Ia tak punya waktu luang untuk melayani godaan dari Udin. Namun sayangnya Udin bukanlah manusia yang mudah putus asa, ia terus tetap berusaha menggoda Nuri bagaimanapun caranya. Pantang mundur sebelum menang, itulah motonya. Entah menang melawan siapa. Udin juga sebenarnya pelanggan, tetapi karena tingkahnya ia jadi diberi nomor kesekian oleh Nuri. Wanita itu lebih memilih melayani terlebih dahulu pembeli yang lain dibanding Udin. Hal itu membuat Udin keki dan duduk begitu saja dengan tampang sebal. Ardi yang menyaksikannya tertawa. Karena kasihan pada Udin, lelaki itu pun membawakan segelas es the manis guna menyegarkan hati Udin yang sekarang lagi panas. “Yang sabar, Din. Namanya juga calon Nyonya Agung, pa
Baca selengkapnya

102. Restu dati Bu Cici

“Pak Dika hidup atau mati, sih? Kenapa lama banget angkat telfon saya?” omel Tika begitu panggilannya dijawab oleh Dika yang langsung meminta maaf. “Ya, maaf. Namanya lagi sibuk.” Dika melihat ponselnya. Masih terhubung, tapi kenapa Tika diam? “Ya udah, besok pas saya pulang, saya belikan kamu cilok sepuluh ribu sebagai tanda permintaan maaf.”“Dimana-mana minta maaf itu pake bunga, Pak. Bukan cilok!!” kesal Tika. Andai Dika ada di hadapannya pasti ia akan mencubit ginjal Dika. Lalu menjualnya supaya dia kaya raya.“Lho, jangan salah. Ini bunganya spesial.”“Bunga apa, Pak? Bunga bank, ya?” tebak Tika. Matanya berbinar bahagia. Jika Dika memberinya bunga bank, itu kan bisa sekalian jadi maskawin mereka. Yang artinya Tika dan Dika akan ... Tika berjoget ria saat pemikirannya benar.“Bunga kamboja!!” sembur Dika yang tertawa puas. Bahkan sampai memegangi perutnya. Ia bisa membayangkan wajah Tika yang cemberut dengan tangan di pinggang. Ah, membuat perempuan itu kesal ternyata sangat me
Baca selengkapnya

103. SAH Menjadi Istri Daniel

Rumah sederhana milik mempelai wanita itu sudah sibuk dari sebelum subuh. Selain anggota dapur dan anggota depan, ada anggota rias yang tak kalah sibuk. Juri sudah di dandan sejak supaya subuh usai. Wanita itu memakai dirias tipis karena pernikahan itu tidak memakai adat, hanya ijab kabul saja alias menikah siri. Semuanya sibuk dengan urusan dan pekerjaan masing-masing. Jadi, suara berisik itu selain berasal dari kegiatan mereka, juga berasal dari mulut yang tiada henti mengoceh.“Nuri,” sapa Bude, adik ipar Papanya. Mereka sudah datang. Entah berapa lama perjalanan yang mereka tempuh untuk sampai di Jakarta dan kebetulan sekali waktunya pas sebelum akad nikah dimulai.“Pakle, Buklek. Sudah lama?” tanya Nuri sambil mencium punggung tangan kedua paruh baya itu. Ya, keduanya datang sebagai wali nikah Nuri juga sebagai sanak saudara yang sudah lama tidak bertemu. ”Yang lain mana?”“Yang lain sudah di depan sana, Nak.” Bukle membingkai wajah cantik Nuri. “Kamu cantik sekali, persis seper
Baca selengkapnya

104. Dika yang Patah Hati

Suara mobil berhenti di depan rumah, tak membuat wanita paruh baya yang melihat video di ponselnya itu untuk melihat atau sekedar melirik. Sama sekali tak berefek padanya, ia terlalu fokus.Ribuan kali wanita itu berdecak dan mencemooh. Kadang juga memberikan komentar julid atau menjatuhkan kegiatan itu. Namun, itu semua tak mampu menghapuskan rasa kesal dan sedih di hati yang sudah tumbuh sejak pertama kali ia melihat video itu.“Assalamualaykum, Dika pulang!” teriak Dika ketika ia sudah memasuki rumahnya. Bahkan hampir kesandung karpet yang berada di ruang tamu. “Hei, karpet, minggir dong! Udah tahu aku mau lewat.” Jadi kesal sendiri, padahal salahnya yang tak berhati-hati. Dika sudah terkena efek anak jaman sekarang, khas anak dua ribuan. Harus punya hal yang disalahkan biar enggak over thinking katanya. Dika tersenyum melihat punggung Mamanya yang tengah duduk bersantai di sofa ruang tamu. Kemudian berjalan perlahan mendekat langkahnya sengaja dibuat mengendap-ngendap. Padahal se
Baca selengkapnya

105. Membalas Sakit Hati

Kabar pernikahan Nuri benar-benar membuat Dika tak bisa berpikir jernih. Dia ingin mantan istrinya itu merasakan apa yang kini dia rasakan. Setidaknya, menurutnya begitu. Rasa sakit, kecewa serta kekalutan hatinya akan dirasakan Nuri ketika dia juga menikahi wanita lain.Tentu saja, Tika menjadi seseorang yang akan diperistri olehnya. Seseorang yang akan menggantikan Nuri di hatinya. Ah, entah hal ini bisa dikatakan demikian? Sedangkan sejak awal Dika menunjukkan ketidak tulusan mempersunting Tika, karena yang ada dalam hatinya balas dendam.Beberapa hari yang lalu Dika menyuruh seseorang untuk mencari keberadaan abang Tika di kampung. Dan saat ini pria dengan kemeja kotak-kotak berlengan panjang itu tengah duduk berhadapan dengan Dika. Dua saksi juga dihadirkan di sana. Dengan rasa penuh kemenangan, Dika menjabat yang pria yang menjadi wali nikah calon istrinya."Tunggu sebentar, Pak Dika, ini saya jelaskan dulu. Sepertinya untuk masnya ini, ini kali pertama menikahkan adiknya. Betul
Baca selengkapnya

106. Darah Kotor yang Tak Kunjung Berhenti

Setelah keduanya dipenuhi oleh hasrat yang tak bisa ditahan lagi, Dika segera menggendong tubuh Tika dan ditidurjannya dengan penuh hati-hati. Dengan nafas keduanya yang saling memburu, saling berlomba ingin segera diluapkan, keduanya kembali bercumbu. Hingga di detik berikutnya tiba-tiba Tika merasa ada yang keluar di area kewanitaannya.Sontak saja Tika mendorong tubuh Dika yang sedang mencumbu di atasnya. Dika terkejut bukan main, bersamaan dengan itu cairan berwarna merah didapati di paha istrinya itu. Untuk beberapa saat Dika terdiam tak mengerti, sedang hasratnya yang menggebu menuntut segera dituntaskan.Tika segera bangun. Memastikan cairan apa yang keluar itu, hingga setelah mengetahuinya wanita itu beringsut bangun. Keterkejutan yang ditampakkan oleh Tika membuat Dika marah besar."Kamu lagi datang bulan?!" geram Dika dengan suara meninggi nyaris membentak.Tika menggeleng."Lalu ini apa?!""A-aku gak tahu. Aku bener-bener gak tahu." Tika terus menggelengkan kepalanya.Tika
Baca selengkapnya

107. Nuri Pulang Honeymoon

"Mas, sepertinya saya sudah selesai datang bulannya," bisik Nuri malu-malu di telinga suaminya, saat mereka tengah menikmati perjalanan pulang bulan madu dengan kereta api VIP. Sontak mata Daniel berbinar bahagia. "Beneran? Aduh, tahu gitu kita panjangin honeymoon-nya. Kalau udah di rumah, pasti direpotin Luna, mama dan Tante Mila." Daniel menggaruk tengkuknya. "Katanya besok sudah harus ke luar kota? Sampai di rumah nanti bisa. Jangan lupa kita pasang tulisan di depan pintu Tidak Boleh Diganggu atau bisa juga Awas, ada pengantin galak!" Daniel tertawa mendengar ucapan Nuri. Pria itu mencium tangan istrinya dengan begitu lembut. "Iya, sampai di rumah saja ya. Pakai baju yang seksi kemarin saya beliin di Bali itu," kata Daniel dengan kerlingan mata. "Justru saya mau gak pakai baju, Mas, ha ha ha... epp!" Daniel menutup mulut Nuri dengan cepat, agar tawa istrinya tidak semakin keras. Akhirnya mereka berdua tertawa sambil menutup mulut. Begitu sampai di stasiun Gambir, Daniel dan Nu
Baca selengkapnya

108. Malam Pertama Nuri (21+)

Nuri memang belum berpengalaman dalam urusan hubungan intim. Jangan nya bercinta, berciuman saja ia dengan Dika karena pria itu berada di bawah pengaruh obat perangsang. Namun, malam ini ia akan mempraktekkan gerakan yang ia ingat dari video panas yang pernah ia tonton. Saat masih bersama Dika, Nuri menonton video untuk belajar menyenangkan suami, tetapi Dika engga memyentuhnya, sehingga ilmu yang ia dapat sia-sia. Sekarang tiba ia mempraktikkan ilmu yang didapat. "Kenapa melihat saya seperti itu?" tanya Daniel heran. Nuri berjalan perlahan menghampiri suaminya di pinggir tempat tidur, begitu ia keluar dari kamar mandi; menyikat giginya. Ya, mereka berdua baru saja selesai makan dan Nuri tidak percaya diri jika nanti suaminya menciumnya, ada aroma amis yang tertinggal. "Suamiku, setelah aku melihat dari dekat seperti ini, ternyata suamiku ini tampan sekali." Nuri berdiri di depan Daniel, meletakkan kedua tangannya di pundak suaminya. Daniel pun tersenyum dengan rona merah di wajahn
Baca selengkapnya

109. Di Rumah Mertua

"Tika, kamu ini gimana sih, kamar mandi ada banyak darah kotor. Sehabis kamu beresin pembalut, harusnya kamu guyur lagi semua lantai kamar mandi, siapa tahu ada yang tersisa! Jorok banget ya ampun, tolong deh!" Bu Widya mengomel saat Tika baru saja keluar kamar dengan tubuh yang lemas. Bagaimana tidak lemah, letih, dan lesu, darah haid terus keluar selama delapan hari ia menjadi istri Dika. Menguras semua tenaganya dan membuatnya tidak berdaya. "Ma, tapi saya udah siram tadi." Tika masih mencoba membela diri. "Kamu lihat saja sendiri di kamar mandi! Di rumah ini, hanya ada Mama dan kamu. Fitri keluar dan dia lagi solat. Masa iya setan buang darah kotor di kamar mandi saya! Sudah sana beresin dulu kamar mandinya!" Dengan gerakan kepala, Bu Widya meminta Tika masuk ke kamar mandi. Wanita itu menghempaskan bokongnya di sofa. Tangannya lincah mengibas di depan wajahnya. Sejak ada Tika di rumah, hawanya selalu gerah. Tidak betah berlama-lama di kamar. Mesikpun hujan, tetapi rasanya ingi
Baca selengkapnya

110. Petaka Dimulai

"Papa, dua oma kapan pulangnya sih? pusing Luna kalau Oma Cici sama Oma Mila," adu Luna saat pagi hari berada di kamar papanya. Hari ini papanya akan pergi ke Singapura selama empat hari dan dia pun harus pelatihan desain selama tiga hari, dari pagi sampai malam. Nuri dan Daniel menoleh serentak pada Luna. Nuri sedikit lega karena pertanyaan gadis itu mewakili rasa penasarannya. "Di rumah sudah ada Bunda Nuri, kenapa harus ada Oma Mila?" rengeknya lagi dengan kedua kaki yang ditarik ulur di atas karpet. "Papa bisa apa, Luna? Sabar ya. Gak boleh gitu juga. Oma kan di sini mungkin memang lagi senang di sini saja. Lagian opa juga lagi sibuk, oma gak ada teman. Tenang, oma gak selamanya tinggal di sini.""Ya pasti selamanya kalau selamanya gak nikah-nikah juga." Daniel duduk di samping putrinya yang nampak begitu BT. Tangannya mengusap rambut sang Putri dengan penuh sayang. "Sabar ya. Nanti juga oma pulang." "Tau ah!" Luna kembali menghentakkan kakinya, lalu melangkah keluar. Nuri ti
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status