Semua Bab Kapan Kamu Menyentuhku?: Bab 71 - Bab 80

121 Bab

71. Pesan dari Dika

Pria itu masih tidak percaya kalau mantan istrinya membuka warung baso dan laris pula. Berarti Nuri memang bisa memasak. Buktinya ia pandai membuat baso, bahkan membuka warung baso. Jika hanya sekedar bisa, tentu saja ia tidak akan nekat. Berarti Nuri memang mahir, tetapi kenapa saat masih bersamanya, masakan Nuri selalu asin? Terakhir ia menikmati makan sore buatan Nuri memang rasanya pas. Video Nuri yang tengah melayani pembeli di warungnya, selalu berputar di kepalanya. Ma, bagi video Nuri tadi. SendMamaEmmoh!Dika tertawa. Mamanya tidak mau mengirimkan video Nuri tadi karena mamanya ingin balas dendam dengannya. Kring! Kring! Nama Tika muncul di layar setelah ia mengabaikan tiga puluh misscall dari Tika. "Halo, Tika, gimana? Udah enakan? Masih meriang gak?""Enakan apa sih, Pak? Bapak tuh aneh! Kenapa saya dibalikin lagi ke kosan dan Bapak malah pulang?" "Loh, katanya kamu kedinginan, jadinya aku kirain kamu demam, gak enak badan, jadinya aku antar ke kosan saja. Apa sala
Baca selengkapnya

72. Bantuan dari Ardi

Bab 72"Assalamu'alaikum! Permisi, Mbak?" Terdengar teriakan seorang lelaki di luar kontrakan. Nuri yang tengah mengaduk kuah baso bergegas berjalan menuju pintu. Tampak pemuda asing berdiri di depan kontrakannya. "Wa'alaykumussalam, Ardi, ya?" tebak Nuri. "Wah, Mbak dukun, ya? Kok bisa tahu nama saya?" jawab si Pemuda yang belum diketahui namanya. Nuri sontak berdecak kesal. "Jangan sampai saya nggak jadi terima kamu kerja, ya," sahutnya. Ia yakin pemuda yang berdiri di hadapannya itu pasti teman Udin. Memangnya siapa lagi lelaki yang akan datang ke kontrakannya? "Eh, jangan dong, Mbak. Perkenalkan, saya Ardi, temannya Udin. Dia bilang Mbak butuh orang buat bantu jualan baso, ya? Udin nyuruh saya datang ke alamat ini, Mbak." Pemuda yang tidak lain memang Ardi tersebut cepat-cepat meminta maaf. Jangan sampai Nuri tidak jadi memperkerjakannya karena sikap kurang akhlaknya barusan. "Iya, saya udah tahu. Kamu beneran mau bantuin saya?" tanya Nuri serius. "Iya, seriuslah, Mbak. Asal
Baca selengkapnya

73. Pertemuan Dika dan Daniel

Bab 73Dika benar-benar memenuhi janjinya kepada Nuri semalam. Ia akhirnya bisa datang ke warung baso milik wanita itu setelah memohon-mohon meminta alamat kepada mamanya. Awalnya Bu Widya tidak mau memberikan alamat warung baso Nuri. Ia tidak mau putranya berbuat macam-macam di sana. Namun, karena Dika menjanjikan akan membelikan apa pun yang dia inginkan, Bu Widya pun setuju. Asalkan Dika berjanji tidak akan memperumit kehidupan Nuri yang sudah rumit. "Assalamu'alaikum, Nuri," ujar Dika mengucapkan salam. "Wa'alaikumussalam. Mas Dika," jawab Nuri. Walau bagaimanapun, Dika adalah calon pembelinya. Ia harus bersikap ramah kepada siapa pun yang datang. " Saya dapat alamat warung kamu dari Mama," kata Dika memberitahu tanpa ditanya. "Oh, gitu. Mas mau pesan apa?" Nuri tampak tidak terlalu peduli dengan pemberitahuan Dika tadi. "Saya juga nggak bawa Tika, sesuai permintaan kamu." Dika lagi-lagi membahas hal yang seharusnya tidak dibahas. Toh, Nuri sudah melihat sendiri kalau Dika d
Baca selengkapnya

74. Mencari Dika

Tika berdecak sebal sampai-sampai ingin membanting ponselnya ke tembok. Ia meremas selimutnya dengan kuat sambil membayangkan wajah Dika. Sejak kemarin sikap Dika selalu saja menjengkelkan. Kali ini pria itu lagi-lagi berulah dengan cara tidak mengaktifan nomor teleponnya. Alhasil, Tika menjadi resah dan heboh sendiri. Entah sudah berapa kali gadis itu berguling-guling di kasur sambil menatap ponselnya, berharap ada telepon atau pesan masuk dari Dika. Nihil. Dika tetap tidak bisa dihubungi sampai sekarang. "Argh! Pak Dika nyebelin! Dikiranya aku ini lalapan di pecel lele gitu, ya? Yang cuma dilirik kalau lagi mood, tapi dilupain kalau lagi nggak mood! Kamu di mana, Pak Dika?" seru Tika kencang. Masa bodoh kalau sampai ada orang lain yang terkejut dengan teriakannya. Yang jelas, ia benar-benar kesal. "Aku tuh nggak bisa diginiin terus! Apa jangan-jangan semua ini gara-gara Bu Widya? Pasti ibu-ibu satu itu yang ngelarang Pak Dika buat berhubungan lagi sama aku!" gumam Tika suudzon.
Baca selengkapnya

75. Udin Bertemu Tika

"Dengerin saya dulu, dong, Tika. Kamu ini main nyerocos aja. Sakit telinga saya dengarnya!" Terdengar suara decakan berselimut kesal dari Tika di seberang telepon. "Ya Bapak mikir, dong! Seharian nggak ngabarin saya, HP pakai dimatiin segala! Saya kelimpungan nyariin Bapak tahu, nggak! Saya bahkan sampai nekat nunggu Bapak di warung yang dekat dengan rumah Bapak itu. Mana yang punya warung nyebelin. Banyak nyamuk lagi! Komplit penderitaan saya! Saya sebal banget sama Bapak!" omelnya panjang lebar. Entah mengapa pikiran Dika justru tertuju kepada baso komplit buatan Nuri saat Tika menyebut kata komplit. "Pak! Hallo! Dengerin saya nggak, sih? Saya ini bukan suara radio, loh, Pak!" seru Tika lagi. "Iya, iya, saya dengar, Tika. Maaf, ya. Sebenarnya hari ini HP saya itu rusak, jadi saya pergi ke tukang service HP, makanya saya baru pulang sore," ucap Dika berbohong. Mana mungkin ia mengaku baru saja pulang dari warung baso mantan, bisa-bisa nanti malam Tika yang menjadikannya bahan bas
Baca selengkapnya

76. Daniel yang Kecewa

Bab 77"Ardi, sini dulu kamu. Mbak mau ngomong," ujar Nuri tepat di hari ketujuh ia berjualan. Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Bakso yang ia jual sudah habis. Mereka berdua tinggal beres-beres dan menutup warung. Ardi yang sedang mengelap mangkuk basah langsung meletakkan mangkuk dan kain lap tersebut, lalu mendekat ke arah Nuri. "Duh, aku deg-degan, nih, kalau ngeliat muka Mbak yang serius kayak gitu. Sumpah, Mbak! Aku nggak ada bikin kesalahan, loh! Aku nggak nyuri uang sepeser pun, aku nggak mecahin mangkuk atau gelas, aku juga nggak makan baso diam-diam. Jadi jangan hukum aku," ujar Ardi sambil duduk di dekat Nuri. Nuri menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Ardi. Pemuda yang satu itu memang tahu bagaimana cara menghibur hatinya. "Mbak serius, nih, Ar. Jangan guyon mulu. Ntar Mbak tahan gajimu seminggu, mau?" Nuri pura-pura mengancam Ardi. "Eh?" Wajah Ardi terlihat panik. "Nggak gitu cara mainnya, dong, Mbak! Iya, deh. Aku ngaku. Tadi sempat numpahin gula ke meja
Baca selengkapnya

77. Iblis Jimmy

Mohon maaf, bab 76 seharusnya yang ini ya. Tertukar isinya.TikaAku udah transfer, ya, Mir. Boleh dicek!Tika sengaja hanya mengirim pesan kepada Mirna. Mood-nya benar-benar buruk setelah bertemu dengan Udin tadi. Ia tidak habis pikir, bagaimana bisa bujangan satu itu menghinanya sedemikian rupa? Padahal Tika tidak merasa seburuk itu. Memang, sih, kulitnya berwarna hitam, tetapi menurut Tika wajahnya hitam manis. Seharusnya Udin naksir kepadanya, bukan terus-terusan bersikap seolah jijik seperti itu. "Huf! Awas aja lo, Din! Kalau gue udah nikah sama Pak Dika nanti, gue bakal bikin lo ngemis-ngemis minta kerjaan sama gue. Saat itu terjadi, gue bakal muntah sepuas-puasnya di depan muka lo! Tunggu aja!" Tika masih juga menggerutu karena teringat hinaan Udin kepadanya. Terdengar suara pesan masuk. Dari Mirna. MirnaOke! Udah masuk, Tik. Malam ini kamu harus langsung beraksi, ya. Ada beberapa hal yang harus kamu lakukan nanti."Hah? Ngelakuin apa lagi? Nggak cukup tidur dengan iblis it
Baca selengkapnya

78. Nuri Curhat pada Udin

"Memangnya harus banget pake diawasin rame-rame gini, ya, Ma?" protes Daniel. Bagaimana tidak? Di malam pertemuan pertamanya dengan perempuan muda yang bernama Angel itu, Mama dan tantenya heboh ingin ikut memantaunya. Alhasil Daniel tidak akan bisa kabur dari restoran tersebut. "Kamu jangan banyak protes, Daniel. Sana, masuk duluan. Kamu tenang aja. Tante sama Mama kamu nggak bakal duduk di meja yang sama dengan kalian. Kami cuma mantau dari jauh," sahut Tante Jamila, tantenya Daniel. "Kenapa nggak sekalian duduk bareng kami, Tante? Duduk di pangkuan kami kalau perlu. Nanggung banget cuma ngeliatin dari jauh," komentar Daniel dengan nada sarkas. "Daniel, kamu ini mau jadi anak durhaka, ya? Udah, sana, samperin Angel. Anggap aja Mama sama Tante Jamila nggak ada. Enjoy!" ujar Bu Cici menengahi. Ia sudah tidak sabar ingin melihat putranya berkenalan dengan gadis idaman seperti Angel. "Astaga! Mama sama Tante kayaknya lupa kalau aku udah punya anak!" gerutu Daniel yang hanya bisa pa
Baca selengkapnya

79. Double Date Nuri-Daniel, Dika-Tika

Bab 79Meskipun tempo hari Nuri mengatakan bahwa dirinya tidak mau mengingat-ingat Dika, tetapi tetap saja pada kenyataannya masih ada rasa yang tertinggal untuk pria itu. "Please, Nuri. Semua yang dibilang Udin itu benar! Kamu harus bisa ngelepasin pria itu sepenuhnya dari hati kamu. Lagian ngapain sih pepes tahu begitu masih aja diingat-ingat! Kamu berhak bahagia, Nuri!" gumam Nuri menasehati dirinya sendiri. Nuri bertekad untuk benar-benar move on seratus persen dari Dika. Tidak ada gunanya terus-terusan mengingat calon suami boneka santet seperti itu. Jadi, langkah pertama yang dilakukan Nuri adalah menghubungi Daniel. Bukan, bukannya Nuri ingin jadi orang jahat dengan cara menjadikan Daniel sebagai pelarian. Ia hanya mencoba untuk menuruti kata-kata Udin tempo hari. Nuri berjanji, ia tidak akan bermain-main dengan perasaan seseorang. Kalau memang ini saat yang pas untuk berdekatan dengan Daniel, maka Nuri akan mencoba melakukannya dengan sepenuh hati. "Halo, Mas Daniel. Assal
Baca selengkapnya

80. Daster

Tika seperti dibakar api cemburu setelah berpapasan dengan Nuri dan Daniel. "Pak! Kita sudah ke mall, loh. Masa cuma lihat-lihat doang, nih. Mubazir banget waktu saya, tuh!" rajuk Tika dengan kesal. Di pelupuk matanya masih terbayang-bayang adegan Nuri yang membawa paperbag. Sudah pasti itu berisi pakaian-pakaian mahal dan bagus seperti yang Tika lihat sejak pertama kali memasuki pusat perbelanjaan besar itu. Andika menghela napas. "Kan, kita ke mall cuma mau benerin laptop, Tika. Bukan mau belanja.""Halah! Bilang saja Bapak pelit sama pacar sendiri! Masa kalah sama mantan!" "Apa maksudmu, Tika?" Andika menatap tajam ke arah pacarnya. "Enggak, enggak penting! Saya enggak bicara apa-apa!" ketus Tika. Dia tak mau salah ngomong yang membuat Dika jadi kesal. Tapi terlambat. Andika merasa kesal dengan rajukan kekasihnya. Tika pasti cemburu dengan Nuri yang bisa berbelanja banyak pakaian bagus di mall. Sedangkan dirinya bukan tak ingin membelikan untuk Tika. Akan tetapi, keuangannya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status