Wajah Nuri sudah memerah menahan tangis. Tidak, ia tidak boleh cengeng. Bukankah yang namanya manusia hidup, pasti ada saja ujiannya. Tidak akan mungkin mulus-mulus saja, lurus tanpa polisi tidur seperti jalan tol. Suami tampan, kaya, masih begitu gagah, sangat mencintainya, anak sambung yang baik dan manis, semua itu cukup baginya. Lalu mertua, bukankah mertua bisa menjadi duri dalam rumah tangga anaknya? Ya, berarti itulah ujian hidupnya.Jika saat masih berstatus istri Dika, ibu mertuanya sangat menyayanginya, sekarang, suaminya mencintainya, tetapi mertuanya tidak suka dengannya. Tidak Nuri, kamu jangan mudah mengalah. Kamu harus kuat! Batinnya menyemangati diri sendiri. Ah, iya, satu lagi ujian baru dalam rumah tangganya. Keperawanan yang tidak kunjung bisa ditembus. Apakah cacat? Masa jalan lahir bisa cacat? Sepulang Daniel nanti, mereka sudah berencana akan ke dokter jika suaminya itu belum juga bisa membobol keperawanannya. "Nuri, terima kasih untuk pekerjaan rumah tangga ha
Read more