Semua Bab Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan: Bab 111 - Bab 120

137 Bab

Bab 111

"Oh iya maaf ya, Nak Dewi, tapi Alhamdulillah, kalian semua sudah sehat kembali," timpal Bu Asmi, dengan sikap dia yang sepertinya tidak enak hati terhadap Mbak Dewi.Mbak Dewi tidak lagi menyahut ucapan Bu Asmi, tetapi ia malah pergi meninggalkan kami dan semua orang yang sedang menengok mereka. Mbak Dewi pergi keluar rumah entah mau kemana dan juga mau ngapain. Sepeninggal Mbak Dewi, yang menengok pun pamit. Sepertinya mereka semua merasa tersinggung Firman sikap Mbak Dewi tersebut. Sepeninggal para tetangga yang menengok, Mbak Dewi kembali menemui kami, tetapi sikapnya benar-benar tidak sopan terhadap kami. Entah kenapa ia berbuat seperti itu, yang pasti membuat kami menjadi heran kepadanya. Suasana Rumah yang tadi ramai dikunjungi orang, kini tidak lagi seramai tadi. Hanya anak-anak Mbak Dewi, yang terus berantem, mereka terus beradu mulut.Sebulan setelah mereka keluar dari rumah sakit, aku dan Mas Romi sering bolak balik menengok mereka. Apalagi saat ini Bu Ratmi, sedang dalam
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-30
Baca selengkapnya

Bab 112

"Iya, Nak, terima kasih karena sudah peduli terhadap Ibu. Hanya kamu menantu Ibu, yang tidak melihat anak Ibu dari materi. Kamu tetap berada di samping Romi dari sebelum kalian punya apa-apa, sampai sekarang kalian mempunyai segalanya. Bahkan itu pun hasil keringat kamu sendiri. Sekali lagi terima kasih ya, Nak. Kamu telah mau bertahan menjadi menantu Ibu," ucap Bu Ratmi, sambul memeluk dan menciumku."Iya, Bu, sama-sama," sahutku.Iya kini benar-benar telah sadar, kalau aku adalah menantu terbaik untuknya. Padahal dahulu aku selalu dicaci dan dimakinya, bahkan dikatakan sebagai menatu termiskin. Tetapi kinii Bu Ratmi sudah sadar, serta mengakui semua kesalahannya. Bahwa segala sesuatu itu tidak ada yang sempurna. Mas Romi dan Kak Rendi juga masuk ke dalam rumah, serta kami semua pun masuk ke kamar Ibu. Kak Rendi langsung memeluk Ibunya dan meminta maaf kepadanya, ia berkata belum bisa menjadi anak yang di banggakan. Bahkan ia malah telah menyakiti hati Ibu mereka, dengan sikap dan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-30
Baca selengkapnya

Bab 113

Aku pun pergi ke dapur untuk menyiapkan makan siang buat keluarga, serta Kakak iparku dan juga Sekar. Ternyata Sekar sudah mengekoriku, ia sudah ada di belakangku, sambil menuntun anaknya. "Sekar, ngapain kamu ikut ke dapur segala? Kamu itu baru datang, Sekar, sana kamu istirahat saja bareng anakmu. Aku yakin kamu itu pasti masih capek 'kan," perintahku."Nggak apa-apa lah, Mira. Aku tidak biasa bersantai, ketika ada keluargaku yang masih bekerja," sahutnya."Ih dasar kamu itu, memang panas kerja, Sekar. Ya sudah terserah kamu, lagian juga tinggal masak doang, sebab sudah dari pagi aku meraciknya," ungkapku.Aku memberitahu Sekar, kalau semuanya cuma tinggal memasak saja, supaya dia tidak ikut membantuku. Aku kasihan sama dia, yang sudah jauh datang, malah harus membantuku memasak. Namun karena Sekar terus memaksaku, aku pun akhirnya membiarkan dia yang memasak dan aku yang mengajak main anaknya. Seusai memasak, Sekar pun menyimpan masakannya ke atas meja, yang ada di ruang makan.
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-31
Baca selengkapnya

Bab 114

"Memang bukan aku yang masak, Kak. Namun yang masak itu Sekar, tapi enak 'kan, Kak? Buktinya, Kakak lahap banget makannya tadi," sahutku sembari menggoda. "Apaan sih, Mira. Kamu itu godain Kakak melulu," ucap Kak Rendi. Ia berlata sembari memalingkan mukanya, yang sudah seperti kepiting rebus. Tidak lama kemudian, Sekar pun datang. Ia pun ikut bergabung bersama kami. "Lagi ngomongin apaan sih, kok kalian sepertinya seru banget?" Sekar bertanya, sambil duduk dekatku. Ia juga membenarkan rambut Syakila, yang menutupi matanya karena tertiup angin."Ini, Sekar, lagi ngomongin Kak Rendi, yang lagi kesengsem sama JAHE." Mas Romi menjawab pertanyaan Sekar, sambil terkekeh."Kok aneh banget sih, Mas Rendi ini. Kenapa dia malah kesengsemnya sama JAHE sih, Mas? Bukankah jahe itu rempah-rempah ya, bukannya seorang perempuan," tanya Sekar.Kami yang mendengar perkataan Sekar pun langsung tertawa terbahak-bahak, sebab Sekar berkata dengan begitu polosnya. Mungkin ia tidak mengetahui, apa yang d
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-31
Baca selengkapnya

Bab 115

"Uang apa sih, Sekar? Sudah biarin saja kamu nggak usah bayar, sebab aku ikhlas kok bantu kamu. Simpan saja uang ini, buat tabungan Syakila anak kamu." Aku menolak, apa yang diberikan Sekar kepadaku.Sebab ketika mendengar ceritanya saja begitu menyedihkan, hingga membuat aku langsung tidak tega kepadanya. Masa iya sih aku tega mau menerima uang darinya, walaupun ia bilang buat membayar apa yang dulu pernah aku pinjamkan kepadanya. Apa lagi dia datang karena sedang membutuhkan pekerjaan untuk kelangsungan hidup dirinya dan juga Syakila. "Tapi, Mira, aku ini mau membayar hutang sama kamu. Aku nggak mau terus-terusan hutang budi sama kamu," ungkap Sekar."Sudahlah, Sekar, nggak ada tapi-tapian. Aku ikhlas membantumu, biarkan uang ini untuk biaya hidupmu serta anakmu. Terus kamu mau mencari kerja apa?" tanyaku.Aku tetap menolak uang yang diberikan Sekar, aku juga bertanya kepada Sekar, pekerjaan apa yang dia mau. Karena aku tidak mungkin menyuruhnya menjadi karyawanku, sebab bagaimana
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-01
Baca selengkapnya

Bab 116

"Kalau menurut kamu, Mira. Kamu cocok yang mana?" tanya Sekar.Bukannya menjawab pertanyaan dariku, Sekar malah balik bertanya kepadaku. Aku pun akhirnya menjawab, apa yang sesuai dengan hati nuraniku."Aku sih cocoknya ruko yang sekarang ini, Sekar. Aku lihat sih, sepertinya bagus gitu dan sesuai dengan apa yang ada di bayanganku. Tapi nggak tau, jika menurut kamu, kira-kira kamu cocok yang mana?" Aku menjawab pertanyaan Sekar dan juga bertanya kepadanya."Kok pikiran kita sama sih, Mira. Aku juga cocoknya sama ruko yang ini, semoga saja ini awal dari kelancaran bisnis kita ya, Mira." Sekar membenarkan apa yang aku katakan. "Iya, Sekar, aamiiin," ucapku.Ternyata Sekar juga sama denganku, ia merasa cocok dengan ruko yang kedua ini. Semoga apa yang menjadi ucapan Sekar menjadi kenyataan, kalau bisnis yang akan kami jalani ini, nantinya akan lancar dan bertambah besar. Aku pun mengamini ucapan Sekar, berharapan apa yang kami rencanakan dan harapkan menjadi kenyataan."Ya sudah kalau
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-01
Baca selengkapnya

Bab 117

"Iya, Sekar. Kita sebagai teman, serta sebahai sesama muslim memang wajib saling mengingatkan." Aku menimpali ucapan Sekar.Setelah itu kami ngobrol hal yang lain, tetapi saat kami sedang bercengkrama. Ada Kak Rendi masuk ke ruko Sekar, tetapi sepertinya ia belum melihat keberadaanku. "Kak Rendi!" seruku."Eh, Mi-Mira, kamu sedang ada di sini juga?" tanya Kak Rendi gugup."Aku sedang membicarakan tentang perkembangan bisnis kami, Kak. Kak Rendi sendiri mau ngapain ke sini? Apa Kakak mau membeli pakaian, atau mau membeli hati penjual pakaian?" tanyaku. Aku memberitahu Kakak iparku, kenapa aku berada di sana saat ini. Tapi saat aku bertanya kepada Kak Rendi, malah terlihat semburat merah di raut wajahnya. Sepertinya, Kak Rendi dan Sekar ada sesuatu yang mereka sembunyikan dariku. Tapi aku yakin, kalau mereka berdua memiliki rasa yang sama satu sama lain."Ih apaan sih kamu, Mira. Kepo banget! Aku datang ke sini, sebab ada sesuatu hal yang harus di selesaikan tau. Iya 'kan, Sekar?"
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-02
Baca selengkapnya

Bab 118

"Iya, Bu, Mira setuju. Bahkan Mira setuju nya pake banget, Bu. Sebab mereka memiliki masa lalu yang hampir sama, yaitu dikhianati oleh orang terkasihnya. Semoga saja setelah mereka menikah, mereka berdua mendapat kebahaguaan." Aku menyahut pertanyaan mertuaku, serta mendoakan hubungan sahabat dan juga iparku.Setelah itu kami membahas tentang hubungan mereka berdua, dengan begitu serius. Kebetulan Mas Romi tidak bekerja, sebab giliran supir serepnya yang berangkat.Kami membahas tentang pernikahan Sekar dan Kak Rendi, yang ingin digelar dua bulan kemudian. Kami membahas, apa saja yang mesti di persiapkan oleh pihak keluarga laki-laki.Dilain waktu, Sekar juga datang ke rumahku untuk membahas hal yang sama. Ia juga meminta pertimbanganku, tentang hubungan mereka. Sekar juga menanyakan apa saja yang mesti calon pengantin wanita persiapkan. Rencana pelaksanaan pernikahan mereka, akan dilaksanakan di kota ini, supaya tidak memakan waktu serta biaya berlebih. Tinggal perwakilan keluarga Se
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-02
Baca selengkapnya

Bab 119

"Jadi begini, Pak. Istri anda bukannya mempunyai penyakit atau bagaimana, tetapi penyebab istri anda merasakan sakit hingga pingsan. Dikarena dia sedang mengandung," terang Dokter."Apa, Dokter? Jadi istri saya sedang hamil?" tanya Mas Romi kaget.Mas Romi mungkin tidak menyangka jika aku sedang hamil. Jangankan Mas Romi, aku juga merasa kaget saat mendengarnya. Soalnya, sudah sejak lama aku tidak memasang KB, berharap segera memiliki momongan kembali. Namun ternyata baru kali ini terlaksana, setelah anak keduaku berusia sembilan tahun."Iya, Pak istri anda sedang hamil, usia kandungannya telah mencapai delapan minggu, serta termasuk trimester pertama. Trimester pertama adalah masa masa-masa terentan bagi seorang Ibu hamil, jadi Ibu jangan sampai terlalu capek ya, Pak." Bu Dokter memberitahu Mas Romi, serta memberi saran kepadanya."Alhamdulillah," ucap kami serempak."Iya, Dokter, insya Allah pesan anda akan saya laksanakan. Saya akan usahakan, supaya istri saya mulai sekarang tid
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-02
Baca selengkapnya

Bab 120

"Masih agak jauh, Bu," sahutku.Aku menjawab pertanyaan mertuaku, tentang rasa mulas yang aku rasa di perutku ini. Rasanya memang masih kadang terasa kadang tidak, belum teratur seperti yang mertuaku tanyakan barusan."Berarti masih mencari ruang, kamu yang sabar ya, ayo baca shalawat dan juga berdzikir!" Bu Ratmi mengajariku, supaya aku membaca shalawat dan juga berdzikir. Padahal dari tadi juga aku sedang melantunkan apa yang Bu Ratmi perintahkan."Romi, ayo kamu siapin air, terus baca surat yasin khususkan buat keselamatan istri kamu! Selesai membaca yasin, airnya kamu miumkan kepada istrimu." Bu Ratmi juga menyuruh anaknya, supaya mengaji surat yasin, kemudian airnya aku minum.Aku dan Mas Romi pun menuruti perintah mertuaku, Mas Romi mengaji yasin, sedangkan aku bersahabat sambil berdzikir. Tidak berapa lama, aku pun merasakan sakit perut yang mulai teratur. Aku pun memberitahu suami dan mertuaku, kalau aku sudah merasakan hal tersebut. Setelah itu, aku di bawa suami dan mertuak
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-02-02
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status