Semua Bab Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan: Bab 91 - Bab 100

137 Bab

Bab 91

Selesai menyiapkan semuanya, aku pun kemudian ikut bergabung, ngobrol ngalor ngidul, dengan mertua dan juga orang tuaku termasuk juga Sekar. Setelah aku rasa mereka telah cukup beristirahat, aku pun segera mengajak mereka makan. Sebab perjalan dua jam menggunakan kendaraan itu, menurutku lumayan melelahkan. Aku mempersiapkan menu untuk menyambut keluargaku, yaitu opor ayam kampung, sambal, lalapan, goreng tempe tahu, serta kerupuk. Mereka semua pun makan dengan begitu lahapnya, termasuk Sekar dan juga anaknya. Kami makan tidak di meja makan, tetapi sengaja duduk lesehan. Aku sengaja menggelar tikar, biar kami semua bisa muat saat makan bersama. Seusai makan, aku dan Sekar membereskan semuanya, serta langsung mencuci perabotan kotornya. Sedangkan anaknya Sekar di asuh oleh Mas Romi, beruntung anak itu nurut sama Mas Romi, biarpun mereka baru bertemu."Sekar, anakmu nurut ya sana suamiku," kataku ketika kami mencuci perabotan kotor."Mungkin karena Mas Romi yang kebapakan, serta anakk
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-24
Baca selengkapnya

Bab 92

"Jadi begini, Dek. Tadi siang, kan Mas bawa main Syakila, anaknya Sekar ke warung depan. Eh si pemilik warungnya, malah genit-genit begitu sama Mas. Mas 'kan jadi risih ya, Dek, jadi Mas buru-buru saja pergi setelah membeli jajanan untuk Syakila. Tapi dia malah teriak-teriak nggak jelas, makanya Mas bilang kalau pemilik warungnya aneh." Mas Romi menjelaskan, kalau ternyata Susi genit padanya."Oh, jadi tadi siang itu, Mas digodain sama si Susi! Terus dia bilang apa saja sama kamu, Mas. Dari dulu itu si Susi itu memang senang, kalau mengganggu hubungan orang, Mas. Terutama hubungan aku. Bahkan di kampung ini dia sudah menjadi buah bibir, kalau seperti itulah kelakuannya. Tapi aku heran sama dia, kenapa kemarin dia mengatakan, kalau aku adalah pelakor? Dia berkata tanpa introspeksi diri dulu karena ternyata dirinyalah yang menjadi seorang pelakor. Si Susi itu maling, Mas, tapi dia malah teriak maling kepada orang lain." Aku panjang lebar menceritakan siapa itu si Susi, kepada Mas Romi s
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-25
Baca selengkapnya

Bab 93

Karena Mas Romi tidak mau berangkat sendirian, akhirnya aku dan Mas Romi pun berangkat berdua ke warungnya Susu untuk membeli rokok tersebut."Assalamualaikum," ucapku,saat aku telah berada di warung Susi, yang menjadi tempat Ibu-ibu nongkrong. Warung Susi sudah persis seperti warungnya Bu Ami, saat aku masih berada di rumah kontrakan, serta Marni masih hidup."Waalaikumsalam," sahut Ibu-ibu."Awas Ibu-ibu, ada orang kaya mau lewat," ujar Susi kepadaku.Mas Romi hanya menoleh ke arahku, setelah mendengar perkataan Susi."Alhamdulillah, Susi, terima kasih kamu telah mendoakan aku, supaya menjadi seorang yang kaya." Aku berterima kasih, sebab bagiju ucapan itu adalah doa. "Mas, kamu mau beli apa?" tanya Susi dengan, suara yang dibuat manja, membuat aku ingin muntah mendengarnya."Roko Malboro putih satu," sahut Mas Romi.Susi pun mengambil barang dagangan, sesuai dengan apa yang suamiku pinta. Setelah itu ia memberikannya kepada suamiku."Ini, Mas," kata Susi, sambil memberikan toko
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-25
Baca selengkapnya

Bab 94

"Iya, Mira. Kami tau dan kami melihat kok, bagaimana sebenarnya sikap Susi kepada suamimu, sebab dia sering melakukan itu kepada pria yang lebih tampan dari suaminya. Namun, kami tidak percaya, kalau kamu menggoda Ferdi suaminya Si Susi." Ibu-ibu serempak menjawab pertanyaanku."Bagus, kalau ternyata penilaian Bu-Ibu seperti itu, terima kasih untuk semuanya. Karena aku tidak ridho, kalau aku dikatakan sebagai seorang pelakor lagi, oleh seorang wanita penggoda suami orang." Aku berkata sambil mengacungkan jempol kepada Ibu-ibu tanda setuju, tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada mereka semua.Susi yang mendengar perkataanku hanya melongo, mungkin dia tidak menyangka, kalau aku akan berkata seperti itu. Aku melawan, tidak diam saja saat di rendahkan dan difitnah. "Apaan sih kamu, Mira. Kamu sedang mengumpulkan bala bantuan nih ceritanya, kamu mau main keroyokan gitu sama aku?" Susi bertanya kepadaku, tentang perlawanannya padanya."Ya kalau memang perlu aku lakukan, ya apa boleh bu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-25
Baca selengkapnya

Bab 95

Kami sekeluarga hanya bengong, saat melihat perdebatan antara mereka. Ternyata Susi tidak mau, kalau sampai mereka tidak kebagian harta warisan dari mertuanya. Terlihat jelas kalau dia itu memang perempuan matre. Susi itu pintar sekali aktingnya, kadang baik, kadang jahat. Dia seakan memiliki kepribadian ganda."Baiklah Susi, Bapak akan memberikan harta warisan, asal kalian dimaafkan sama orang yang kalian sakiti." Pak Burhan menyetujui permintaan Susi dengan syarat."Mira, kamu mau 'kan memaafkan kesalahan aku dan Mas Ferdi? Tolonglah aku, Mira. Aku harap kamu mau memaafkan kami,"pinta Susi."Aku memaafkan kalian kok, Susi, asalkan kamu jangan pernah mengulanginya lagi." Aku pun akhirnya memaafkan kesalahan mereka."Ya sudah kalau seperti itu saya menjadi lega, kalau memang anak dan menantuku sudah kalian maafkan. Terima kasih ya, semuanya," ungkap Pak Burhan. Pak Burhan pun berterima kasih kepada kami, sebab kami telah memaafkan semua kesalahan yang diperbuat oleh anak sama mantun
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-26
Baca selengkapnya

Bab 96

"Aku sih mengizinkannya, Bu, tapi untuk sementara saja, sampai Kak Rendi mempunyai pekerjaan. Setelah itu, lebih baik mereka cari kontrakan saja, sebab aku takut kalau Mbak Dewi dan keluarganya, hanya akan merepotkan Ibu. Seperti yang selama ini mereka lakukan, kalau mereka semua pulang kampung." Aku mengizinkan mereka tinggal di rumahku, hanya untuk sementara waktu saja.Bu Ratmi dan Mas Romi kembali sumringah, sampai mengucapkan syukur, setelah aku berkata mengizinkannya. "Alhamdulillah, terima kasih ya, Nak." Bu Ratmi berterima kasih kepadaku."Iya, Dek. Mas juga berterima kasih kepadamu, sebab kamu mau mengizinkannya." Mas Romi pun berterima kasih kepadaku."Iya, sama-sama, Mas, Bu." Aku menjawab ucapan mereka berdua.Kami pun kemudian membahas hal lain, setelah kami mendapatkan solusi untuk Kakak iparku ini. Terkadang aku merasa tidak ikhlas, saat mengingat perlakuan mereka yang keterlaluan kepadaku. Namun, aku mencoba menerimanya, demi suami dan juga mertuaku. Kami menunggu ked
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-26
Baca selengkapnya

Bab 97

Semudah itu Kak Rendi berkata, seolah tanpa beban. Sedangkan dulu, saat aku dan Mas Romi sedang susah, tidak pernah sekalipun mereka peduli terhadap kami, yang ada mereka selalu menghina keadaan kami tersebut. Namun sekarang, saat dia yang sedang berada dititik terendah, mereka seenaknya saja memanfaatkan kami. Setelah membayar mobil, kami pun masuk ke dalam rumahku."Mira, kamu masak apa untuk menyambut kedatangan kami?" tanya Mbak Dewi tanpa rasa malu, saat dia mengekoriku ke dapur."Masak biasa aja, Mbak, nggak ada yang istimewa. Karena Mira nggak tau, kalau Mbak dan keluarga akan datang kemari, serta berniat menumpang di rumahku." Aku berkata apa adanya tanpa ditutup-tutupi, serta tanpa ada rekayasa lagi."Kamu sekarang sombong banget sih, Mira! Apa mentang-mentang karena, aku sekarang sudah miskin ya?" Mbak Dewi bertanya, sambil membuka tudung saji.Sebenarnya tidak ada niatan dalam hatiku buat sombong, tetapi hanya untuk memberitahunya, kalau mereka itu hanya menumpang tidak ada
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-26
Baca selengkapnya

Bab 98

"Mas, kok ada ya orang badeg macam mereka?" tanyaku kepada Mas Romi dengan suara pelan, sambil membereskan perabotan yang kotor. Kebetulan Bu Ratmi juga sudah pergi dari meja makan tersebut."Iya, Dek, maafin keluarga Mas ya," ucap Mas Romi.Ia menyahut pertanyaanku, sambil meminta maaf, buat kesalahan yang diperbuat oleh Kakak, serta Kakak iparnya tersebut. Sepertinya tidak enak hati, ketika mendapati sikap Kayak serta iparnya yang demikian."Lho, Mas, ngapain kamu yang minta maaf buat kelakuan mereka sih? Ini bukan kesalahan kamu lho, kenapa mesti kamu yang minta maaf?" Aku bertanya kepada suamiku itu."Ya karena Mas malu mei ada kamu, dengan sikap mereka yang seperti ini. Makanya Mas minta maaf," sahut Mas Romi."Ya sudahlah, Mas, nggak apa-apa. Semoga saja mereka bisa segera berubah. Kamu lebih baik masuk saja ke dalam temani mereka, aku mau membantu Mbak Juleha, kasihan dia." Aku menyuruh Mas Romi supaya menemani kakaknya tersebut.Sedangkan aku dan Mbak juleha membereskan semua
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-26
Baca selengkapnya

Bab 99

"Mbak, kok seenaknya saja sih meminta kunci kepada Ibu! Memangnya Mbak pikir, rumah yang akan kalian tempati itu rumah siapa," tanyaku lagi."Kenapa, Mira, kamu nggak senang, kalau aku menempati rumah kamu itu?" Mbak Dewi bertanya balik padaku, dengan nada yang sedikit meninggi.Ia malah lebih mengeraskan suaranya, saat ia menimpali ucapanku. Mbak Dewi malahab lebih galak dariku, yang merupakan pemilik rumah ini.'Memang dasar ipar nggak ada ahlak,' gumamku."Bukan seperti itu maksud Mira, Dewi. Mira hanya mengingatkan kamu, kalau kamu itu harus menghargainya, sebagai pemilik rumah yang akan kamu tumpangi. Lagian juga, kenapa kamu malah meninggikan suara, saat Mira berkata seperti itu? Mira itu yang punya rumah, Dewi. Sedangkan kamu hanya menumpang di rumahnya, seharusnya kamu itu harus tau diri dong, Mira?" Bu Ratmi membelaku, ia memberitahu maksud dari ucapanku barusan."Alah, bisa-bisanya Ibu sekarang menyalahkan aku dan membela Mira. Padahal ibu dulu begitu membencinya, ini pasti
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-27
Baca selengkapnya

Bab 100

"Bu, ibu buka dong pintunya! Mira mau masuk, boleh kan, Bu," pintaku."Iya, Mira, sebentar," sahut Ibu.Tidak lama kemudian, pintu kamar pun terbuka, setelah itu aku segera masuk ke dalam kamar Ibu. Ternyata benar apa yang aku duga, kalau Ibu itu terluka. Ibu ternyata sedang menangis, sebab terlihat dari matanya yang sembab. Tega sekali, Mbak Dewi membuat mertuanya ini sampai menangis. Kak Rendi juga keterlaluan, bersikap kepada Ibunya sendiri kok seperti itu."Bu, kenapa Ibu malah pergi?" tanyaku."Nggak apa, Mira. Ibu hanya sedih, sebab anak yang Ibu besarkan dan Ibu rawat dengan penuh kasih sayang, kok dia tega sekali berbuat seperti itu kepada Ibu. Padahal dia itu Ibu sekolahkan, sampai menjadi sarjana, sehingga mengorbankan pendidikan Romi adiknya, tapi mana hasilnya? Sedikit pun tidak ada kesopanan terhadap Ibunya ini. Dia malah terang-terangan menyalahkan Ibu, demi membela istrinya. Sakit, Mira, hati Ibu ini sakit sekali." Bu Ratmi panjang lebar bercerita, kalau dirinya terlu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-27
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
14
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status