All Chapters of Membungkam Nyinyiran Mertua Dan Tetangga Dengan Kesuksesan: Chapter 71 - Chapter 80

137 Chapters

Bab 71

"Dek, sudah ya. Kamu jangan menangis terus, nanti yang ada Marninya juga ikut sedih," bujuk Mas Romi."Iya, Mas, aku hanya tidak menyangka, jika Marni akan seperti ini," sahutku.Namun, siapa sangka, setelah aku berbisik di telinganya, ada respon dari Marni. Dari susut matanya menetes air mata, kemudian jari tangannya pun bergerak. Aku pun segera melaporkan semuanya kepada Dokter, kemudian Pak Dokter pun kembali memeriksa Marni. Atas izin Allah, Marni dapat membuka matanya, kemudian dia berkata dengan suara parau serta putus-putus. Aku pun mendengarkan selayang diucapkannya dengan begitu seksama."Mbak Mi-ra, aku min-ta ma-af, ya Mbak! Aku ba-nyak do-sa sa-ma Mbak," ucap Marni.Ia meminta maaf kepadaku, atas kesalahan yang pernah dia lakukan."Iya, Marni. Mbak sudah memaafkan kamu kok. Kamu jangan terlalu banyak bicara dulu ya, sebab kondisi kamu belum stabil," tegurku."Aku ng-gak kuat, Mbak. Aku ca-pe, aku mau pu-lang," sahutnya."Marni, sudah ya jangan bicara dulu. Kamu istirahat
last updateLast Updated : 2023-01-16
Read more

Bab 72

"Iya, Mas, ayo!" sahutku.Kemudian setelah Marni dikuburkan serta didoakan, kami semua yang mengantarkan jenazah Marni, ke peristirahatan terakhirnya pun pada bubar. Kami meninggalkan pemakaman umum ini, menuju rumah masing-masing. Aku juga pulang ke rumahku, yang dibeli dari Ibu mertuaku."Mira, Romi, kalian nginep saja di sini ya! Ini juga kan rumah kalian sendiri," pinta Ibu mertuaku, ia meminta kami supaya menginap. "Iya, Bu. Mira akan menginap di sini, biar nanti Mas Romi saja yang pulang. Ia pulang, setelah ashar sepulang dari tahlilan Marni. Soalnya kalahkan semua menginap di sini, rumah nggak ada yang nungguin, Bu." Aku menyetujui ajakan mertuaku."Ya sudah kalau begitu, ayo masuk! Nanti kita makan barang ya, Ibu kangen makan bareng sama kalian semua," ujar Bu Ratmi.Kami semua pun masuk, kemudian segera membersihkan diri. Aku mengganti pakaianku menggunakan daster mertuaku, sebab aku tidak membawa baju untuk ganti. Beruntung tubuh kami seukuran, jadi aku bisa meminjam paka
last updateLast Updated : 2023-01-17
Read more

Bab 73

"Iya, Dek, silahkan! Karena selain sebagai seorang istri, yang harus berbakti sama suami. Kamu juga adalah seorang anak, yang harus berbakti juga kepada kedua orang tuamu. Mereka orang yang telah merawat dan menyayangi kamu, hingga sebesar dan sedewasa ini. Mas bukan orang yang egois kok, Dek. Apalagi selama kemarin Ibuku sakit, kamu yang merawatnya dengan penuh kasih sayang. Masa Iya sih, sekarang Ibu kamu sakit, Mas akan melarang kamu untuk merawat beliau! Jika Mas orang yang seperti itu, berarti Mas seorang suami egois, serta dzolim kepadamu dan juga Ibumu." Mas Romi memberikan izin kepadaku, bahkan dengan sedikit menasehatiku."Iya, Mas, terima kasih ya." Aku berterima kasih kepada suamiku, sebab dia telah memberiku izin untuk merawat Ibu, yang sedang sakit.Aku merasa bersyukur, sebab mempunyai suami yang pengertian, serta paham terhadap agama seperti Mas Romiku ini. Karena tidak jarang, aku menemukan di sekitarku ada suami egois, yang hanya mementingkan dirinya sendiri, serta
last updateLast Updated : 2023-01-17
Read more

Bab 74

"Maaf ya, Susi. Belanjaan ini, tidak pernah aku minta untuk digratiskan oleh suamimu. Dari tadi aku sudah menanyakan harga, serta telah memberikan uangnya. Namun, suami kami saja, yang menolaknya. Ini buktinya, uangnya masih aku pegang." Aku menjelaskan kepada Susi, kalau aku tidak seperti yang dia bilang."Ya sudah, mana sini uangnya! Semuanya pas lima puluh ribu, silahkan kamu segera pergi dari warungku." Susi mengambil uang dari tanganku dan bilang uangnya pas, padahal dia belum menghitungnya. Susi bahkan seolah mengusirku, menyuruhku untuk segera pergi dari warungnya. Aku pun tidak mau banyak bicara, aku segera pergi dari hadapan Susi dan Mas Ferdi. Padahal Susi ini dulu sahabat dekatku, tapi sekarang kami sudah seperti dengan seorang musuh bebuyutan. Susi memang keterlaluan, padahal selama ini dia yang salah, dia yang menikungku dari belakang, tapi kenapa sepertinya malah aku yang salah dimata dia. Sepanjang jalan aku malah kepikiran masa lalu bersama Mas Ferdi dan Susi.*****
last updateLast Updated : 2023-01-18
Read more

Bab 75

"Iya nggak apa kok, Mas." Aku berkata, kalau aku baik-baik saja dan mengerti jika memang dia sedang ada keperluan.Setelah itu aku masuk gerbang sekolah, kemudian aku pun masuk ke kelas. Di dalam kekas, aku pun mengikuti pelajaran seperti biasa, hingga pelajaran usai. Selesai pelajaran, aku pun pulang bareng bersama teman-temanku yang lain. Lumayan jauh sebenarnya, jika menempuh perjalanan dengan berjalan kaki. Jarak dari sekolah ke rumah, memakan waktu satu jam perjalanan. Perjalanan menguras tenaga, yang cukup melelahkan."Mira, kok kamu jalan kaki pulangnya, biasakan kamu selalu di jemput sama Mas Ferdi. Kemana dia sekarang?" tanya Sekar, teman disampingku, tetapi beda kelas."Iya, Mira, kemana tuh Mas Ferdimu? Biasanya ia akan selalu setia menjemputmu, bahkan akan menunggu walaupun kamu belum pulang." Nina menimpali ucapan Sekar, tentang keberadaan Mas Ferdi yang saat ini tidak menjemputku."Mas Ferdi bilang, kalau dia sedang ada urusan. Makanya dia tidak dapat menjemputku." Aku m
last updateLast Updated : 2023-01-18
Read more

Bab 76

"Hai, Mira, kok kamu jalan kaki sih, nanti besar-besar lho kakimu! Apa Ferdi nggak jemput kamu ya, Mir?" Mas Tomi salah satu pemuda, yang duduk di teras Susi menghampiriku, ia juga bertanya kepadaku."Iya, Mas. Seperti yang Mas lihat, kalau aku tidak dijemput oleh Mas Ferdi. Katanya dia sedang ada urusan, tapi bukannya itu motor dia ya, Mas? Memangnya sedang apa, Mas Ferdi di rumahnya Susi?" tanyaku kepada Mas Tomi.Semoga saja Mas Tomi mau jujur kepadaku, tentang kegiatan Mas Ferdi di rumahnya Susi tersebut."Oh, i-iya, Mira, tadi itu Ferdi memang ada urusan dulu, tapi hanya sebentar. Setelah selesai urusannya, kami main di rumahnya Susi, sebab Susi mengundang kami untuk datang ke rumahnya." Mas Tomi menjelaskan tentang, apa yang aku tanyakan, tapi ada yang janggal dengan ucapannya, sebab Mas Tomi gugup saat aku bertanya, kenapa Mas Ferdi ada di rumahnya Susi."Memangnya, ada acara apa di rumah Susi, Mas? Kok yang diundang hanya cowok doang, kenapa ceweknya nggak?" Aku kembali bert
last updateLast Updated : 2023-01-18
Read more

Bab 77

Mas Ferdi sepertinya kecewa, dengan alasan yang aku berikan kepadanya. Mau bagaimana lagi? Sebab aku juga tidak mau terjerumus ke dalam lembah dosa. Terserah ia mau kecewa atau bagaimana, yang penting aku tidak terjebak ke dalam dosa zina. "Mas, aku itu sebenarnya masih sayang sama kamu. Namun, maaf ya, Mas. Karena aku tidak dapat memenuhi keinginanmu itu," ungkapku."Ya sudahlah, Mira, kalau memang kamu nggak mau melakukannya atas nama cinta, Mas juga nggak akan memaksa kok. Cuma jika kamu bersikap seperti itu, maaf ya, jika kamu harus mau menerima, kalau Mas kini berpaling ke lain hati." Mas Ferdi berterus terang, jika dia akan mendua karena aku tidak mau mengikuti kemauannya. "Baiklah, Mas, kalau memang itu maumu. Maaf sekali karena aku tidak bisa mengikuti arahmu lagi. Lebih baik kita sudahi saja hubungan kita ini, sebab hubungan kita sudah tidak harmonis lagi." Aku memutuskan hubunganku dengan Mas Ferdi, sebab pemikiran kami sudah tidak seiring sejalan lagi. Aku lebih baik mu
last updateLast Updated : 2023-01-20
Read more

Bab 78

"Kamu tenang saja, Susi. Aku pastikan, kalau aku tidak akan pernah kembali, menjalin hubungan dengan Mas Ferdi. Aku akan jamin itu," sahutku.Aku juga tidak akan mungkin mau kembali, kepada Mas Ferdi yang mata keranjang. Apalagi aku sudah cukup merasakan sakit hati karena diduakan olehnya. Jadi bagaimana mungkin, aku mau jatuh ke dalam lubang yang sama untuk yang kedua kalinya."Aku akan pegang ucapanmu, Mira. Tapi kalau sampai aku mendengar, kamu mendekati Mas Ferdi lagi. Jangan salahkan aku, kalau aku berbuat kasar sama kamu." Susi kembali mengancamku untuk yang kedua kalinya."Iya, Susi, aku akan memastikannya kok. Aku juga berharap, jangan sampai Mas Ferdi mau kembali lagi padaku. Maka dari itu kamu jaga baik-baik Mas Ferdinya, jangan sampai dia beralih ke wanita lain. Kalau perlu, kamu rantai saja dia, biar tidak bisa kemana-mana," pesanku.Aku berpesan kepada Susi, serta sedikit berkelakar kepadanya. Aku melakukannya, supaya suasananya tidak terlalu tegang, walaupun sebenarnya
last updateLast Updated : 2023-01-20
Read more

Bab 79

"Iya, Mira, jadi kamu jangan sampai meladeni dia. Soalnya dia akan senang, kalau ada yang meladeni sifatnya itu." Paman berpesan kepadaku, supaya aku tidak meladeni sifat Susi, yang suka cemburu kepada siapa pun perempuan yang lebih segalanya dari dirinya.Aku pun nengangguk-anggukan kepala, tanda mengerti apa yang Pamanku sampaikan barusan. Selesai membuatkan kopi, aku langsung menyuguhkannya, bersama kue yang aku bawa dari toko, kepada Pamanku itu. Kemudian, aku menengok Ibu yang masih tertidur di kamarnya, mungkin efek dari minum obat, jadi Ibu pulas lagi tidurnya. Sedangkan Bapak, sudah sejak tadi pagi dia keluar rumah untuk mengecek perkebunan buah dan sayur serta peternakannya. Setelah itu biasanya langsung menengok sawah yang tidak jauh dari peternakkannya tersebut. "Paman, kok tumben Paman nggak pergi kebun sekarang?" tanyaku, sambil duduk di kursi sebelah Pamanku."Iya, Mira, mungkin nanti sore saja Paman ngecek kebunnya. Soalnya tadi pagi Paman merasa nggak enak badan. J
last updateLast Updated : 2023-01-20
Read more

Bab 80

"Itu, orangnya yang ada di sebelah Ibu-ibu" sahut Susi memukulku dengan dagunya.Bu Ida pun melirikku, lalu ia juga melirik ke arah Bu Eti, sebab kami berdua memang berada tepat di sebelah Bu Ida. Lebih tepatnya bu Ida ada di tengah-tengah antara aku dan Bu Eti."Siapa, Susi? Di sebelahku ada Mira dan juga Bu Eti, kalu siapa yang kamu maksud kamu sih?" Bu Eti bertanya lagi kepada Susi, sebab dia belum mengerti orang yang dimaksud Susi."Susi, apa kamu menuduh Ibu sebagai seorang penggoda?" Bu Eti bertanya."Bu-bukan, Bu, tapi itu sebelah kanan Bu Ida." Susi menjawab pertanyaan Bu Eti dengan gugup. Sepertinya ia kaget karena ternyata, Bu Eti tersinggung dengan ucapannya. Lagian Susi juga yang salah, ia berbicara memang terkadang nggak mikir-mikir dulu. Langsung bicara tapi nggak jelas maksudnya apa. Rasain kamu Susi, memang enak di semprot sama Bu Eti? Aku juga langsung tersinggung dengan ucapan Susi, sebab yang ada di sebelah kanan Bu Ida, itu adalah aku? Jadi, wanita penghoda yang
last updateLast Updated : 2023-01-20
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status