Home / Romansa / Asisten Kesayangan CEO Angkuh / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Asisten Kesayangan CEO Angkuh: Chapter 71 - Chapter 80

104 Chapters

71. Buku Notes

"Iya, Pak. Saya Mutiara Defa. Ada yang bisa saya bantu?' tanya Rara bersikap lugu. Padahal dalam hatinya, ia sangat ingin menjewer telinga mereka satu per satu. "Kamu beneran Mutiara Defa??" Dika masih menatap Rara dengan keraguan penuh. 'Mengapa wajah Mbak Rara jadi begini? Masa iya anak ini benar-benar Mutiara Defa'. Dika bergumam tidak jelas. Wajahnya bukan wajah yang ia kenal. Wajah ini sangat asing baginya. "Aku tanya sekali lagi, benarkah namamu Mutiara Defa?" Dika tidak ingin membuang waktu lagi. Rara mengangguk. Namanya memang Mutiara Defa. "Lalu mengapa wajahmu itu ..." Dika menunjuk ke wajahnya sendiri. "Apakah Bapak sedang mencari seseorang yang memiliki nama yang sama dengan saya?" Rara menatap Dika dengan tatapan tajam. Sejenak, Dika merasa tatapan Rara sedang mengintimidasi dirinya. Ia kenal dengan aura ini tapi tetap merasa tidak yakin dengan penampilannya. Hanya nama saja yang sama, tapi wajah sepenuhnya berbeda. "Sebentar, aku rasa aku perlu menelpon Pak Wi
last updateLast Updated : 2023-08-04
Read more

72. Rapat Tertunda

Mutiara Defa memutar badannya, dan terpaksa keluar dari lift. Keningnya berkerut dan nampak jelas jika dirinya tidak suka dengan pemanggilan paksa seperti ini. "Ada yang bisa saya bantu?" Nada suara Rara sama sekali tidak ramah. "Kami perlu menanyakan beberapa hal padamu." Jantung Dika berdetak keras, begitu mendengar pertanyaan Rara tadi. Ia tahu senior mereka ini tidak suka diganggu di pagi hari. Ia sungguh tidak mengharapkan ini terjadi, jika tidak terpaksa. Apa mau dikata. Ia sangat memerlukan bantuan Rara pagi ini, karena mereka akan pergi ke gudang sebentar lagi. Rara menggumam tidak jelas. Batal sudah rencana yang sudah ia susun semalam. Ia berencana untuk ikut Dewa menghadiri rapat bersama dengan direktur dan wakil direktur, untuk menentukan desain mana yang akan diluncurkan musim ini. "Aku harap ini sangat penting," ujar Rara ketika mereka sudah berada di ruang khusus. "Maafkan kami, Senior." Dika merasa tidak enak hati. "Apa yang harus aku bantu?" "Kami akan berangka
last updateLast Updated : 2023-08-15
Read more

73. Peraturan Baru, Divisi Baru?

Rara berjalan menuju ruang rapat. Alarm di jam tangannya bergetar, dan itu membuatnya sedikit tergesa karena harus bertemu dengan Dewa lebih dulu. Hari ini ia harus memutar kepalanya lebih keras dari biasanya. Bagaimana tidak? Dalam satu rapat ia harus memenuhi tiga permintaan sekaligus, satu dari kepala desain, satu lagi wakil direktur, dan terakhir dari sang direktur. Bisakah ia melalu hari ini dengan lancar? Satu colekan di pundak kanannya berhasil membuat Rara berjingkat ke samping. Ia kaget bukan kepalang. "Astaga, Difa!! Kamu sedang patah hati ya? Pagi-pagi begini udah melamun aja," tegur Dewa, mengamati wajah Rara dengan seksama. "Jangan lupa! Kita ada rapat penting sebentar lagi. Jangan sampai kamu melamun lagi di sana nanti!" ujar pria itu melewati Rara, melangkah menuju ruang rapat yang tinggal beberapa langkah lagi. Rara hanya menyengir kuda. Ia meneruskan langkahnya, yang kemudian berubah menjadi berlari-lari kecil, mengejar Dewa. "Pak Dewa!" seru gadis itu. Langkah kak
last updateLast Updated : 2023-09-06
Read more

74. Kesempatan Kedua

Rara turut memandangi pria di depannya. 'Sedang ngomong apa sih, Pak Wisnu ini?' Raka hanya melirik sekilas, tanpa ada niat untuk membantah. Ia tidak ingin memperpanjang soal audit. Apa yang ia lihat di gudang beberapa waktu lalu membuatnya berpikir ulang, untuk memikirkan apa yang pernah disampaikan oleh mantan asisten pribadinya, Rara. Raka tiba-tiba teringat gadis itu. Dimana dia sekarang? "Apa kau bermaksud memanggil gadis itu lagi?" tanya Raka sembari berbisik ke telinga Wisnu. "Bagaimana menurutmu?" Wisnu balik bertanya. Raka hanya mengedikkan bahunya. "Sudah ada tim audit kiriman Papa, mengapa harus membentuk yang baru," gumamnya pelan. "Mereka hanya datang kali ini saja, dan itu hanya sementara. Ke depannya, perusahaan kita perlu ada tim audit internal sendiri," terang Wisnu. Wakil direktur dan direktur justru berdiskusi sendiri, mengabaikan anak buahnya yang masih kasak-kusuk akibat pengumuman barusan. Telinga Rara mendadak memanjang ke atas. Ia berusaha mencuri denga
last updateLast Updated : 2023-09-07
Read more

75. Audit 1

"Bagaimana?" "Sudah siap semua." "Jangan sampai ada orang yang tahu. Kita awasi mereka dengan diam-diam." Doni mengangguk setuju. "Ehm, kalau saya boleh tahu, darimana Bapak mendapat ide ini?" Pria tampan itu menyengir kuda. "Seseorang mengajariku, tepatnya memberiku petunjuk tentang hal ini." Doni mulai menebak-nebak. Pria di depannya tertawa terbahak-bahak. "Tidak usah repot mencari tahu. Kita memang harus memiliki banyak ide jika menghadapi situasi seperti ini. Harus bisa cepat mengambil langkah-langkah konkret agar pekerjaan kita cepat selesai." Ketukan di pintu membuat keduanya menghentikan pembicaraan mereka. Seorang wanita menyembulkan wajahnya dari balik pintu. "Ada yang ingin bertemu dengan Bapak." "Siapa?" Pintu ruangan wakil direktur didorong ke depan, dan tampak beberapa pria muda melangkah masuk. Seakan mengerti jika dirinya tidak sepantasnya berada di ruangan ini, Doni mengundurkan diri, meninggalkan ruangan wakil direktur. "Ada siapa di dalam?" Tanpa disad
last updateLast Updated : 2023-09-10
Read more

76. Tamu Tak Diundang

Wajah Bowo seketika pucat pasi. Mimpi apa ia semalam, bertemu dengan salah satu momok yang ia takuti di perusahaan ini. Lebih lagi, dirinya sedang membicarakan sesuatu yang sangat rahasia. "Eh, Pak Doni..." Semua mata tertuju ke arah pintu, lalu saling melempar pandangan. Pertanda apa ini? "Aku bertanya pada kalian, apa yang sedang kalian lakukan di sini? Apakah ada rapat rahasia? Rapat rahasia di ..." Doni memundurkan badannya hingga dirinya kembali berada di luar ruangan itu. Kepalanya mendongak ke atas, menatap papan yang tertera tepat di atas pintu. "... di ruang divisi keuangan?" Doni kembali menatap ke arah Bowo dan yang lainnya. "B-Bukan apa-apa, Pak. Tidak ada hal penting yang kami bicarakan di sini." Bowo berusaha menutupi kegugupannya, tapi sayangnya Doni mengetahuinya. Rasa gemas menggelegak dalam diri Doni. Rara memang hebat. Tebakan gadis itu memang benar. Ada permainan di perusahaan ini, dan itu sudah berlangsung lama. Mengapa dirinya sama sekali tidak mencium bau
last updateLast Updated : 2023-09-11
Read more

77. Kepanikan Raka

"Maksudnya bagaimana?" Jujur Rara tidak paham dengan perkataan Raka barusan. "Oh. Maaf. Aku kira kau orang lain," ucap Raka tanpa merasa bersalah. Ia sengaja mengerjai mantan asisten pribadinya itu, dan ia suka sekali melihat ekspresi Rara yang seperti ini, dan ini mendatangkan kepuasan tersendiri dalam dirinya. 'Sialan!' Rara menggeram. Suara gemeletuk giginya yang saling beradu membuat Raka meliriknya sekilas. "Kalau begitu, saya pamit dulu. Saya akan menghubungi Pak Widjanarko segera." Rara melangkah lebar. Bukan main geramnya ia pada pria muda itu. Mantan atasannya. Ia harus menelan ludah berkali-kali, mengingat dirinya masih harus berhadapan dengan pria itu untuk beberapa minggu ke depan, karena masih harus menyelesaikan penyamarannya. "Dika. Kamu harus segera menyelesaikan pekerjaanmu minggu ini," gumam Rara mempercepat langkahnya. Ia menuju ruangan khusus tempat Dika dan timnya berada. Brakk! Rara mendorong pintu terlalu keras hingga daun pintu itu menabrak tembok di samp
last updateLast Updated : 2023-09-12
Read more

78. Nyaris Terbongkar

Di lain ruangan. Dika sedang berada di ruangan Wisnu. Ia merencanakan untuk melanjutkan inspeksinya di gudang. Ia meminta agar ia bisa membawa Mutiara Defa bersamanya. Wisnu merasa sedikit heran. "Mengapa harus Difa?" "Bukannya dia di sini tenaga pembantu? Maksud saya, dia yang paling bisa membantu pekerjaan kami karena staf yang lain sedang menjalani pemeriksaan." "Oke, tapi, sepertinya gadis itu sedang berada di kantor pimpinan." Dika belum memahami karakter Raka yang tidak bisa ditebak apa maunya. "Dan kelihatannya, kalian akan sedikit kesulitan untuk mengajak gadis itu ikut dengan kalian." Decakan sebal Dika hanya mampu ia suarakan dalam hati. Kapan lagi ia bisa berkonsultasi dengan seniornya itu? "Bukan begitu, Pak. Bapak tidak perlu khawatir berlebihan seperti itu. Mereka hanya datang untuk mencocokkan data yang diperoleh dari masing-masing divisi. Seperti kros dan cek begitulah." "Maksudmu berlebih bagaimana? Aku pikir wajar jika aku bersikap seperti itu." Rara me
last updateLast Updated : 2023-09-13
Read more

79.Tawaran Wisnu

"Siapa kamu sebenarnya? Mengapa dirimu sangat mirip dengan seseorang yang sangat aku benci?!" Rara menelan salivanya. Tatapan Raka penuh dengan kebencian. Ia baru percaya jika pria itu benar-benar membencinya, dan rasa benci itu sudah demikian besar padanya. Raka terus saja mengamati wajah Rara. Apa istimewanya gadis ini hingga ia harus merasa penasaran seperti ini? Raka lantas menghempaskan tubuh Rara. "Segera bawa kopi itu dan berikan kepada dua pria itu. Setelah itu, pergilah dari sini. Aku sudah tidak memerlukanmu lagi!" Rara terperangah. Tidak menyangka akan mendapat perlakuan kasar seperti ini, dengan cepat Rara mengundurkan diri, dan hanya langsung mengambil langkah tergesa, khawatir jika perintah itu berubah menjadi sesuatu yang lain. Napas Rara sedikit terengah ketika ia menghidangkan nampan berisi empat cangkir kopi panas di atas meja sudut. "Silakan diminum. Saya ijin keluar." Langkah Rara setengah berlari. Ia harus segera enyah dari sini. Amarah Raka masih terekam
last updateLast Updated : 2023-09-17
Read more

80. Galau

Rara masih terkesiap, mendengar ucapan Wisnu, sesaat sebelum pria itu pergi meninggalkan dirinya di taman samping pantri. Ketakutan menjalar ke seluruh tubuhnya. Bagaimana dia bisa mengenali dirinya? Apakah ia, secara tidak sengaja memberi petunjuk pada pria itu? Perasaan Rara campur aduk. Di saat ia didera rasa terkejut yang luar biasa, ponselnya bergetar. Dengan cepat, Rara menarik keluar ponsel dari saku jasnya. Sebuah pesan dari Dika yang mengharapkan kedatangannya di ruang khusus. Kata penting, membuat Rara bergegas. Mungkin ada beberapa masalah sehingga mereka perlu untuk berdiskusi sesegera mungkin. Rara melewati beberapa orang yang menyapanya dengan panggilan Difa, dan ia hanya mengangguk kecil. Rara mendorong pintu ruangan di depannya dengan kekuatan penuh. Ada rasa cemas yang tiba-tiba bersemayam dalam hatinya. Kedua netranya menyapu seluruh ruangan, dan mendapati wajah Dika yang terlihat begitu suntuk dan ragu. "Ada apa? Apakah ada masalah yang begitu sulit sehingga me
last updateLast Updated : 2023-09-18
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status