Home / Romansa / Asisten Kesayangan CEO Angkuh / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Asisten Kesayangan CEO Angkuh: Chapter 61 - Chapter 70

104 Chapters

61. Mari Kita Membuat Kesepakatan

Wisnu kembali menghadiahi Raka dengan bogem mentah, hingga hidung Raka mengeluarkan darah. Ia masih ingin menganiaya sepupunya itu, namun teriakan Rara mengganggunya. "Pak! Sudah. Sudah, Pak! Hentikan semuanya!" seru Rara sambil menarik-narik jas Wisnu. Gadis itu berusaha kuat untuk menjauhkan Wisnu dari Raka. Wisnu mundur. Ia membetulkan letak jasnya. "Jika bukan karena Rara, aku akan terus menghajarmu," ucap Wisnu sambil mengambil tisu di mejanya. Doni membantu Raka berdiri. Ia lantas membawa Raka keluar dari ruangan Wisnu. Reni, sekretaris Wisnu berdiri, diam membatu. Ia tidak tahu kegaduhan apa yang sedang terjadi di ruangan atasannya. Saat ia mendengar teriakan Rara, ia langsung mencari Doni yang masih berada di ruangan Raka. Begitu melihat wajah Reni yang begitu pucat dan panik, Doni segera berlari menuju ruangan Wisnu. Benar saja. Yang ia takutkan selama ini, akhirnya terjadi. "Apakah perlu saya panggilkan Dokter Riswan, Bos?" Doni membantu Raka berbaring di atas sofa.
last updateLast Updated : 2023-07-24
Read more

62. Pengajuan Terakhir Rara

Di ruangan Wisnu, pria itu duduk bergeming di kursinya. Ia masih memikirkan ucapan Rara. Apa yang membuat gadis itu masih bersedia menemui Raka, yang jelas-jelas sudah merendahkannya? "Apa yang sedang mereka lakukan?" gumam Wisnu. Ia ingin mendatangi ruangan Raka sekarang juga, tapi pengakuan Rara hari ini terus terngiang di telinganya. Dan itu masih menyisakan amarah yang kunjung padam. "Bagaimana jika Raka kembali melecehkan anak itu?" Wisnu bermonolog sendiri. "Apakah anak itu bisa kembali menyelamatkan dirinya sendiri? Bagaimana jika tidak?" Wisnu terus saja memikirkan Rara dan Raka. Tenggelam dalam drama yang ia buat sendiri. Ruangan Raka Ruangan itu menjadi senyap. Doni deg-degan sendiri. Apakah atasannya akan menerima ajakan Rara? Ia menatap Rara penuh dengan rasa kagum. Baru kali ada yang berani berbicara begitu terus terang kepada Raka. "Mari kita membuat kesepakatan." Rara mengulangi ajakannya. Ia terus menatap pria di depannya, dengan tatapan yang begitu tajam. Raka
last updateLast Updated : 2023-07-24
Read more

63. Resign

Dengan setengah berlari, Wisnu menuju lift. Ia yakin Rara masih berada di gedung ini. Mungkin ia harus mendatangi divisi personalia lebih dulu. Tangannya sudah bergerak mencari nama Rara di layar ponselnya, namun sayangnya panggilannya tidak tersambung. Dicobanya berkal-kali, tapi tetap gagal. 'Kemana anak ini?' Wisnu berdiri dengan tidak tenang. Lajunya lift begitu lambat menurutnya. Ia sangat berharap Rara masih berada di gedung ini. "Mungkin pesan singkat saja," gumamnya sendiri, lalu mengetik beberapa kalimat dan mengirimkannya. Sayangnya, pesan itu hanya tercentang satu, lalu mengetik lagi dan dikirimnya lagi tapi tanda centangnya masih satu. Lift akhirnya berhenti di lantai lima. Wisnu melangkah tergesa menuju ruangan personalia. Surat pengunduran diri Rara berada dalam saku depan jasnya. "Ada dimana dia?" tanya Wisnu begitu dirinya selesai mendorong pintu ruangan personalia. Rudy berdiri dari duduknya. Ia tidak menyangka jika wakil direktur akan mampir ke ruangannya. Ia se
last updateLast Updated : 2023-07-25
Read more

64. Sia-Sia

"Putar haluan bisa, Pak?" pinta Rara saat mobil itu hampir mendekati tikungan. "Tidak apa-apa. Nanti saya gandakan ongkosnya," ujar Rara ketika ia melihat keraguan pak sopir. Mobil itu akhirnya terus berjalan lurus, tanpa berbelok ke jalur yang semestinya. Rara menarik napas lega. Ia kembali menatap layar ponselnya. Sedangkan dari arah berlawanan muncul sedan berwarna putih berjalan pelan. Pengemudi mobil itu tanpa sengaja menatap ke arah mobil merah di seberangnya, yang juga melintas pelan. Kedua netra sang pengemudi sedikit membola ketika ia melihat sosok yang duduk di kursi penumpang. Tanpa pikir panjang, pengemudi mobil putih itu segera memutar mobilnya, berusaha mengejar mobil merah itu. Sayangnya, ia harus sedikit bersabar, karena laju kendaraan yang cukup ramai. "Shit!! Kenapa jalanan tiba-tiba ramai begini." Wisnu mengumpat karena tak kunjung berhasil mengejar mobil yang ditumpangi Rara. Ia mencoba mendahului tiga mobil di depannya, sayangnya, usahanya gagal karena tiba-t
last updateLast Updated : 2023-07-26
Read more

65. Melamarmu

Cukup lama Rara menerima panggilan yang Wisnu tidak tahu dari siapa. Rara bergerak menjauh dari Wisnu. Pembicaraan itu cukup serius, dilihat dari gaya Rara dan mimik wajahnya yang berubah-ubah. Wisnu tidak melepaskan tatapannya dari Rara. Gadis itu sudah menarik perhatiannya, dan hingga kini kekaguman Wisnu terus bertambah terhadap sosok Rara. Apakah ia harus menerima keputusan Rara? Lalu, bagaimana dengan investigasi yang baru saja dimulainya? Dilanjutkan atau berhenti di tengah jalan, karena sudah tidak ada lagi kawan yang memiliki pemikiran yang sama dengan dirinya? Makanan di atas meja itu sudah berkurang separuh. Minuman Rara berangsur dingin. Steak ayam yang ia pesan pun bernasib sama. Saat Wisnu hendak memanggil pramusaji yang berdiri tidak jauh dari mejanya, saat itu pula Rara berjalan ke arahnya tanpa memegang ponselnya. 'Sudah selesai?' tanya Wisnu yang hanya berani ia lontarkan dalam hati. Wajah Rara yang sedikit tegang membuat pria itu lebih memilih untuk diam. "Apa
last updateLast Updated : 2023-07-28
Read more

66. Pengunduran Diri Diterima

"Maaf, Pak. Sepertinya ada salah paham di sini." Rara buru-buru meralat usulan Widjanarko. Jangan sampai ini menjadi masalah baru untuknya. "Tidak. Tidak ada salah paham di sini. Yang ada ya bocah tak becus itu sudah melakukan kesalahan besar, dan itu artinya, dia harus berani mempertanggung-jawabkan perbuatannya." Rara memutar otaknya. Ini bukan yang ia maksud. Ada yang harus diluruskan di sini. "Pak. Saya mengundurkan diri sebagai asisten pribadi Pak Raka, tapi jika Bapak ijinkan, saya akan kembali lagi ke perusahaan Pak Raka sebagai utusan dari pusat untuk mengaudit perusahaan tersebut. Tentunya, saya mengirim beberapa auditor di sini sebagai perwakilan saya." Widjanarko tertegun. "Jelaskan padaku!" "Pak Raka terus menolak keberadaan saya, dan hampir di setiap kesempatan, beliau secara terang-terangan, menunjukkan sikap yang tidak ko-operatif sama sekali. Karena itulah, saya memutuskan untuk mengajukan pengunduran ini. Mungkin, dengan tidak adanya saya di sana, Pak Raka akan
last updateLast Updated : 2023-07-30
Read more

67. Kekecewaan Wisnu

"Sejak tadi saya masih di sini. Menunggu perintah dari Bapak." "Benarkah?" "Jika tidak ada, ijinkan saya kembali ke ruangan Pak Dewa. Beliau sedang membutuhkan tenaga saya." "Ya sudah. Pergilah. Aku tidak mungkin memberi pekerjaan pada anak kecil sepertimu," ujar Raka kembali membaca lembaran di depannya. Rara dengan cepat memutar tubuhnya, dan berjalan keluar dari ruangan itu, sebelum ia mengomel panjang, meluapkan kekesalannya. Satu jam waktunya terbuang percuma hanya untuk berdiri kaku di ruangan menyebalkan itu. "Kamu...." Lagi, sebuah panggilan membuat Rara terpaksa menghentikan langkahnya. Sekarang siapa lagi yang akan membuang waktunya dengan sesuatu yang tidak berguna. Wajah Rara langsung berubah malas. "Dari tadi aku cari, kemana saja?" Ternyata yang memanggil dirinya adalah Dewa, sosok yang akan ia temui. "Bapak sudah ada di sini?" Dewa mengangguk cepat. " Ayo, bantu aku. Bawakan gulungan-gulungan ini. Aku harus memberitahu Pak Wisnu dulu soal gambar-gambar ini."
last updateLast Updated : 2023-07-31
Read more

68. Tidak Ada Pilihan Lain

Rara begitu sibuk hari ini, hingga ia tidak menyadari jika Widjanarko bersama Nadhira tengah memasuki lobi perusahaan. Ia sedang sibuk membantu Dewa memilah-milah gambar desain yang akan dibawa besok ke ruang rapat. Ia tidak yakin jika gambar-gambar itu akan lolos dari seleksi perusahaan. Mengingat direkturnya begitu rewel dan wakil direkturnya memiliki standar tinggi untuk sebuah desain. Komposisi warna sangat diperhatikan. Berulang kali pria itu menjatuhkan beberapa gulungan desain, membuat Rara bolak-balik menundukkan badannya, mengambil kembali desain yang jatuh. Ketukan tiga kali di pintu ruangan Dewa, membuat pria itu berjingkat, dan secara spontan melempar sebuah lakban ke arah pintu. "Aduuuh! Apa-apaan ini!" Rudy melotot, sambil mengusap keningnya. "Kau mengagetkanku!!" sergah Dewa membela diri. "Ada apa?" tanyanya ketus. "Ada rapat dadakan. Tiga puluh menit lagi." Pintu kembali tertutup. "Waduh! Ini belum selesai, mengapa ada rapat dadakan hari ini?" Dewa menjadi semak
last updateLast Updated : 2023-08-02
Read more

69. Tim Audit

"Pa! Papa tidak bisa begitu!"seru Raka tertahan. "Mengapa tidak bisa?" Widjanarko memutar tubuhnya. Ia yang semula berhasil mengolah perasaannya, kini mulai merasa jengah. "Tidak bisa ya tidak bisa. Yang akan menikah itu Raka, bukan Papa!" Untuk kesekian kalinya, Raka mencoba membela diri. Ia tetap pada pendiriannya, menolak perjodohan dengan siapa pun. "Papa bisa melakukan apa pun yang Papa mau, jika kamu tetap tidak bersedia untuk mengurus perusahaan ini dengan becus!!" Wajah Widjanarko begitu dingin, membuat Raka merasakan terintimidasi. "Papa sudah mengirimkan Rara untuk membantumu, tapi masih kamu tolak juga. Papa sudah mengatakan kepadamu, Rara bukanlah gadis sembarangan. Semua karyawanmu di sini, jika dibandingkan dengan Rara, tidak ada apa-apanya." Nadhira menganggukkan kepalanya. Setuju dengan perkataan Widjanarko. "Kakakmu bahkan mengakui kepandaiannya." Widjanarko meregangkan sedikit ikatan dasinya. "Apakah kamu sudah lupa dengan persyaratan yang dulu pernah kakak t
last updateLast Updated : 2023-08-03
Read more

70. Saya, Mutiara Defa

Ponsel Widjanarko berdering sesaat setelah ia kembali menduduki kursi kerjanya. Pagi ini, ia berencana menyusun nama-nama yang akan dikirim untuk mengaudit perusahaan Raka. "Ada apa?" jawabnya sambil terus menulis beberapa nama. *Apa Papa benar-benar ingin mengirim tim audit kemari? "Apakah menurutmu Papa tadi sedang bermain-main?" Raka diam, tidak menjawab. "Kapan mereka datang?" "Papa tidak tahu kapan mereka akan datang, tapi yang jelas hari ini juga mereka akan langsung menuju ke perusahaanmu. Suruh semua kepala divisimu untuk bekerja sama dengan mereka. Jangan ada yang berbuat curang!" Widjanarko memutus sambungan telpon. "Kamu sudah berani menolak Rara, maka rasakan sendiri akibatnya," gumam pria itu dalam hati. "Panggilkan Dika. Suruh dia datang ke ruanganku!" perintah Widjanarko. Pria itu segera merealisasi rencananya. Hari ini juga, ia akan mengirim tim audit ke perusahaan Raka. Widjanarko memberi arahan kepada Dika, kepala bagian audit perusahaannya. Ia mengirim lima
last updateLast Updated : 2023-08-04
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status