Главная / Romansa / Asisten Kesayangan CEO Angkuh / Глава 11 - Глава 20

Все главы Asisten Kesayangan CEO Angkuh: Глава 11 - Глава 20

104

11. Raungan Amarah Widjanarko

Rara menatap Doni. Ia tidak paham dengan apa yang didengarnya barusan. Sebenarnya apa yang sudah terjadi selama ia keluar mencari apa yang diperintahkan padanya? "Aku tidak bisa menceritakan padamu sekarang. Nanti malam aku akan mampir ke rumahmu." Hanya itu yang bisa disampaikan oleh Doni. Ia tidak bisa berlama-lama berbincang dengan Rara. Yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah bersikap baik dan mematuhi semua perintah Raka. Rara menyatukan ujung jempol dan telunjuknya, mengangkat tiga jari kanan yang tersisa, memaklumi keadaan Doni. Untuk saat ini, asisten yang diakui oleh Raka adalah Doni, sedangkan dirinya hanyalah asisten bayangan yang diutus Widjanarko, dan keberadaannya jelas diterima Raka dengan terpaksa.Rara melanjutkan langkahnya, masuk ke dalam lift, mengabaikan Dewa yang masih belum bisa memahami situasi yang sedang terjadi di sekitarnya, dan pria itu menjadi panik ketika pintu lift tertutup rapat dan tidak ada lagi orang di sekitarnya.-0-"Aku tidak pernah menerimanya
last updateПоследнее обновление : 2024-10-29
Читайте больше

12. Keterangan Palsu

Lama tidak mendapatkan jawaban dari Raka, Widjanarko menghela napas. Ia menggelengkan kepala, salah satu cara mencegah tekanan emosinya agar tidak semakin meninggi. Rasa penyesalan mulai menggelayuti dirinya. Andai saja dulu ia tidak mengikuti permintaan Ratih, perusahaan fashionnya sekarang pasti sudah berkembang pesat. "Apa yang sebenarnya kamu inginkan? Papa berikan perusahaan sesuai dengan keinginanmu termasuk semua orang-orang dan dana serta semua asetnya. Tapi, apa yang kamu berikan sebagai bukti keberhasilanmu?" Raka lagi-lagi terdiam. Kenangannya kembali saat ia merongrong Widjanarko di suatu siang, agar dirinya diberi kedudukan penting di salah satu unit bisnis yang dimiliki Widjanarko. Semula Widjanarko ragu, tapi karena desakan Ratih akhirnya pria itu memberikan perusahaan fashionnya untuk dikelola oleh putra semata wayangnya. Namun sayang, apa yang diharapkan tidak kunjung tercapai. "Sekarang, datang ke kantor Papa. Bawa Rara bersamamu. Papa tunggu lima belas menit dari
last updateПоследнее обновление : 2024-10-29
Читайте больше

13. Kenyataan Yang Sebenarnya

Rara tidak segera melanjutkan kalimatnya, membuat suasana ruangan berukuran dua belas kali sepuluh meter persegi itu berubah menjadi sangat mencekam. Detak jam dinding berdesain kuno klasik adalah satu-satunya suara yang terdengar. Semua diam membatu, menanti kelanjutan kalimat yang entah, disengaja Rara atau tidak, terputus. "Kamu sengaja melakukan ini? Membuat kami semua menunggu kelanjutan cerita karanganmu?" tegur Raka begitu sinis, membuat Widjanarko melebarkan pupil matanya. "Raka! Bicaralah yang sopan. Jangan permalukan Papa!" hardik Widjanarko begitu keras, membuat suasana menjadi semakin mencekam. Widjanarko kembali menatap Rara. "Katakan apa yang sebenarnya sudah terjadi di sana? Apakah semua berjalan baik-baik saja atau ada kejadian yang tidak seharusnya terjadi di sana, diluar perhitunganmu?" Rara kali ini memberanikan diri untuk menatap Raka sebelum menjawab pertanyaan bos besarnya. Rasa bimbang yang sebelumnya menggelayuti hatinya, kini berubah menjadi keberanian. Ia
last updateПоследнее обновление : 2024-10-29
Читайте больше

14. Menjadikan Pria Seutuhnya

Rara memilih untuk diam, tidak mengemukakan pendapatnya. Semua hal yang menjadi pembicaraan anak-bapak ini diluar kendalinya, dan ia tidak punya hak untuk urun rembug. Sama halnya dengan Doni. Pria itu juga mengambil langkah yang sama dengan Rara, menjadi pendengar yang baik. "Kesepakatan apa yang bisa kita buat sore ini?" Suara Widjanarko memecah kesunyian. Raka diam menyimak. "Tidak ingin mengatakan keberatan?" tandas Widjanarko, mengarahkan tatapannya ke arah Raka. Menggeleng lemah, hanya itu yang dilakukan oleh Raka. Ia tidak punya perbendaharaan kata jika sudah berhadapan dengan Widjanarko, dan ia tidak akan pernah menang, jika berdebat dengan pria berusia hampir setengah abad itu, kecuali ada Ratih yang menjadi penyokongnya. "Baiklah. Mungkin hanya Rara yang bisa menjawab, langkah apa yang sebaiknya kita ambil untuk sekarang ini?" Deg. Rara tidak menduga jika Widjanarko akan meminta pendapatnya. Ia tidak ingin lagi bos kecilnya salah paham, yang berujung pada kecemburuan
last updateПоследнее обновление : 2024-10-29
Читайте больше

15. Apakah Kamu Senang?

Widjanarko sangat terkejut. "Kamu serius dengan perkataanmu, Rara? Kamu tidak takut akan akibatnya?" Rara tersenyum simpul. "Bapak sudah mengenal saya begitu lama. Saya akan melakukan pekerjaan saya dengan serius dan secara total. Setiap pekerjaan akan selalu ada resiko yang harus dihadapi, dan saya sudah siap dengan semua resiko yang akan saya hadapi ketika saya menerima tugas ini." Widjanarko menggelengkan kepalanya. Ia masih ragu untuk menyetujui usulan Rara. Lama ia menimbang, hingga akhirnya anggukan kepalanya menjadi awal terbitnya senyum di kedua sudut Rara. "Terima kasih atas kepercayaannya, Pak," ucap Rara dengan binar mata penuh semangat. Ketakutannya hilang sudah, seiring dengan anggukan setuju Widjanarko. Sambil menghela napas berat, Widjanarko kembali menganggukkan kepalanya. "Berhati-hatilah! Raka bukan orang yang mudah menyerah, kamu harus punya kesabaran ekstra untuk menundukkannya. Aku tidak pernah mengkhawatirkanmu di luar sana, tapi tidak dengan putraku sendiri.
last updateПоследнее обновление : 2024-10-29
Читайте больше

16. Dukungan Penuh

Rara tersenyum, dan sekali lagi, senyumnya berhasil membuat Raka salah tingkah. Rara tidak menjawab namun tetap mengulas senyum di wajahnya. Jika atasannya paham, pasti tahu arti senyum yang tersungging di wajahnya. "Kenapa malah senyum? Aku tidak butuh senyumanmu. Apa kamu sedang sariawan?" Raka berusaha mengurai rasa canggung yang menyelimuti dirinya. Sungguh, senyum Rara mengandung racun baginya, dan ia berusaha mati-matian agar tidak terbuai. "Nggak, Pak. Gigi dan gusi saya, sehat semua, termasuk semua bagian dalam rongga mulut saya." "Iissh. Sudah. Hilangkan senyum itu dari wajahmu. Mengganggu saja," rutuk Raka. Ia menyerah, tidak sanggup melihat senyum Rara. "Baik, Pak." Namun, wajah Rara tetap tidak berubah, terlihat cerah dan bersemangat. Dan Raka harus rela tersiksa karena terus saja mencuri-curi pandang gadis di sebelahnya, hingga lehernya terasa pegal. "Don! Mampir ke apotik. Aku butuh obat. Leherku sakit." "Baik, Pak." Apakah ini salah satu strategi Rara? -0- Widj
last updateПоследнее обновление : 2024-10-29
Читайте больше

17. Rapat

Widjanarko mengusap wajahnya. Inilah yang ia takutkan sejak dulu. Oknum yang memanfaatkan ketidakpedulian Raka-lah yang akhirnya memanfaatkan peluang yang ada. Ia berhasil mengeruk keuntungan hingga menyebabkan perusahaan fashionnya nyaris kolaps seperti sekarang ini. "Kamu mencurigai seseorang?" tanya Widjanarko pada Rara. "Mungkin tidak hanya satu orang, Pak. Ada beberapa tapi saya harus mengumpulkan bukti dulu. Ini baru dugaan saya saja. Semoga itu salah." "Ya kalau tidak yakin ya jangan diomongin. Selidiki dulu baru bicara,"sungut Raka. Ia tidak mempercayai ucapan Rara. Tidak ada penyelewengan di perusahaannya, dan ia sangat yakin hal itu. Semua orang yang berada di perusahaaannya bukan orang baru. Mereka sudah bekerja lama dengan Widjanarko, jadi mustahil mereka melakukan kecurangan di belakangnya. Widjanarko hanya menatap putranya itu sekilas. Ia lebih mempercayai Rara ketimbang orang-orang itu. Mungkin Rara ada benarnya tapi jika keberadaan Rara tidak didukung sepenuhnya ol
last updateПоследнее обновление : 2024-10-29
Читайте больше

18. Jebakan Raka

"Namanya Rara. Dia adalah orang kepercayaan Pak Widjanarko. Asisten kesayangan beliau. Selama ini ditugaskan untuk menangani perusahaan di luar negeri." Penjelasan singkat dari Doni terekam kuat dalam memori Wisnu. Pria itu terus saja mengingat informasi singkat mengenai gadis yang berdiri di belakang Widjanarko. Pantas saja dirinya tidak pernah melihat gadis itu. Tapi, mengapa sekarang ada di sini? Apakah kondisi perusahaan yang membuat Widjanarko menarik pulang gadis itu? Untuk membantu menyelesaikan masalah di sini? Jika memang demikian, maka ia akan sangat terbantu. Setidaknya, ia punya kawan untuk 'menjitak' kebebalan Raka yang selama ini sangat sulit dikendalikan. Senyum Wisnu seketika terbit. Mengingat penampilan Rara yang tampil biasa namun memiliki magnet yang kuat, membuatnya kembali bersemangat untuk kembali aktif di ruangannya. Selama ini, ia memilih untuk datang dua minggu sekali, tapi kehadiran Rara akan merubah semuanya. "Om pergi dulu. Kamu harus membantu Rara di s
last updateПоследнее обновление : 2024-10-29
Читайте больше

19. Penolakan Rara

Rara diam terpengkur di tempatnya berdiri. Ia measa ada yang terlewatkan olehnya. Ada kalimat yang sangat menganggu, yang diucapkan atasannya tapi ia lupa tepatnya kalimat yang mana. Ia terus berusaha untuk mengingat. Dirunutnya satu persatu percakapan yang terjadi diantara mereka, mulai kalimat terakhir hingga dirinya tiba di ruangan ini. Kedua netra Rara terbuka. Ia berhasil mengingat kalimat pengganggu itu, dan memang benar, kalimat ini sangat aneh dan jika dipikir dengan hati-hati, akan menyiksa dirinya di kemudian hari. Bahwa dirinya harus selalu siap dua puluh empat jam sehari, untuk Raka. Jika ia menyetujuinya, maka, hidupnya, mulai hari ini adalah milik Raka. Ia harus bersedia melakukan apa pun permintaan Raka. Bukankah itu pemaksaan? "Maaf, Pak. Tampaknya ada kesalah-pahaman di sini," jelas Rara akhirnya. Ia harus membuat terang semuanya. Jangan sampai ia jatuh dalam jebakan atasannya itu. "Kesalahpahaman dimana? Aku tidak melihat ada kesalahpahaman di sini." "Bahwa ham
last updateПоследнее обновление : 2024-10-29
Читайте больше

20. Biarkan Dia Untukku

Sepanjang perjalanan ke kantin, tidak ada seorang karyawan yang tidak menoleh ke arah mereka. Bukan kehadiran Raka dan Wisnu yang menarik perhatian para karyawan, namun sosok Rara yang berada diantara keduanya. Siapa gadis yang dapat berjalan bersisian dengan petinggi perusahaan? "Magnetmu memang besar, Ra. Kehadiranmu berhasil menarik perhatian mereka," bisik Wisnu tepat di telinga sebelah kanan Rara. "Bukan saya, Pak tapi Bapak berdua yang menarik perhatian mereka. Pemimpin mereka akhirnya keluar kandang juga," seloroh Rara, mengundang decihan Raka, dan kekehan Wisnu di sisi yang lain. "Kamu benar. Mungkin mereka kangen." Wisnu menarik keluar kursi untuk Rara, lalu menarik satu untuk dirinya sendiri. Sedangkan Raka, ia biarkan memilih kursinya sendiri. Rara menikmati kopi pahit yang baru saja disajikan di depannya. Wisnu asyik mengunyah soto ayam sedangkan Raka memilih satu pisang untuk sarapannya. Menu kantin yang sangat sederhana. Ia mulai mengamati ruang berukuran dua puluh ka
last updateПоследнее обновление : 2024-10-29
Читайте больше
Предыдущий
123456
...
11
DMCA.com Protection Status