Home / Romansa / Dendam Anak Tiri / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Dendam Anak Tiri: Chapter 101 - Chapter 110

325 Chapters

100. Tekad

Pandangan Alena beralih menatap foto Rista. Foto yang dulu pernah dia ambil dari akun sosial media f******k Alyssa. Wanita itu terlihat duduk di meja makan sambil tersenyum. Wajahnya sudah tak terlihat jelas karena terhalang coretan spidol merah. Seketika dia teringat perlakuan Rista terakhir kali terhadapnya. "Alena, kamu dengar saya baik-baik. Mulai sekarang jangan pernah datang ke sini lagi. Jangan temui Alyssa lagi. Saya nggak main-main, ya. Saya serius kali ini. Kalau kamu masih ngeyel juga, saya usir kamu secara paksa, ngerti kamu?!" "Tapi, Nek, aku masih pengin main ke sini, aku pengin ketemu Alyssa dan Kakek Bagas. Dan aku juga ingin menjelaskan semuanya ke Alyssa supaya Alyssa nggak salah paham." Rista menggeleng. "Saya nggak izinkan. Alyssa juga sudah benci sama kamu dan dia nggak mau ketemu kamu lagi. Kamu harus dengerin saya, Alena. Jangan ngebantah." "Tapi, Nek--" "Asal kamu tahu, ya, dari awal kamu datang ke sini saya udah nggak suka. Karena saya udah tahu akal li
last updateLast Updated : 2023-01-23
Read more

101. Koas

Setelah lima tahun berlalu, ada banyak perubahan yang terjadi, tak hanya kehidupan Alena yang berubah drastis. Kehidupan Andrio dan Alyssa pun demikian. Setelah lima tahun berlalu, Andrio dan Alyssa kini sedang menjalani koas di rumah sakit yang berbeda, tentunya. Andrio seharusnya sudah menjalani koas sejak lama dan saat ini harusnya dia memasuki tahun kedua koas. Namun, karena dia banyak ketinggalan blok saat menjadi mahasiswa dan harus mengulang lagi selama satu setengah tahun, masa lulus strata kedokterannya dan masa koasnya sama dengan Alyssa, adik kelasnya. Waktu itu masih subuh, baru pukul lima pas, tapi Alyssa dan teman-teman koasnya sudah berada di rumah sakit. Hari ini mereka kedapatan menjaga ruangan rawat inap kandungan shift pagi. Sebelum dokter pembimbingnya, dr. Yuni Farisa, Sp.OG, datang, Alyssa dan seorang teman koasnya bernama Rara mengecek pasien rawat inap di ruang Mawar. Rara membawa alat tensi dan beberapa suntikan dalam kereta dorong khusus menyimpan perala
last updateLast Updated : 2023-01-24
Read more

102. Anak Jalanan

Sore ini Alena berencana mengunjungi Mbah Nani setelah cukup lama dia tak mengunjungi orang tua itu. Terakhir kali dia ke sana sebulan yang lalu. Urusan pekerjaannya dia serahkan pada sekretaris pribadinya. Namun, sebelum ke rumah Mbah Nani, Alena membawa mobilnya ke jalanan sempit beraspal. Daerah itu cukup sepi, tak tampak mobil atau kendaraan-kendaraan besar yang lewat. Kiri-kanannya di penuhi pepohonan dan hutan-hutan. Di balik hutan itu ada jalanan lebar tanah kuning mengarah ke kanan. Dan Alena membelokkan mobilnya ke sana. Beberapa meter dari jalanan tanah kuning ini terdapat rumah kardus yang dihuni anak jalanan. Ya, rutinitas Alena sekarang salah satunya adalah mengunjungi tempat tinggal anak jalanan. Gadis berambut panjang itu turun dari mobilnya. Seolah tahu kedatangannya, para anak jalanan itu berkeluaran menghampirinya. Anak-anak itu berjumlah lima belas orang. Enam orang anak perempuan dan sembilan orang laki-laki, usianya berkisar delapan sampai dan belas tahun. "Ka
last updateLast Updated : 2023-01-24
Read more

103. Awal Bertemu Anak Jalanan

Siang itu Alena terkena macet di lampu merah. Macet itu terjadi cukup lama sekitar satu jam. Saat sedang menunggu lampu merah kembali hijau, tiba-tiba seorang anak pedagang asongan mengintip di jendela mobil Alena yang tertutup. Mereka tampak menawarkan minuman. Melihat itu Alena membuka kaca jendela mobilnya. "Kak minumannya, Kak. Lima ribu aja." Anak laki-laki itu menyodorkan botol minuman ke jendela. Alena sebenarnya sudah bekal minum dan dia sedang tidak ingin minum minuman berbotol seperti itu, tapi dia beli juga minuman itu. Alena menerima botol minuman itu, lalu mengambil uang lima ribuan pas--sisa uang parkirnya--dan memberikannya pada anak itu. "Nih, Dek. Makasih, ya." "Makasih, Kak," jawab anak itu terlihat senang. Lalu mereka kembali menghampiri mobil-mobil lain, menjajakan dagangannya. Alena kembali menutup kaca jendela. Pandangannya menatap ke depan, melihat kendaraan-kendaraan di depannya. Kadang kita membeli bukan karena kita membutuhkan, tapi untuk menolong melar
last updateLast Updated : 2023-01-24
Read more

104. Tersentuh

Rupanya nama anak pedagang asongan itu Boby. Mereka duduk-duduk di kursi halte itu, begitu pun Alena. Dia bercerita panjang lebar ke Alena bagaimana dia dan teman-temannya menaklukan copet itu. Katanya mereka kompak menggelitiki copet itu sampai copet itu tidak bisa melawan dan kegelian. Dan pada saat itu, Boby merampas  dompet Alena dari tangannya."Jadinya gitu ceritanya, Kak," ucap Boby menyudahi ceritanya."Iya, Kak," sahut teman-teman pedagang asongannya yang lain.Alena tertawa sambil geleng-geleng. "Untung kalian nggak diapa-apain sama copet itu. Bisa aja 'kan kalau dia nekat nusuk kalian pakai pisau kayak di film-film itu. Serem banget.""Iya, Kak. Alhamdulillah, nggak.""Sekali lagi terima kasih, ya.""Sama-sama, Kak."Alena memperhatikan anak-anak itu yang berdudukan di kursi halte. Rasanya ucapan terima kasih saja tidak cukup membalas kebaikan mereka. M
last updateLast Updated : 2023-01-24
Read more

105. Menjenguk Mbah Nani

Mobil yang Alena kendarai berhenti di depan rumah Mbah Nani. Alena menoleh, memandangi warteg yang terlihat ramai dari kaca jendela mobil. Halamannya yang tak begitu luas dipenuhi beberapa motor dan satu mobil. Sebelum akhirnya dia turun dari mobil dan mendatangi rumah itu. "Assalamu'alaikum, Mbah," panggil Alena yang melihat orang tua itu duduk di kursi kasirnya seperti biasa. Mbah Nani langsung memandang ke arahnya. Wajah orang tua itu seketika terlihat semringah. "Alena, akhirnya kamu datang juga, Nduk," sambutnya penuh gembira. Orang tua itu berdiri dari duduknya dan menghampirinya di depan pintu warteg. Alena tersenyum lalu memeluk Mbah Nani sebentar sebelum akhirnya melepas pelukannya. "Maaf, Mbah tadi aku mampir ke rumah anak jalanan dulu jadinya telat ke sini." Alena berjalan masuk dan mencari meja yang kosong. "Anak jalanan yang kamu ceritakan waktu itu?" "Iya, Mbah. Oh iya, Mbah, aku mau pesan makanan, dong. Kebetulan belum makan." Alena meringis sambil memegangi perutny
last updateLast Updated : 2023-01-25
Read more

106. Bertemu Nenek

"Nenek?" Alena menatap Mbah Nani sekilas, lalu menatap neneknya lagi. Dia bingung kenapa neneknya bisa tiba-tiba ada di sini? Rina masuk dan mendekat ke Alena. "Alena selama ini Nenek cari-cari kamu, akhirnya Nenek ketemu juga sama kamu." Rina tersenyum, duduk di kursi dekat Alena. "Kamu sudah dewasa sekarang, Alena." Rina tersenyum memperhatikan wajah dan penampilan cucunya yang sudah berbeda. "Kenapa, Alena?" tanya Rina ketika dilihatnya Alena tak menjawab pertanyaannya dan malah memandangnya heran. "Apa kabar kamu? Kamu nggak kangen Nenek?" Rina terus bertanya. "Kabarku baik, Nek," jawab Alena akhirnya. "Nenek tahu dari mana sekarang aku ada di sini?" Raut wajah Rina berubah mendengar pertanyaan itu. Beliau tahu cucunya tidak suka berjumpa dengan dirinya. Tapi wanita paruh baya itu tetap tersenyum tenang. "Nenek sejak kemarin bolak-balik ke sini, nanyain kamu ke Mbah Nani. Kata Mbah Nani kamu kadang main ke sini. Mbah Nani juga udah cerita semuanya tentang kamu ke Nenek. Kamu u
last updateLast Updated : 2023-01-25
Read more

107. Membahagiakan Orang Tua

Alyssa menghembuskan napas kuat-kuat seiring dengan langkahnya menapaki lorong rumah sakit menuju parkiran, bersama dua teman koasnya yang berjalan di belakangnya, Rara dan Santi. "Akhirnya, ya, selesai juga, capek," keluh Alyssa sambil mengangkat pergelangan tangannya, melirik jarum jam di tangannya. "Udah jam tujuh." "Pulang-pulang istirahat, besok beraktivitas lagi," sahut Rara. "Semangat terus jangan mengeluh," tambah Santi. "Kalian mah enak, bisa santai, tidur di rumah. Gue?" Alyssa kembali berujar sambil memandangi kedua temannya itu. "Lho, emangnya lo mau ngapain lagi kalau bukan tidur, Sa?" heran Santi yang kini berjalan mengsejajarinya. "Gue mau kencanlah sama pacar gue." "Ya ampun, Sa. Sempat-sempatnya. Emangnya badan lo nggak capek apa. Baru pulang udah pergi lagi," tanya Rara. "Justru itu!" Alyssa berseru. "Kalau gue ketemu do'i capek gue berasa hilang nggak tahu ke mana. Gue juga udah janjian sama pacar gue mau nonton pameran lukisan. Asal lo tahu ya gue udah lama
last updateLast Updated : 2023-01-25
Read more

108. Bertemu di Pameran Lukisan

Andrio sudah selesai mandi. Dia juga sudah makan. Sebelum tidur Andrio menyelesaikan satu tugas lagi, yaitu mengisi lembar follow up pasien hari ini sebelum akhirnya diserahkan ke dokter pembimbingnya nanti. Lelaki itu sedang duduk di meja belajarnya. Dan menatap lembar follow up itu. Namun, tiba-tiba ponselnya yang terletak di atas meja dekat lembar kerjanya, berbunyi seiring dengan cahaya layar ponsel yang menyala. Perhatian Andrio dari kertas follow up pun teralihkan pada benda tersebut. Dia membaca notifikasi yang masuk pada ponselnya. Ada pesan dari Alyssa. Detik itu juga dia teringat sesuatu. "Astaga, gue lupa, hari ini 'kan ada janji mau jalan sama Alyssa." Andrio menepuk jidatnya. Dia pun mengetuk layar ponselnya, membaca pesan Alyssa. From Alyssa: Kak malam ini jadi 'kan? Aku udah nungguin nih. "Tuh 'kan. Kalau gue batalin yang ada dia ngambek lagi. Apalagi dia udah nungguin dari tadi." Andrio terdiam tampak berpikir. Sejenak kemudian dia berdecak. "Kalau gue jalan sam
last updateLast Updated : 2023-01-26
Read more

109. Bertemu di Pameran Lukisan (2)

Perempuan yang dipanggil Alena itu langsung berbalik badan dan berlari. "Alena!" Andrio pun mengejar perempuan itu. Setelah sekian lama dia tidak bertemu Alena dan Alena menghilang bagai ditelan bumi. Kali ini tentu dia tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengejar gadis itu. "Alena!" Andrio terus mengejar Alena diantara lalu-lalang pengunjung sambil memanggil gadis itu. Hingga akhirnya dia berhasil mensejajarkan langkahnya dengan Alena dan menahan pergelangan tangan gadis itu. "Alena." Langkah Alena berhenti. Gadis itu berbalik menatapnya. Andrio mengamati wajah Alena yang sudah banyak berubah dari dekat. Wajah Alena dilapisi lebih banyak make-up membuatnya lebih cantik dan glamor. Penampilan gadis itu berbeda dengan yang dulu. Lebih fashionable. Gadis itu mengenakan dress ketat selutut yang ditimpa jas hitam. Rambut hitamnya tergerai sampai ke pinggang. Meskipun begitu, Andrio tetap mengenalnya. Sejenak Andrio terpana melihatnya, sebelum akhirnya lelaki itu kembali sadar. "Alena k
last updateLast Updated : 2023-01-26
Read more
PREV
1
...
910111213
...
33
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status