Semua Bab MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN: Bab 61 - Bab 70

126 Bab

Menjemput Tibra

Aruna rutin setiap sebulan sekali berkunjung ke tempat tinggal baru Zahir dan Zafar. Bukan ke rumah, ada saja cara Riri membawa mereka keluar agar bisa menemui Aruna di penginapan. "Anna, nanti minta bantu Bi Sumi biar rambutnya diikat ekor kuda ya. Biar kompakan sama Ibu." Andhira mengelus kepala putrinya yang sedang asyik makan cumi tepung krispi saus asam manis. Akhirnya, Zahir dan Zafar mau juga berbagi. Mereka merasa tidak seru karena Anna pasrah saja tadi. tidak ada perlawanan sama sekali."Anna ikut jemput juga?" Zafar menoleh pada Zahir, Kakaknya. Ada nada protes sekaligus keberatan dalam nada suaranya.Zahir mengangkat bahu. Di melirik sekilas pada Anna, anak perempuan itu seusia dengan Zafar. Anna mengabaikan mereka. Sejak tadi gadis kecil itu sibuk menghabiskan makanan di piringnya."Memangnya dia siapa? Anna kan bukan anak Ayah?" Zafar kembali bicara.Sementara Zahir tersenyum tipis mendengar ucapan adiknya. Dia paham maksudnya. Zafar ingin meledek Anna lagi. Namun, Zahir
Baca selengkapnya

Pertemuan

Pagi tadi Aruna memang memberi kabar hari ini akan tampil secara live. Stasiun televisi tersebut sudah meminta izin untuk melakukan liputan proses pemanenan di keramba jaring apung miliknya yang terletak di tengah laut Kepulauan Seribu. Aruna langsung mengiyakan saat salah satu pihak televisi menghubungi.Pemberitaan ini akan membawa dampak yang baik bagi usahanya. Selain bisa membangun nama baik di bidang budidaya udang vaname, dia juga bisa melakukan promosi secara gratis untuk usaha-usahanya yang lain.“Semoga saja ini bisa menjadi jalan semakin berkembangnya usaha yang sedang saya geluti. Sehingga akan menyerap semakin banyak tenaga kerja, yang tentunya akan membawa kebaikan bagi semua orang. In syaa Allah.” Senyum Aruna terlihat manis di layar kaca.“Aamiin.” Zahir, Zafar dan Riri mengaamiinkan ucapan Aruna.“Yuk matikan dulu ponselnya. Sebentar lagi sampai di bandara.” Andhira menjawil Riri. dia merasa sedikit muak mendengar pemberitaan tentang Aruna. Bosan sekali rasanya menden
Baca selengkapnya

Perjalanan Pulanh

Andhira menautkan alis melihat seseorang yang berlalu cepat dari samping Tibra. Dia seperti mengenal postur tubuh lelaki tadi. Namun, dia memilih mengabaikannya. Tidak mungkin orang itu bisa ada di sini. Lagipula, tempat itu jauh dari ibukota. Toh selama ini mereka aman di Solo. Bahkan, media pun tidak bisa mengendus keberadaan mereka di sana.“Mas.” Andhira mengulurkan tangan. Dia awalnya ingin menggelendot pada bahu Tibra sambil berjalan menuju mobil. Namun, Zahir dan Zafar seperti sengaja benar menggandeng tangan Ayah mereka di kiri dan kanan. Tibra tersenyum sambil mengedipkan mata pada Andhira. Mulutnya mengucapkan kata sabar tanpa suara.“Sabar ya, Sayang. Anak-anak lagi manja. Bagian kita nanti malam.” Bisik Tibra sambil menoel pipi Andhira saat akan memasuki mobil.Andhira mengangguk pelan sambil tertawa kecil dan mengedipkan mata pada Tibra. Dia sudah mempersiapkan banyak hal untuk merayakan kepulangan suaminya. Selain masak makanan kesukaan Tibra, dia juga menghabiskan wakt
Baca selengkapnya

Janggal

"Oh, bukan. Tidak, tidak, bukan. Saya mengawali usaha dari penyewaan cottage. Awalnya hanya ada tiga, alhamdulillah sekarang sudah ada lima belas cottage yang tersebar di tiga pulau. Dari sana saya pelan-pelan mengumpulkan modal untuk usaha budidaya udang di keramba jaring apung ini …." Suara Aruna langsung memenuhi seisi mobil saat headset dicabut.Tibra menarik napas panjang. Pandangan lelaki itu lurus ke depan. Dia hanya tersenyum tipis mendengar pencapaian Aruna. Sejujurnya, Tibra tidak terlalu peduli dengan kabar wanita itu. Namun, satu hal yang membuat dia sedikit bertanya. Uang dari mana Aruna bisa memiliki modal sebanyak itu untuk membangun usaha? Sedangkan wanita itu dulu akhirnya merelakan harta gono-gini karena lelah menjalani persidangan yang begitu alot dan lama.Tibra mendadak tersenyum sinis. Pasti ada seseorang dibalik kesuksesan usaha Aruna. Tidak mungkin tidak. Usaha itu membutuhkan dana yang sangat besar. Seseorang yang menyokong modal dengan nominal yang tidak sedi
Baca selengkapnya

Keributan di Meja Makan

"Makan dulu yuk? Toh, selama ini resto baik-baik saja, kan? Itu yang Mas lihat laporan dua tahun lalu." Andhira menggigit telinga Tibra pelan. Tangannya bergerak memijat bahu suaminya. Sejak dulu, Tibra selalu memuji kelihaiannya memijat.Lelaki itu tertawa kegelian. Dia akhirnya berdiri dan memutuskan menutup laporan keuangan yang dari siang tadi membuatnya pusing. Benar kata Andhira, toh selama ini resto baik-baik saja. Lebih baik dia menikmati waktu dengan keluarganya dulu sebelum kembali terjun mengurus resto secara langsung.Dia menatap Andhira lama sebelum melangkah keluar ruangan. Sekejap, Tibra mengikis jarak di antara mereka. Kerinduan itu membuncah di antara keduanya."Mas!" Andhira menahan dada Tibra. Dengan napas terengah dia menggeleng pelan. Belum sempat dia bicara, Tibra kembali membungkamnya.Lima menit berlalu, Tibra melepaskan Andhira dengan senyuman menggoda. "Manis!" Lelaki itu menoel dagu Andhira. "Ayo kita makan dulu, anak-anak pasti sudah menunggu. Setelah itu .
Baca selengkapnya

Rumah Kenangan

“Ri, antar Anna ke atas ya.” Tibra memerintahkan Riri. Dia sudah merenovasi rumah itu sehingga Anna akan tidur di kamar atas. Empat tahun dia tidak menjejakkan kaki di rumah penuh kenangan ini.Setelah membereskan semua hal di Solo, mereka langsung kembali ke rumah lama. Tibra memang langsung ingin mengurus usahanya lagi di lapangan. Itu akan sulit dia lakukan kalau masih tinggal di Solo.Dia sudah memberi instruksi pada Dendra untuk melakukan renovasi dari jauh-jauh hari. Rumah itu memang harus disesuaikan karena ada penambahan anggota keluarga sehingga harus menambah satu kamar lagi.Andhira yang meminta agar bisa tinggal di rumah ini. Sementara rumah yang selama ini dia tempati sudah lama dijual. Andhira memang sengaja menjual rumah itu untuk menghilangkan jejak dari Devan. Terbukti, selama empat tahun ini hidupnya aman tentram tanpa kehadiran mantan suaminya itu.“Mas.” Andhira menyapa Tibra yang sedang memperhatikan setiap sudut rumah. Selintas tadi Andhira bisa melihat mata Tibr
Baca selengkapnya

Antara Anak dan Ayah

“Jadi Tante Andhira dan Anna akan tinggal di sini juga, Yah?” Zafar bangun dari ranjangnya dan berjalan mendekati kakaknya.“Iya, Sayang. Sekarang kan kita sudah jadi keluarga, makanya Tante Andhira dan Anna tinggal bersama dengan kita.” Tibra mengelus kepala Zafar. Dia akhirnya menyerah meminta kedua anaknya memanggil Andhira dengan sebutan Ibu. Seminggu mencoba, Zahir dan Zafar keukeuh dengan pendirian mereka.“Kenapa sekarang harus tinggal bersama? Bukankah selama ini kita tetap tinggal terpisah walaupun Ayah sudah menikah lagi sejak masih bersama dengan Ibu? Lalu, kenapa sekarang semua harus berubah? Bisakah semua normal kembali seperti dulu? Setidaknya beri aku dan Zafar waktu untuk bisa belajar menerima semua.” Zahir mendongak, mengalihkan pandangan dari layar ponselnya ke arah Tibra.“Itu juga kalau kami bisa menerima,” desis Zahir.“Lama-lama kalian akan terbiasa. Toh selama empat tahun ini bukankah kalian baik-baik saja saat tinggal bersama?” Tibra tersenyum lebar.“Kami bai
Baca selengkapnya

Kekacauan di Kantor

Tibra mengendarai mobil pelan. Dia memang langsung mengagendakan pertemuan dengan orang-orang kepercayaannya hari ini. Dendra sudah lebih dulu ke cabang utama untuk mengkondisikan keadaan. Dari bandara tadi sepupu Tibra langsung meluncur. Sementara Tibra mengantar yang lain ke rumah dulu karena ini pertama kalinya Andhira dan Anna tinggal di sana.Kalau menurutkan hati, ingin sekali dia di rumah dulu. Menghabiskan waktu bersama Andhira di ranjang yang dulu menjadi saksi malam-malamnya dengan Aruna. Tibra ingin secepat mungkin menghapus bayang-bayang wanita itu di setiap sudut rumah dengan mengisinya dengan keindahan bersama Andhira.Namun, ada hal genting yang jauh lebih penting. Dia merasa sangat janggal dengan laporan keuangan yang sejak keluar dari penjara dia pelajari. Dia tidak bisa berdiam diri. Ini masalah serius karena menyangkut modal dan aliran dana perusahaan.“Ada yang bisa menjelaskan?”Satu jam kemudian Tibra sudah memimpin jalannya pertemuan. Setelah sejenak berbasa-ba
Baca selengkapnya

Setelah Empat Tahun

"Tujuan dari acara ini adalah membantu teman-teman pengusaha agar dapat lebih maju lagi. Nanti akan ada sesi khusus dari perwakilan 5 perusahaan terbesar di dalam negeri. Mereka akan berbagi pengalaman dalam membangun dan mempertahankan usahanya hingga bisa terus bertahan dan berjaya seperti sekarang ini." Bombi selalu pimpinan acara menyampaikan kata sambutan sebagai tanda resmi dibukanya acara rutin tahunan pertemuan pengusaha dalam negeri.“Di sini kita bisa memperluas jaringan. Kita juga bisa membuka peluang kolaborasi produk antar pengusaha. Nanti akan ada sesi khusus untuk saling sharing tentang bisnis masing-masing dan merumuskan peluang yang dapat dikolaborasikan. Bisnis zaman sekarang harus bisa kolaborasi dan menjalin relasi. Kalau seorang pengusaha menutup diri dan tidak mau kerjasama dengan pengusaha lain, kemungkinan besar nanti akan ketinggalan dengan pengusaha lainnya. Jadi, jangan takut untuk berkolaborasi.” Tepuk tangan memenuhi ruangan saat Bombi mengucapkan kalimatn
Baca selengkapnya

Pertemuan Dengan Tibra

Pertemuan ini memang berkonsep santai. Peserta bebas makan dan minum hidangan yang telah disediakan, juga diperbolehkan bercakap-cakap asal tetap tertib selama sesi sharing berlangsung.“Apa kabar Aruna? Sepertinya kau sedang membayangkan ada diposisi Elya suatu saat nanti?" Tibra tertawa kecil sambil meneguk minumannya. Dia memperhatikan sekilas penampilan wanita di sampingnya.Aruna tampil manis hari ini. Blus putih dan bawahan hijau gelap yang senada dengan jilbabnya membuat Aruna tampak anggun. Bros kecil terpasang di dada semakin melengkapi keindahan yang ada pada wanita itu."Masih jauh, Aruna. Jadi, nikmati saja dulu minumannya." Tibra berbisik pelan ke arah Aruna. Dia menunjuk gelas yang dipegang Aruna.Aruna tersenyum tipis mendengar ucapan Tibra. Perlahan di teguknya air yang tadi diberikan Tibra. Dia tersenyum saat mencium aroma mint dari air itu. Aruna melirik ke dispenser di meja, beberapa lembar daun mint dan jeruk lemon tampak mengapung di atasnya."Apa kabar selingkuha
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status