All Chapters of MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN: Chapter 71 - Chapter 80

126 Chapters

Tibra dan Devan

Aruna menarik napas panjang. Dia enggan menanggapi setiap omongan Tibra. Wanita itu memilih pamit dari sana karena ada suatu keperluan. Mengabaikan keberadaan Tibra adalah hal terbaik yang bisa dia lakukan saat ini. "Pak!" Aruna tersenyum sopan pada kenalannya. Mereka berbincang cukup lama mengenai rencana kerjasama dan juga arah angin bisnis ke depannya.Aruna berkali-kali mengangguk. Dia tampak setuju dengan setiap ucapan lelaki itu. Dari pengusaha itu juga Aruna banyak belajar dan akhirnya mempunyai jaringan luas ke dunia mereka.Sementara di sini, Tibra menatap kepergian Aruna. Lelaki itu menautkan alis saat melihat seorang pengusaha papan atas menghampiri Aruna. Mereka terlihat sangat akrab berbicara satu sama lain. Tibra berdehem, hebat juga Aruna bisa dekat dengan pengusaha yang sangat disegani itu, pikirnya.“Pak Tibra?”Tibra yang sedang memperhatikan Aruna sedikit kaget saat seseorang menyapanya. Dia berdehem pelan karena salah tingkah.“Ya?” Tibra menautkan alis. Dia tamp
Read more

Menebar Umpan

“Ini kartu nama saya.” Devan menyodorkan kartu nama berwarna hitam pekat dengan aksen emas, sehingga membuat benda itu terlihat simpel namun terkesan mewah dan elegan.“Ah, iya. Ini kartu nama saya.” Tibra ikut memberikan kartu namanya.“Baik, kalau begitu saya pamit dulu ya, Pak Devan." Tibra menunjuk pada beberapa pengusaha yang melambaikan tangan padanya. Dia memang sudah ada janji dengan beberapa teman untuk merundingkan usaha yang mungkin bisa mereka garap bersama."Silahkan." Devan mempersilahkan sambil menyimpan kartu nama Tibra.Lelaki itu memandangi Tibra hingga menghilang di tengah keramaian. Dia mendadak tersenyum saat mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Demi memastikan apakah Andhira masih bersama Tibra atau tidak, dia dari jauh-jauh hari sudah mempersiapkan diri untuk menguntit lelaki itu sejak hari pertama keluar dari penjara.“Tibra Bayanaka akhirnya menghirup udara bebas pagi ini. Empat tahun berlalu sejak dia mengenakan baju kuning khas tahanan, kini dia keluar de
Read more

Pencitraan

“Terima kasih untuk pemaparannya, Bu Elya. Perjalanan usaha yang sangat luar biasa dan inspiratif sekali. Mari kita berikan applause yang meriah untuk satu-satunya wanita yang saat ini berhasil menempati 5 besar perusahaan terbesar dalam negeri.” Tepuk tangan memenuhi ruangan itu. Beberapa bahkan mengelu-elukan Elya, membuat suasana semakin ramai karena ditingkahi dengan gelak tawa.“Bagi yang ada pertanyaan silahkan dicatat dulu agar tidak lupa karena sesi tanya jawab akan kita selenggarakan di akhir setelah pemaparan dari semua pembicara. Selanjutnya ….”Hingar bingar di dalam ruangan itu menarik kembali Devan dari ingatan saat itu. Dia akhirnya berdiri dan memilih menikmati kudapan dan segelas jus melon. Setidaknya dia sudah maju satu langkah. Tibra sudah menerimanya dengan tangan terbuka. Lanhkahnya ke depan akan lebih mudah untuk menemuman celah.Meskipun begitu, dia harus tetap bermain dengan rapi dan memastikan keamanan setiap gerakannya. Karena walau saat ini nama Tibra sedang
Read more

Pagi Hari

“Tibra Bayanaka berkaca-kaca saat mengumumkan kehamilan istrinya. Lelaki itu dengan dada membusung mengumumkan kondisi Andhira saat ini sehat dan calon bayinya baik-baik saja. Rasa bangga dan haru terpancar jelas dari wajah Tibra saat menyampaikan kabar itu ….”Aruna menoleh pada televisi saat mendengar nama yang sangat dikenalnya disebut. Wanita itu menautkan alis melihat Tibra yang berkaca-kaca di sana. wanita itu meletakkan tas tangan dengan pandangan tetap tertuju pada televisi.“Telurnya diceplok setengah matang saja ya, Bi.” Aruna tersenyum pada Bi Darsih saat wanita itu meletakkan segelas teh hangat di depannya. Wanita yang sudah berusia lanjut itu mengangguk sopan sambil meneruskan pekerjaannya.Bi Darsih dulunya adalah asisten rumah tangga saat dia belum bercerai dengan Tibra. Setelah mereka resmi bercerai, wanita yang sudah berumur itu menghubungi Aruna agar bisa pindah kerja pada Aruna. Dia beralasan tidak betah bekerja di rumah lagi karena Andhira terlalu banyak mau.Arun
Read more

Gangguan

“Iya, jadi saya mengatakan seperti ini bukan tanpa alasan lah. Beberapa waktu yang lalu sempat ada pembicaraan di antara kami. Waktu kemarin ada acara di sekolah Zahir yang meminta kedua orangtua hadir itu. Jadi kami, saya dan Aruna maksudnya, terlibat obrolan lah.Saya coba mengajak ibunya anak-anak untuk kolaborasi, membuka usaha bersama. Dulu kan kami pernah bekerjasama dengan baik dalam membangun usaha. Nah, apa salahnya sih kalau sekarang kita membangun usaha yang baru.Tujuan saya baik sebenarnya, usaha ini akan diperuntukkan bagi Zahir dan Zafar. Ayo kata saya, kita bangun usaha khusus untuk bekal masa depan anak kita. Jadi, nanti kita joint modal. Nah, hasil dari usaha ini bisa digunakan untuk keperluan Zahir dan Zafar. Atau bisa juga ditabung untuk masa depan mereka.Tapi, ya itu tadi. Aruna menolak langsung tanpa mendengarkan penjelasan saya lebih lanjut. Terlalu angkuh dia karena merasa saat ini sedang di atas angin. Sombong!”Aruna kesal bukan main saat berita itu naik. Ti
Read more

Kebocoran Uang Perusahaan

“Bu Adya dan Pak Wira jadi kembali hari ini, Bu?”“Ah iya, coba nanti aku telpon lagi untuk memastikan. Kalau sudah pasti aku kabarin Bibi ya.” Aruna sedikit terkejut dengan pertanyaan Bi Darsih karena sedang asyik dengan pikirannya.“Iya, Bu. Biar saya bisa masak yang banyak buat makan siang dan makan malam.”Aruna mengangguk mendengar ucapan Bi Darsih. Ayah dan Ibunya sedang berkunjung ke tempat keluarga di luar kota. Sudah hampir seminggu mereka di sana. Tadi malam ibunya mengabari mungkin akan pulang siang ini tapi belum pasti.Adya dan Tibra memang mempunyai agenda rutin, setiap beberapa bulan sekali berkunjung ke rumah sanak saudara agar silaturahmi tetap terjalin dengan baik. Mereka tidak mau kesibukan membuat hubungan kekeluargaan menjauhkan mereka.“Nanti secepatnya aku kabari ya, Bi. Atau tidak usah masak saja. Misal Ayah dan Ibu jadi pulang, nanti pesan makan saja lebih gampang.” Aruna tersenyum pada Bi Darsih sambil mengambil tas tangannya dan berjalan keluar rumah.“Baik,
Read more

Kerjasama Menjatuhkan Tibra

“Bagus! Pantau terus dan segera kabari saya jika Tibra melakukan pergerakan.” Devan meletakkan ponsel dengan wajah sumringah. Senyumnya mengembang dengan sangat lebar, membuat kedua pipinya tertarik hingga matanya yang sipit menjadi hanya terlihat seperti garis.Pagi harinya dimulai dengan kabar yang membuat dirinya senang. Karyawan Arapi yang dia bayar untuk mengawasi Tibra menghubunginya dan memberi kabar Tibra mengamuk hingga menghajar Dendra habis-habisan.Semua sesuai dengan rencananya. Dia memang sengaja membuat kekacauan ini seolah disebabkan oleh Dendra. Dengan begitu Tibra akan fokus pada konflik dengan keluarganya sendiri sehingga diharapkan akan lalai melakukan penyelidikan lebih jauh mengenai dalang sebenarnya yang ada dibalik semua itu.Lelaki itu mengambil sekaleng softdrink berwarna hijau yang tadi dia beli di kantin bawah sebelum naik ke atas. Dia membuka kait penutup pada botol yang terbuat dari bahan alumunium itu dengan sekali tarikan saja.Psshhh!Air soda itu lang
Read more

Dibalik Usaha Devan

“Kau tenang saja, Doris. Kupastikan posisimu aman. Kalau kau dalam bahaya, tentu leherku juga akan terseret dalam bahaya. Jadi, take your time di Amsterdam. Anggap saja sedang liburan gratis selama beberapa tahun ini. Kau bisa kembali ke Indonesia lagi setelah gonjang-ganjing di perusahaan Tibra mereda. Selama itu, seluruh biaya hidup keluargamu yang menjadi tanggunganmu kupastikan aman.” Devan menegaskan.Doris menarik napas lega di seberang sana. Jujur saja, dia sedikit gentar saat mengetahui Tibra semakin gencar melakukan pencarian terhadap dirinya. Kalau bukan karena dijanjikan bayaran yang sangat fantastis dan jaminan keamanan untuk semua anggota keluarganya, Doris dipastikan tidak akan mau mengkhianati Tibra. Dia hafal mati tabiat lelaki itu jika miliknya diganggu.Tibra akan melakukan apa saja untuk membalas. Dia tidak segan menggunakan cara kotor agar bisa memberi pelajaran pads orang yang telah mengkhianatinya. Andai tidak terdesak kebutuhan, Doris enggan melakukan ini semua.
Read more

Mempesonakan Andhira

Devan memilih lini usaha dibidang yang menyediakan semua kebutuhan yang terkait dengan usaha Tibra. Dengan begitu, dia bisa masuk sebagai supplier agar terlibat langsung dalam circle usaha Tibra. Nama usahanya yang besar dan terkenal, tentu akan menjadi daya tarik tersendiri bagi Tibra.Setelah usahanya berjalan, Devan mulai mendekati orang-orang penting dalam usaha Tibra. Tujuan utamanya jelas kepala bagian keuangan. Sesuai dengan rencana awal yang dia sampaikan dulu, Devan mulai mensabotase aliran dana operasional perusahaan. Puluhan rekening dibuat untuk menerima aliran dana. Ada yang jumlahnya kecil ada juga yang cukup fantastis. Aliran dana diluar kebutuhan operasional perusahaan itu diterima rutin setiap bulan. Sehingga, lama kelamaan keuangan perusahaan menjadi terganggu karena perhitungan yang tidak sesuai.Devan tersenyum puas. Selalu ada untung dan rugi dari penerapan sistem auto debit di perbankan. Untungnya semua dana bisa ditransfer dengan cepat dan tepat waktu. Kerugian
Read more

Aktor Terbaik

Lelaki itu melangkah kembali menuju meja kerjanya dan mengambil ponsel. Devan mencari nomor Tibra dan menekan tombol panggil. Nada sambung ketiga, Tibra mengangkat panggilan dari Devan.Devan sengaja menghubungi lelaki itu untuk membaca situasi. Dia ingin memastikan Tibra belum mendapatkan informasi apapun selain Doris, sang kepala keuangan yang kabur tepat sebulan sebelum dia bebas dari penjara.“Selamat pagi, Pak Devan.”Devan tersenyum lebar mendengar suara renyah Tibra di seberang sana. Bukankah tadi katanya Tibra habis mengamuk? Bisa-bisanya kini dia menyapa dengan nada ceria. Tibra memang aktor terbaik yang pernah dia kenal.Tidak heran selama ini lelaki itu mendapat julukan pria paling dekat dengan keluarga, tapi ternyata, dia bisa berselingkuh dan menghajar istrinya. Kini, Devan membuktikan sendiri kehebatan akting Tibra. Lelaki itu bahkan sangat pandai menyembunyikan amarah dan rasa paniknya."Pagi, Pak Tibra. Sehat?" Devan balas menyapa sambil menahan senyum membayangkan law
Read more
PREV
1
...
678910
...
13
DMCA.com Protection Status