Share

Kebocoran Uang Perusahaan

Penulis: Asda Witah busrin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Bu Adya dan Pak Wira jadi kembali hari ini, Bu?”

“Ah iya, coba nanti aku telpon lagi untuk memastikan. Kalau sudah pasti aku kabarin Bibi ya.” Aruna sedikit terkejut dengan pertanyaan Bi Darsih karena sedang asyik dengan pikirannya.

“Iya, Bu. Biar saya bisa masak yang banyak buat makan siang dan makan malam.”

Aruna mengangguk mendengar ucapan Bi Darsih. Ayah dan Ibunya sedang berkunjung ke tempat keluarga di luar kota. Sudah hampir seminggu mereka di sana. Tadi malam ibunya mengabari mungkin akan pulang siang ini tapi belum pasti.

Adya dan Tibra memang mempunyai agenda rutin, setiap beberapa bulan sekali berkunjung ke rumah sanak saudara agar silaturahmi tetap terjalin dengan baik. Mereka tidak mau kesibukan membuat hubungan kekeluargaan menjauhkan mereka.

“Nanti secepatnya aku kabari ya, Bi. Atau tidak usah masak saja. Misal Ayah dan Ibu jadi pulang, nanti pesan makan saja lebih gampang.” Aruna tersenyum pada Bi Darsih sambil mengambil tas tangannya dan berjalan keluar rumah.

“Baik,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Isabella
sombong rasain Lo di khianati adikmu sendiri
goodnovel comment avatar
Migi Ayu Lestari
rasain tuh tibra. karma mulai berlaku
goodnovel comment avatar
Izha Effendi
sombong kau lagi..semoga aja jatuh miskin kau tibra..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Kerjasama Menjatuhkan Tibra

    “Bagus! Pantau terus dan segera kabari saya jika Tibra melakukan pergerakan.” Devan meletakkan ponsel dengan wajah sumringah. Senyumnya mengembang dengan sangat lebar, membuat kedua pipinya tertarik hingga matanya yang sipit menjadi hanya terlihat seperti garis.Pagi harinya dimulai dengan kabar yang membuat dirinya senang. Karyawan Arapi yang dia bayar untuk mengawasi Tibra menghubunginya dan memberi kabar Tibra mengamuk hingga menghajar Dendra habis-habisan.Semua sesuai dengan rencananya. Dia memang sengaja membuat kekacauan ini seolah disebabkan oleh Dendra. Dengan begitu Tibra akan fokus pada konflik dengan keluarganya sendiri sehingga diharapkan akan lalai melakukan penyelidikan lebih jauh mengenai dalang sebenarnya yang ada dibalik semua itu.Lelaki itu mengambil sekaleng softdrink berwarna hijau yang tadi dia beli di kantin bawah sebelum naik ke atas. Dia membuka kait penutup pada botol yang terbuat dari bahan alumunium itu dengan sekali tarikan saja.Psshhh!Air soda itu lang

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Dibalik Usaha Devan

    “Kau tenang saja, Doris. Kupastikan posisimu aman. Kalau kau dalam bahaya, tentu leherku juga akan terseret dalam bahaya. Jadi, take your time di Amsterdam. Anggap saja sedang liburan gratis selama beberapa tahun ini. Kau bisa kembali ke Indonesia lagi setelah gonjang-ganjing di perusahaan Tibra mereda. Selama itu, seluruh biaya hidup keluargamu yang menjadi tanggunganmu kupastikan aman.” Devan menegaskan.Doris menarik napas lega di seberang sana. Jujur saja, dia sedikit gentar saat mengetahui Tibra semakin gencar melakukan pencarian terhadap dirinya. Kalau bukan karena dijanjikan bayaran yang sangat fantastis dan jaminan keamanan untuk semua anggota keluarganya, Doris dipastikan tidak akan mau mengkhianati Tibra. Dia hafal mati tabiat lelaki itu jika miliknya diganggu.Tibra akan melakukan apa saja untuk membalas. Dia tidak segan menggunakan cara kotor agar bisa memberi pelajaran pads orang yang telah mengkhianatinya. Andai tidak terdesak kebutuhan, Doris enggan melakukan ini semua.

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Mempesonakan Andhira

    Devan memilih lini usaha dibidang yang menyediakan semua kebutuhan yang terkait dengan usaha Tibra. Dengan begitu, dia bisa masuk sebagai supplier agar terlibat langsung dalam circle usaha Tibra. Nama usahanya yang besar dan terkenal, tentu akan menjadi daya tarik tersendiri bagi Tibra.Setelah usahanya berjalan, Devan mulai mendekati orang-orang penting dalam usaha Tibra. Tujuan utamanya jelas kepala bagian keuangan. Sesuai dengan rencana awal yang dia sampaikan dulu, Devan mulai mensabotase aliran dana operasional perusahaan. Puluhan rekening dibuat untuk menerima aliran dana. Ada yang jumlahnya kecil ada juga yang cukup fantastis. Aliran dana diluar kebutuhan operasional perusahaan itu diterima rutin setiap bulan. Sehingga, lama kelamaan keuangan perusahaan menjadi terganggu karena perhitungan yang tidak sesuai.Devan tersenyum puas. Selalu ada untung dan rugi dari penerapan sistem auto debit di perbankan. Untungnya semua dana bisa ditransfer dengan cepat dan tepat waktu. Kerugian

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Aktor Terbaik

    Lelaki itu melangkah kembali menuju meja kerjanya dan mengambil ponsel. Devan mencari nomor Tibra dan menekan tombol panggil. Nada sambung ketiga, Tibra mengangkat panggilan dari Devan.Devan sengaja menghubungi lelaki itu untuk membaca situasi. Dia ingin memastikan Tibra belum mendapatkan informasi apapun selain Doris, sang kepala keuangan yang kabur tepat sebulan sebelum dia bebas dari penjara.“Selamat pagi, Pak Devan.”Devan tersenyum lebar mendengar suara renyah Tibra di seberang sana. Bukankah tadi katanya Tibra habis mengamuk? Bisa-bisanya kini dia menyapa dengan nada ceria. Tibra memang aktor terbaik yang pernah dia kenal.Tidak heran selama ini lelaki itu mendapat julukan pria paling dekat dengan keluarga, tapi ternyata, dia bisa berselingkuh dan menghajar istrinya. Kini, Devan membuktikan sendiri kehebatan akting Tibra. Lelaki itu bahkan sangat pandai menyembunyikan amarah dan rasa paniknya."Pagi, Pak Tibra. Sehat?" Devan balas menyapa sambil menahan senyum membayangkan law

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Makan Malam Panas

    Tepat jam tujuh malam mobil Devan memasuki salah satu kafe. Sebelum turun dia memastikan lagi itu adalah tempat yang dia tuju dengan mengecek kembali alamat yang tadi dikirim Tibra.Lelaki itu tersenyum saat melihat meja dengan nomor yang dituju sudah terisi. Sepasang suami istri terlihat duduk membelakanginya. Dia merapikan kerah kemeja abu-abunya, dengan langkah yakin Devan berjalan mantap ke arah Tibra dan Andhira yang sudah menunggunya.“Selamat malam, Pak Tibra.” Devan sengaja berdiri tepat di samping Andhira. Devan menghirup napas dalam-dalam. Dari tempatnya berdiri, dia bisa mencium aroma manis dari minyak wangi yang dipakai Andhira. Aroma yang sangat dia kenal sekaligus sangat dia rindukan.Lelaki itu dapat melihat badan Andhira menegang. Ah … Andhira selalu terlihat lebih menarik dalam keadaan gugup seperti ini. Mantan istrinya itu mengenakan gaun warna hijau daun yang elegan. Perutnya yang membuncit justru membuat penampilan Andhira semakin menarik di mata Devan. “Pak Devan

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Gerbang Keruntuhan

    Devan tersenyum sinis mendengar ucapan Andhira. Matanya menatap tajam pada wanita yang sangat ingin dia miliki kembali.Andai bukan di tempat umum, dia sudah menyeret Andhira pergi dari sana. Menculik dan menyekap Andhira bisa saja dia lakukan. Malah itu akan menimbulkan kesenangan tersendiri baginya melihat kepanikan di wajah wanita hamil itu.Namun, itu semua hanya ada dalam bayangan. Tibra masih terlalu kuat walau sedang goyang. Dia tidak bisa bertindak gegabah kalau tidak ingin salah langkah. Satu-satunya cara yang bisa dia lakukan saat ini adalah dengan membujuk Andhira.“Ayo kita kembali lagi, Dhir. Aku sudah bukan Devan yang kau kenal dulu. Kini aku pengusaha sukses yang sangat disegani. Aku berjuang mendapatkan semua ini agar bisa meraih hatimu lagi. Tibra bukan apa-apa. Sebentar lagi bisnisnya habis.” Devan bicara pelan sambil sesekali melirik Tibra yang serius entah membicarakan apa di ponselnya. Lelaki itu membalas lambaian tangan Tibra dengan acungan jempol. Santai saja ma

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Kehangatan Keluarga

    Tepuk tangan ramai terdengar saat Aruna selesai menebarkan plastik bening berisi benur (benih udang) sebagai tanda resmi dibukanya areal budidaya udang vaname. Aruna tertawa renyah saat Zahir dan Zafar mencipratkan air padanya. Wanita itu berusaha menghindar dibalik tubuh beberapa karyawannya. Sejenak, tempat itu menjadi ramai dengan gelak tawa.Beberapa orang yang ada disana ikut mencipratkan air pada Aruna hingga membuat suasana semakin meriah. Mereka tertawa-tawa saat rasa kekeluargaan menyeruak dengan kental di antara mereka."Zahir! Zafar! Sudah." Aruna hampir kewalahan saat kedua anaknya belum berhenti. Dia semakin bersembunyi di belakang agar tidak terkenan cipratan air.Aruna mengenakan atasan panjang hingga lutut dipadukan dengan celana jeans berwarna senada. Dia membenarkan jilbab dan topi lebar yang melindungi wajah putih mulus bak porselennya dari cahaya matahari. Dia mengelap kacamata hitam lebarnya karena sedikit basah kena percikan air tadi.Setelah dirasa siap, Aruna

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Konferensi Pers

    “Alhamdulillah, betul, betul sekali. Bulan ini total saya membuka usaha tambak udang di tiga wilayah. Minggu pertama di Kawungetan, Cilacap. Minggu kedua di Kalianda, Lampung. Hari ini di sini, Jembrana, Bali.” Aruna menjawab pertanyaan salah satu awak media.Bulan ini Aruna membuat gebrakan dengan meresmikan pembukaan tempat budidaya udangnya yang baru. Serentak di tiga wilayah sehingga menyedot perhatian masyarakat luas. Aruna menjadi idola. Wanita itu merupakan gambaran wanita kuat yang mampu bangkit kembali setelah terpuruk karena kehancuran rumah tangganya.“Tepat sekali. Saya memutuskan mengembangkan usaha ke wilayah lain untuk memenuhi permintaan ekspor yang semakin meningkat. Seperti yang sudah teman-teman ketahui dan liput juga, minggu lalu saya sudah melakukan penandatanganan untuk kerjasama ekspor dengan salah satu pengusaha dari Turki.” Aruna melepas topi lebarnya sehingga wajahnya yang sumringah terlihat dengan jelas.“Khusus untuk di Jembrana ini, saya menerapkan sistem

Bab terbaru

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   [TAMAT] Penyesalan Mendalam

    "Ampun! Ampun! Maaf, Mas." Andhira memeluk lutut dan menyembunyikan kepalanya di sana. Rambut wanita itu kusut masai. Di lantai, ceceran rambutnya terserak banyak karena sering dijambak."Tolong! Tolooong … tolooooong … bantu aku, bantu aku." Andhira kembali berteriak kencang sambil menangis histeris. Tubuhnya bergetar hebat. "Jangan bunuh aku, kumohon. Biarkan aku dan anakku hidup dengan tenang. Kumohon." Andhira menghiba dengan wajah basah.Sepuluh menit kemudian, dia tertidur di lantai dalam posisi bersujud. Seperti biasa, setelah mengamuk dan berteriak histeris, Amdhira akan tertidur begitu saja karena kelelahan. Napasnya terdengar teratur. Tidak lagi menderu seperti tadi.Disini, Tibra mengepalkan tangan kencang. Hatinya perih melihat keadaan Andhira. Sejak kejadian pagi itu sebulan yang lalu, Andhira menjadi lebih pendiam. Wanita itu tidak banyak bicara. Dia bahkan semakin menjaga jarak dengan Tibra dan tidak berani membalas tatapannya setiap kali berbicara.Tepat seminggu setela

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Kebenaran Tentang Masa Lalu

    Tibra meremas selembar foto di tangannya. Lelaki itu menatap nyalang pada foto-foto lain yang berserakan. Disana terlihat foto dua orang yang sangat dia kenal. Andhira dan Devan sedang akad nikah. Keduanya juga tampak tersenyum lebar di pelaminan. Di foto lain, terlihat Devan dan Andhira sedang berfoto di ranjang rumah sakit sambil memeluk bayi mungil dengan papan nama bertuliskan nama Anna. Bukan hanya foto, tapi fotokopi kartu keluarga dan Juga fotokopi buku nikah melengkapi isi amplop coklat yang sampai ke mejanya pagi ini. "Lelucon apa ini?" Tibra tertawa kencang. Kepalanya hampir pecah mengetahui istri dan orang yang telah menghancurkan usahanya ternyata pernah menikah. Lelaki itu benar-benar meraa dipermainkan oleh kehidupan. Tibra langsung membereskan semua foto dan memasukkannya kembali ke dalam amplop besar. Setelah itu dia langsung meninggalkan outlet. Berkali-kali dia memukul kemudi dan membunyikan klakson selama perjalanan. Andai bisa, ingin rasanya dia melajukan kendara

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Dari Balik Jeruji Besi

    “Devan!”Lelaki yang sedang tiduran di kasur tipis sambil menumpukan kaki kanan di atas lutut kirinya itu mengangkat kepala sedikit saat mendengar petugas menyebut namanya.“Ada tamu,” ucap petugas sambil membuka kunci. Bunyi gemerincing rantai dan kunci beradu dengan sel memenuhi pendengaran, membuat beberapa tahanan menoleh dari balik sel mereka.Devan tersenyum tipis pada wajah-wajah penasaran itu. Jangankan mereka, diapun tidak sabar ingin tahu siapa tamu yang datang ini. Hampir dua tahun dia menjalani hukuman, tidak ada yang datang berkunjung. Itulah sebabnya saat mendengar Devan ada tamu, yang lain langsung antusias.“Siapa ya tamunya?”“Bukannya dia psikopat? Ada juga yang mau mengunjungi ternyata.”“Masa sih?”“Iya, makanya itu dia sendirian di dalam sel!”“Oh jadi itu alasannya dia seperti diistimewakan dengan hanya sendiri saja?”“Iya, katanya dulu awal-awal menjadi tahanan, habis rekan satu selnya. Entah dibagaimanakan, hampir saja teman-teman satu selnya mati perlahan. Unt

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Berbanding Terbalik

    “Baiklah, terima kasih pada pembicara kita yang sangat luar biasa. Sesi selanjutnya adalah penyerahan bantuan kepada teman-teman yang usahanya sedang kurang baik. Kepada teman-teman yang namanya disebutkan, harap naik ke atas panggung."Tibra meletakkan gelas minumannya. Sambil merapikan dasi, dia bergegas melangkah ke arah panggung. Beberapa teman yang usahanya juga kurang baik menepuk punggungnya. Mereka berjalan bersama.Hanya Tibra yang tidak didampingi istri. Andhira memilih menemani putri mereka daripada ikut ke sini. Acara itu disiarkan secara live di salah satu televisi swasta. Sehingga, dia bisa ikut mengikuti jalannya acara."Untuk menyerahkan secara simbolis bantuan ini, kami minta dengan hormat kepada Ibu Aruna sebagai sosok yang menginspirasi hari ini untuk memberikan amplop sebagai tanda sahnya teman-teman menerima bantuan. Semoga dengan diberikannya bantuan ini oleh Ibu Aruna, teman-teman sekalian bisa termotivasi untuk berinovasi sehingga usahanya bisa bangkit kembali.

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Bagai Kerumunan Lalat

    “Ah … maaf!” Tibra yang pikirannya sedang melayang kemana-mana tanpa sengaja menabrak seseorang saat akan mengambil gelas minuman.“Tidak apa-apa, tidak apa-apa.”Tibra menautkan alis saat mendengar suara yang sepertinya dia kenal. Dengan cepat, lelaki itu mengangkat kepala dan menoleh ke sumber suara.“Tibra.” Wira menarik napas panjang saat menyadari yang menabraknya barusan adalah mantan menantunya. Ada yang tercubit di dalam sana saat berjumpa lagi setelah sekian lama. Terakhir mereka bertemu di ruang persidangan perceraian saat dia mendampingi Aruna.Tibra menegakkan badan, dagunya sedikit terangkat dengan sebelah tangan masuk ke dalam kantong celana. Sejak dulu, dia dan mantan mertuanya itu tidak pernah dekat. Penolakan Wira padanya saat ingin menjadikan Aruna istri dulu masih membekas jelas dalam ingatan Tibra.“Apa kabar, Nak?” Adya tersenyum sambil mengelus tangan Tibra yang memegang gelas minuman. Hubungannya dengan Tibra memang lebih baik dibandingkan suaminya. Sepuluh tahu

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Tempat yang Sama

    “Sesi Sharing di pertemuan tahun ini kita mulai dari yang wajahnya sedang sangat wara-wiri di seluruh media, baik media cetak, radio maupun televisi. Seorang wanita yang sangat menginspirasi baik dari segi bisnis maupun perjalanan cintanya.”Ruangan itu ramai oleh suara tawa. Beberapa bahkan menutup mulut agar tidak tertawa terlalu kencang.“Beliau membangun usaha dari nol, hingga sekarang sudah sangat maju di usia yang masih terbilang muda. Beliau ini juga baru saja menikah beberapa bulan yang lalu dengan kategori pernikahan termewah tahun ini. Mari kita doakan bersama-sama agar segera dikaruniai keturunan. Aamiin.”“AAMIIN ….” Kompak, hampir semua peserta mengaminkan ucapan pembawa acara. Beberapa bahkan bersuit-suit membuat yang lain tertawa geli.“Untuk menghemat waktu, saya akan segera memanggil seseorang ini. Seseorang yang sangat menginspirasi terutama bagi para wanita. Seseorang yang merupakan gambaran Kartini masa kini. Gigih, mandiri, pekerja keras dan tidak gampang menyera

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Kemelut Suami-Istri

    Sementara di sini, Tibra menghampiri Andhira yang tertidur di ranjang Zafina. Lelaki itu menyentuh rambut Andhira pelan. Wajah yang dulu selalu terlihat cerah dengan riasan tipis, kini nampak kuyu dan lelah.“Mas.” Andhira terbangun merasakan sentuhan suaminya. Dia langsung membenarkan kuncir rambutnya yang hampir terlepas.“Uangnya sudah kubayarkan. Semoga saja semua sesuai perkiraan dokter dan proses operasi minggu depan berjalan lancar.” Tibra bersimpuh di samping Andhira. Lelaki itu merebahkan kepalanya di pangkuan istrinya.“Aamiin.” Andhira mengaminkan pelan. Sejujurnya, dia ingin menanyakan terkait proses pembagian harta tadi. Namun, dia tidak siap mendengar kabar tentang Aruna.Isaknya kembali terdengar saat pandangannya tertuju pada Zafina. Mata itu terlihat sembab dan bawahnya sedikit menghitam. Hilang sudah cahaya mata Andhira yang dulu terlihat tajam dan seksi yang sangat menggoda. Mata itu diselimuti kabut yang sangat pekat."Setidaknya, uang dari penjualan villa di Punca

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Detail yang Dijabarkan

    “Mas.” Seperti biasa, Aruna dan Tyo memang selalu menyempatkan untuk mengobrol apapun sebelum tidur. Tentang pekerjaan, rencana masa depan, kadang juga hanya sekedar omong kosong belaka.“Hmm.” Tyo yang sedang berbaring dan memperhatikan wajah Aruna berdehem.Aruna menoleh pada Tyo, belum sempat dia berbicara lelaki itu sudah menghadiahinya sebuah kecupan yang hangat. Aruna menepuk bahu Tyo pelan saat lelaki itu melepaskannya. Berada di dekat Tyo memang seumpama candu. Lelaki itu selalu menghujaninya dengan madu, hingga Aruna sering mabuk karena manisnya.“Aku ada rencana membangun rumah untuk Zahir dan Zafar. Villa yang rencananya untuk mereka, sudah sah dijual tadi siang.”Tyo diam tak menanggapi omongan Aruna. Dia sengaja tak menyela sampai Aruna menyelesaikan maksud ucapannya.“Nanti di sana, aku mau mereka mulai belajar usaha kecil-kecilan. Ya biar mereka merasa ada tanggung jawab dan agar mereka tahu bagaimana manisnya uang yang didapat dari jerih payah sendiri.”“Apa tidak ter

  • MADU SETELAH SEPULUH TAHUN PERNIKAHAN   Yang Dikembalikan

    "Bahkan sampai sejauh ini, hatimu masih sekeras batu, Mas." Aruna mengembuskan napas pelan melihat punggung Tibra semakin menjauh. Mantan suaminya itu bahkan merasa tidak perlu mengucapkan maaf pada Aruna. Satu kata yang sangat ditunggu Aruna, sebagai bentuk penghormatan kalau lelaki itu menghargai hubungan mereka dulu saat pernah berjuang bersama.Aruna masuk ke dalam mobil dan menyandarkan kepala ke kursi. Bertahun tak berkomunikasi membuat mereka kaku saat berjumpa. Memang lebih baik seperti ini. Aruna sengaja menjaga jarak dari Tibra dan Andhira.Baginya, jauh dari mereka merupakan salah satu bentuk untuk healing dan memperbaiki hati. Bukan karena belum move on, toh dia sudah mendapatkan pengganti yang jauh lebih baik menurut versi dirinya kini. Namun, luka itu tetap membekas. Bagaimanapun, pengkhianatan akan selalu terasa menyakitkan.Memaafkan tapi tidak melupakan agar bisa mengambil pelajaran untuk ke depan, itulah prinsip yang dipegang oleh Aruna. Dia bukan malaikat. Dia manus

DMCA.com Protection Status