Semua Bab GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA: Bab 31 - Bab 40

50 Bab

Bab 31

Danish dan Bian pulang saat sore menjelang Magrib. Rasa haus mendera, karena cuaca memang panas. Turun dari mobil Bian langsung berlari menuju dapur. Danish hanya menggeleng pelan melihat istrinya itu."Hai Bian, kamu sudah pulang. Kok terlihat pucat?" tanya Erna saat Bian sampai di dapur dan mengambil air mineral dari dispenser. Tanpa menjawab pertanyaan Erna, Bian duduk dan langsung meneguk air itu hingga tandas. Erna tersenyum melihat gadis yang kini telah jadi majikannya itu.Segelas air telah membasahi tenggorokannya. Bian menghela napas dan menyimpan gelas itu di atas meja."Aku cape banget, Kak. Tuan Danish benar-benar membuatku kewalahan," ujar Bian."Ampun, aku sampai lupa. Nanti lagi ya, Kak. Tuan Danish pasti haus juga." Bian bangkit lalu mengambil gelas dan mengisinya dengan air putih dingin. Setelah itu dia segera mencari suaminya yang ternyata tengah duduk saling diam dengan Rey di ruang tengah."Hai, Rey. Apa kabar?" tanya Bian berbasa-basi seraya menyerahkan gelas pada
Baca selengkapnya

Bab 32

"Kita bulan madu di sana, mau? Kita ke Cappadocia, naik balon udara. Atau lihat bebatuan putih di Pamukkale? Terserah kau mau ke mana. Tapi sebelum itu, kita berbulan madu dulu di sini," bisik Danish dan mendaratkan ciuman di bibir sang istri."Ingat, Tuan ... di bawah, orang tuamu sedang menunggu kita untuk makan malam. Jangan sampai mereka terlalu lama menunggu." Bian mencoba mengalihkan perhatian Danish yang telah mengungkungnya."Biarkan saja. Mereka pasti mengerti. Mereka juga pernah muda, 'kan?" ucap Danish sambil melanjutkan ciumannya ke leher sang istri."Tuuaan ... aku merasa gak enak sama mereka," desah Bian. Danish menghentikan aksinya dan menatap sang istri."Kenapa harus merasa gak enak segala? Biarkan saja, toh kita tidak mengundang mereka," ujar Danish menahan kecewa."Tuan, mereka itu orang tuamu, bagaimana jika suatu saat kau berkunjung ke rumah anakmu dan mereka tidak menyambutmu sama sekali? Kau pasti akan merasa sakit hati."Mendengar perkataan istrinya, Danish mak
Baca selengkapnya

Bab 33

"Hei, apa yang kamu lakukan? Untuk apa koper ini? Kau benar-benar akan tinggal di sini?" tanya Danish pada Irene yang tengah memberi komando pada Erna untuk menyeret kopernya ke dalam."Betul sekali, Sayang. Aku sudah siapkan semua perlengkapan. Jadi aku tidur di mana?" tanya Irene tanpa malu. Danish terlihat kesal, namun Bian mengelus lengannya perlahan."Kamu bisa tidur di kamar pembantu! Masih ada kamar yang kosong di sana," ujar Danish ketus."Oh, no, no, no. Kamu anggap aku pembantu? Aku ini wanita hamil, Sayang. Harus diperlakukan dengan sebaik-baiknya," ucap Irene sambil mendekat pada Danish dan membelai pipi lelaki itu. Danish melengos tak suka. Bian pun sama. Dia berusaha menahan rasa tak nyamannya saat berhadapan dengan wanita ini."Bian, apa kamu tidak keberatan kalau aku tidur di kamar Danish?" tanya Irene tanpa tendeng aling-aling. Mata Danish terbelalak. Pun, Bian tersentak kaget."Lho ... lho, kalian kok kayak melihat hantu saja? Wajar dong kalau aku minta sekamar dwnga
Baca selengkapnya

Bab 34

“Aku sudah mengambil alih kamar Danish. Sebentar lagi aku akan mengambil alih orangnya, Tante.”Bian yang hendak turun saat mendengar ucapan itu dari kamar sang suami di mana Irene berada. Langkahnya terhenti untuk mendengar kelanjutannya.“Aku harus bergerak cepat menyingkirkan perempuan kampung itu sebelum Danish mengetahui kehamilan palsuku, Tante.”Bian mengernyit. Menduga-duga siapa orang yang disebut tante oleh Irene saat ini.“Aah … Tante Monic. Jangan takut. Aku pasti bisa segera mengatasinya.”Tak ingin mendengar lagi percakapan itu, Bian segera pergi. Ternyata sang suami hanya dijebak oleh dua orang licik itu. Beruntung akhirnya mereka bisa bersama. Kecelakaan yang membuat Danish koma dan membuat Bian takut kehilangan.“Apa aku harus bilang sama Tuan Danish?” Bian bergumam pada dirinya sendiri.**“Biaan!!” terdengar teriakan dari ruang TV. Bian yang sudah mengetahui kebusukan Irene, berniat untuk mengerjai wanita itu. Bergegas dia datang.“Iya, Nona Irene?” ucap Bian lemah
Baca selengkapnya

Bab 35

“Biaaannnnnn!!” teriaknya melengking hingga terdengar sampai ke seluruh ruangan di rumah itu.Orang-orang yang berada di dapur langsung mematung dengan mata melotot. Burung-burung yang hinggap di pohon langsung beterbangan tak tentu arah. Tikus-tikus di got langsung pingsan dan tak bangun lagi. Sementara Bian malah tertawa cekikikan berlari ke bawah.Irene memuntahkan jus yang entah terbuat dari apa saja, yang jelas rasanya sangat pedas dan membuat bibirnya langsung dower. Dia bangkit dari bathtub dan langsung mengenakan handuk kimononya. Berjingkat dan gegas keluar kamar untuk mencari si Biang Masalah.“Biiaannnn!” teriaknya lagi dengan berkacak pinggang, menuruni tangga melingkar yang sangat lebar.Perasaan aneh mulai menjalar. Kulitnya mulai terasa gatal. Irene menggaruk tangan dan bagian tubuhnya yang lain. Rasa gatal itu berubah panas dan perih. Saat dia melihat pada tangannya, terlihat sudah bentol-bentol kemerahan.Dia kembali berteriak dengan lengkingan 10 oktaf. “Biiaann!!”G
Baca selengkapnya

Bab 36

“Ada apa ini, Sayang? Kenapa kamu malah bikin jus buat dia?” Danish terlihat marah.“Sstt.” Bian menyilangkan telunjuknya di bibir Danish yang langsung terdiam.“Tapi, Sayang ….”“Ssstt!” Bian kembali membungkam mulut itu agar tak lagi bersuara.“Aku sengaja berbuat seperti itu untuk memberinya pelajaran. Aku masukan beberapa cabe ke dalam jusnya. Dan air rendaman untuk mandinya aku kasih ulet bulu.” Bian terkikik. Wajah Danish yang sedari tadi masam langsung melengkung senyum.“What? Kamu jahil sekali,” katanya ikut tertawa.Bian terdiam sejenak. Memikirkan, apakah harus mengungkapkan apa yang tadi didengarnya atau tidak.“Kenapa diam?” Danish mengangkat dagu istrinya itu agar wajahnya tak lagi menunduk.“Aku … tadi … denger sesuatu.” Bian berucap ragu. Menatap manik kebiruan yang masih saja menatapnya penasaran.“Mbak Irene … dia ngobrol sama seseorang di HP-nya. Dia bilang kalau dia … mau minta mobil sama Tuan. Aku jadi cemburu, pengen juga.” Bian berbohong. Belum saatnya Danish ta
Baca selengkapnya

Bab 37

“Ok, Mbak Irene. Kamu mau mobil apa?” tanya Bian ramah.“Mercy,” sambar Irene menjawab.Bian langsung melingkarkan jari telunjuk dan jempolnya. “Ok.”Danish melotot tak setuju. Namun, Bian malah tersenyum manis padanya. Sungguh senyuman yang mematikan. Danish pun kalah.“Danish pasti tahu seleraku. Warna merah ya,” ujar Irene sambil mengedipkan sebelah matanya.**Bian memilih sebuah Honda civic turbo yang menurutnya bagus, walaupun Danish menawarkan yang jauh lebih mahal, tetapi Bian menolaknya.“Aku suka ini yang warna merah,” pinta Bian memelas. Danish pun setuju. Mereka pulang bersama, sambil Bian belajar menyetir. Wanita yang cerdas, hanya diberi contoh beberapa kali dan berkeliling dulu, Bian pun mulai bisa mengendalikan kemudi.Mata irene membelalak saat melihat kebahagiaan Bian juga Danish yang tertawa saat turun dari mobil barunya. Dia memindai ke segala arah, masih tak terlihat mobil yang dia inginkan.“Punyaku mana?” Irene merengek sambil berjinjit mencari.“Tunggu sebentar
Baca selengkapnya

Bab 38

Bian menggeliat. Tubuhnya terasa sakit. Matanya memicing dan lalu dia terlonjak kaget.“Di mana ini?” tanyanya pada diri sendiri. Tidak ada siapa-siapa lagi di sana, selain dirinya yang hanya memakai sebuah lingerie. Bian mengingat-ngingat kembali kejadian tadi siang saat dirinya belajar mengemudi. Hampir menabrak seseorang, lalu ada yang membiusnya.Bian bergegas bangkit dan mencari pakaiannya. Semuanya tergeletak begitu saja di lantai.Aneh, pikirnya. Entah siapa yang membawanya ke hotel itu dan menggantikan bajunya. Saat dia memunguti helaian baju, matanya menangkap sesuatu yang berkilauan di bawah meja. Sebuah anting berlian. Rasanya Bian pernah melihatnya, tapi entah di mana. Dia ambil dan memasukannya ke dalam saku celana.Bian menilik sekeliling saat keluar kamar. Hanya sebuah hotel melati. Bahkan tidak ada resepsionis yang menunggu di meja depan.Bian celingukan. Hanya ada seorang lelaki yang sedang menyapu halaman. Bian gegas menghampirinya.“Permisi, Pak. Maaf mau tanya. Ke
Baca selengkapnya

Bab 39

Mata Danish melebar saat melihat Bian mengeluarkan baju-bajunya dan memasukannya ke dalam tas.“Bian, mau ke mana?” tanya Danish mulai ketakutan. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir ranum itu. Hanya titik air mata yang tak juga berhenti keluar. Bian terus memasukan setiap helai pakaiannya.Danish memang marah karena cemburu, tetapi dia tak berniat sama sekali memukul istrinya. Dia benar-benar telah lepas kendali.“Bian, please. I’m sorry. I didn’t mean to hurt you.” Danish memelas. Namun, Bian tak pedulikan. Dia terus melangkah ke luar meninggalkan lelaki itu yang terus mengejarnya.Rey menatap heran pada wanita yang melangkah lebar-lebar dengan tas dalam tentengannya.“Bian, mau ke mana? Aku antar,” tawar Rey. Bian bergeming dan melanjutkan langkahnya. Rey bergegas mengikutinya. Namun, sebuah tangan menariknya.“Kau jangan ikut campur. Dia itu tanggungjawabku,” sergah Danish dengan nyalang.Bian yang tengah melangkah, berhenti seketika. Dia berbalik, melepaskan tas dari
Baca selengkapnya

Bab 40

Bian bab 25 di kbmDanish berulang kali menelepon Bian, tetapi ponselnya masih saja mati. Dia merasa frustrasi karena kecemburuan juga rasa sesalnya.Dia merutuki diri sendiri yang bodoh karena menampar wanita kesayangannya itu.“What the hell was happened to me? Oh my God. Poor Bian. Stupid Danish,” rutuknya sambil mondar-mandir di ruang kerjanya.“Tyo. Ya, aku harus menghubungi Tyo. Dia pasti pulang ke rumah itu,” gumam Danish. Dia lalu meraih ponsel dan mulai mencari nomor lelaki yang pernah menjual putrinya itu.Nada sambung terdengar setelah Danish menghubungi nomornya.“Halo, Tuan.” Terdengar suara Tyo di sana. Danish terdiam sejenak sebelum akhirnya memberanikan diri menanyakan tentang istrinya.“Apakah Bian ke sana?” tanyanya ragu.Tyo mengernyit.“Bian?” tanyanya bingung.Dari jawaban ayah mertuanya itu Danish bisa mengambil kesimpulan jika sang istri tidak pulang ke sana.“Tidak apa-apa. Terima kasih,” ucap Danish sebelum menutup sambungan teleponnya.Dua tangan melingkar ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status