Share

Bab 37

Author: Lia M Sampurno
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Ok, Mbak Irene. Kamu mau mobil apa?” tanya Bian ramah.

“Mercy,” sambar Irene menjawab.

Bian langsung melingkarkan jari telunjuk dan jempolnya. “Ok.”

Danish melotot tak setuju. Namun, Bian malah tersenyum manis padanya. Sungguh senyuman yang mematikan. Danish pun kalah.

“Danish pasti tahu seleraku. Warna merah ya,” ujar Irene sambil mengedipkan sebelah matanya.

**

Bian memilih sebuah Honda civic turbo yang menurutnya bagus, walaupun Danish menawarkan yang jauh lebih mahal, tetapi Bian menolaknya.

“Aku suka ini yang warna merah,” pinta Bian memelas. Danish pun setuju. Mereka pulang bersama, sambil Bian belajar menyetir. Wanita yang cerdas, hanya diberi contoh beberapa kali dan berkeliling dulu, Bian pun mulai bisa mengendalikan kemudi.

Mata irene membelalak saat melihat kebahagiaan Bian juga Danish yang tertawa saat turun dari mobil barunya. Dia memindai ke segala arah, masih tak terlihat mobil yang dia inginkan.

“Punyaku mana?” Irene merengek sambil berjinjit mencari.

“Tunggu sebentar
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Noor Rehan
next.. ditunggu nih .............
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA   Bab 38

    Bian menggeliat. Tubuhnya terasa sakit. Matanya memicing dan lalu dia terlonjak kaget.“Di mana ini?” tanyanya pada diri sendiri. Tidak ada siapa-siapa lagi di sana, selain dirinya yang hanya memakai sebuah lingerie. Bian mengingat-ngingat kembali kejadian tadi siang saat dirinya belajar mengemudi. Hampir menabrak seseorang, lalu ada yang membiusnya.Bian bergegas bangkit dan mencari pakaiannya. Semuanya tergeletak begitu saja di lantai.Aneh, pikirnya. Entah siapa yang membawanya ke hotel itu dan menggantikan bajunya. Saat dia memunguti helaian baju, matanya menangkap sesuatu yang berkilauan di bawah meja. Sebuah anting berlian. Rasanya Bian pernah melihatnya, tapi entah di mana. Dia ambil dan memasukannya ke dalam saku celana.Bian menilik sekeliling saat keluar kamar. Hanya sebuah hotel melati. Bahkan tidak ada resepsionis yang menunggu di meja depan.Bian celingukan. Hanya ada seorang lelaki yang sedang menyapu halaman. Bian gegas menghampirinya.“Permisi, Pak. Maaf mau tanya. Ke

  • GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA   Bab 39

    Mata Danish melebar saat melihat Bian mengeluarkan baju-bajunya dan memasukannya ke dalam tas.“Bian, mau ke mana?” tanya Danish mulai ketakutan. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir ranum itu. Hanya titik air mata yang tak juga berhenti keluar. Bian terus memasukan setiap helai pakaiannya.Danish memang marah karena cemburu, tetapi dia tak berniat sama sekali memukul istrinya. Dia benar-benar telah lepas kendali.“Bian, please. I’m sorry. I didn’t mean to hurt you.” Danish memelas. Namun, Bian tak pedulikan. Dia terus melangkah ke luar meninggalkan lelaki itu yang terus mengejarnya.Rey menatap heran pada wanita yang melangkah lebar-lebar dengan tas dalam tentengannya.“Bian, mau ke mana? Aku antar,” tawar Rey. Bian bergeming dan melanjutkan langkahnya. Rey bergegas mengikutinya. Namun, sebuah tangan menariknya.“Kau jangan ikut campur. Dia itu tanggungjawabku,” sergah Danish dengan nyalang.Bian yang tengah melangkah, berhenti seketika. Dia berbalik, melepaskan tas dari

  • GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA   Bab 40

    Bian bab 25 di kbmDanish berulang kali menelepon Bian, tetapi ponselnya masih saja mati. Dia merasa frustrasi karena kecemburuan juga rasa sesalnya.Dia merutuki diri sendiri yang bodoh karena menampar wanita kesayangannya itu.“What the hell was happened to me? Oh my God. Poor Bian. Stupid Danish,” rutuknya sambil mondar-mandir di ruang kerjanya.“Tyo. Ya, aku harus menghubungi Tyo. Dia pasti pulang ke rumah itu,” gumam Danish. Dia lalu meraih ponsel dan mulai mencari nomor lelaki yang pernah menjual putrinya itu.Nada sambung terdengar setelah Danish menghubungi nomornya.“Halo, Tuan.” Terdengar suara Tyo di sana. Danish terdiam sejenak sebelum akhirnya memberanikan diri menanyakan tentang istrinya.“Apakah Bian ke sana?” tanyanya ragu.Tyo mengernyit.“Bian?” tanyanya bingung.Dari jawaban ayah mertuanya itu Danish bisa mengambil kesimpulan jika sang istri tidak pulang ke sana.“Tidak apa-apa. Terima kasih,” ucap Danish sebelum menutup sambungan teleponnya.Dua tangan melingkar ke

  • GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA   Bab 41

    Bian yang menduduki posisi bagus di perusahaan, membuat karyawan lama merasa curiga. Apalagi terdengar selentingan kabar jika Bian hanya tamatan SMA. Semua itu didapat dari data yang dilampirkan di surat lamaran.Salah satu staff personalia yang merasa iri membocorkan hal itu pada temannya di divisi lain. Kabar dari mulut ke mulut begitu cepat tersebar.Wajah Bian yang cantik juga menjadi pusat perhatian para lelaki. Hal itu menambah kebencian para karyawati.“Anak kemarin sore, tamatan SMA pula, langsung jadi supervisor. Aku yakin ada main di belakang,” bisik seseorang saat mereka makan siang di kantin.“Emang cantik, sih, nggak heran kalo dia jadi simpanannya Pak Davin,” timpal yang lain.“IStri Pak Davin, kan, juga cantik. Masa iya, sih?” salah satu dari mereka tidak begitu percaya.“Ya, namanya lakik. Walopun istri di rumah udah cetar membahenol, terus liat cewek buluk pun, tetep aja matanya jelalatan. Persis kucing garong,” balas yang satunya lagi.Obrolan mereka terhenti saat me

  • GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA   Bab 42

    “Aime, tolong siapkan penerbanganku ke Surabaya sekarang juga!” ucapnya tegas. Dia tak meminta hal itu saat di ruang meeting tadi, karena masih menghargai para staff-nya.“Dengan pesawatmu?” tanya Aime meyakinkan.“Tentu saja. Aku tidak ingin membuang waktu,” jawab Danish berapi-api.Perjalanan Jakarta-Surabaya yang memakan waktu satu jam terasa begitu lama. Danish sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Bian.Danish pun merasa aneh, bagaimana Bian bisa sampai tinggal di Surabaya dan langsung bekerja dengan mudah.Tiba di Bandara Juanda, Danish sudah ditunggu oleh seseorang dan mereka bergegas menuju tempat Bian bekerja.Jarinya mengetuk-ngetuk punggung tangan tanda tak sabar. Sebuah gedung perkantoran berlantai empat sudah tak lagi jauh darinya. Dia meminta turun saat mobil di depan lobby.“Kau parkir saja. Aku telepon kalau semua sudah selesai,” ujar Danish. Sang sopir hanya mengangguk dari balik kemudi.“Aku mau bertemu dengan Bian,” ucap Danish tegas tanpa basa-basi di depan meja r

  • GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA   Bab 43

    Bian menggeliat. Tubuhnya benar-benar lelah jika sudah menghabiskan waktu dengan Danish. Perutnya keroncongan. Jam sudah menunjukan pukul 3 sore. Bian melirik ke sebelah kirinya, Danish terlelap lengkap dengan dengkuran halusnya. Dia pasti kecapean setelah pergumulan panjang.Bian merasa tak enak hati dengan staff yang lain, di saat jam kerja dia malah pergi meninggalkan tugasnya. Sudah pasti staff yang lain yang mengerjakan tugasnya.Beringsut turun dari tempat tidur dengan menutupi tubuhnya dengan selimut tipis berwarna putih, Bian memunguti pakaiannya yang terserak, lalu pergi ke kamar mandi. Dalam waktu 10 menit dia sudah beres mandi dan mengendap pergi.Beruntung di seberang hotel ada beberapa taksi yang mangkal, sehingga Bian tidak perlu repot-repot memesan taksi online. Pertemuan singkatnya dengan Danish, tidak menghasilkan sesuatu yang pasti. Apakah dia percaya dengan penjelasannya, atau hanya sekedar memanfaatkan pertemuan mereka demi untuk memuaskan hasrat.Langkahnya diperc

  • GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA   Bab 44

    Bian yang sedang membereskan barang-barangnya merasa tak enak dengan sikap Danish di tempat kerjanya. Dia lalu menghentikan kegiatannya dan menghampiri Danish yang masih menatap nyalang pada maya.“Tuan, tolong tenanglah. Dia tidak tahu kalau kau ini sangat berkuasa. Ayo kita pergi saja.” Bian merengek, menghalangi tubuh jangkung yang tegap menantang. Bian memegangi kedua tangan Danish, menggoyangkannya sambil memelas.“Dengar! Ayo kita kembali ke hotel dan mengulang yang tadi. Lupakan saja keributan ini, ” bisiknya sambil berjinjit, menempelkan bibir ke telinga Danish. Tidak ada cara lain untuk menurunkan emosi lelakinya selain dengan merayu seperti itu.Danish yang sedari tadi menatap nyalang pada Maya, lalu mengalihkan tatapannya pada Bian dan tersenyum. Namun, sedetik kemudian Danish kembali menatap marah pada Maya.“Dengar! Kalau bukan karena istriku yang minta, sudah kutendang kau ke jalanan!” bentak Danish. “Minta maaf dan berterima kasihlah pada istriku sekarang juga!” titahny

  • GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA   Bab 45

    Danish menatap secarik kertas berwarna hitam putih dengan gambar siluet bayi tak begitu jelas. Dahinya mengernyit. Dia tidak meyakini kebenaran tentang gambar hasil USG itu.Tanpa mengatakan apapun, Danish pergi dan melempar begitu saja hasil USG itu ke atas meja.“Gambar seperti ini bisa punya siapa saja. Aku tidak akan percaya sampai lihat hasil tes DNA,” ujarnya santai.Irene terlihat kesal dan meremas kertas hitam putih itu hingga tak berbentuk.“Dasar laki-laki nggak bertanggungjawab!” teriak Irene geram.Danish yang hampir menginjakan kakinya di undakan tangga terhenti seketika dan perlahan berbalik. Tersungging senyum sinis di wajahnya.“Kau bilang aku tidak bertanggungjawab?” Danish tersenyum kecut. “Lalu bagaimana kau bisa tinggal di sini dengan uang yang aku berikan padamu setiap kau minta?”Irene melengos.“Kau tidak pernah memperlakukan aku seperti kau perlakukan Bian. Kau tidak adil!” Irene kemudian berani berteriak.Danish melangkahkan kakinya mendekati wanita itu.“Apa

Latest chapter

  • GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA   Bab 50

    Danish duduk termenung di pinggir ranjang. Tatapannya kosong. Bian mengelus punggungnya perlahan.Lelaki itu perlahan menoleh. “Apa kamu memang merencanakan ini semua sebelum berangkat ke sini?” tanya Danish. Bian mengangguk.“Jadi kamu sudah tahu kebobrokan mereka?”Bian kembali mengangguk.Danish memejamkan matanya dan melengos.“Dia lelaki yang paling aku benci. Tidak pernah berubah walaupun sudah tua. Dia tidak pernah puas dengan satu wanita,” ucapnya menyesalkan.“Apakah itu yang menjadi alasanmu berganti-ganti wanita?” tanya Bian polos.Danish menoleh dan menatap wanitanya lekat. “Aku jadikan itu sebagai pelampiasan. Selain ibuku, aku menganggap semua wanita adalah sama. Makhluk murah dan menjijikan. Mereka hanya bisa menjadi pemuas nafsu sesaat. Sebelum akhirnya aku bertemu kamu dan menyadari semuanya. Kau berbeda, Bian,” ungkap Danish.“Setiap wanita yang kutemui, mereka dengan mudah menyerahkan kehormatannya demi sejumlah uang. Ada juga yang tergila-gila padaku dan mau melaya

  • GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA   Bab 49

    “Apa-apaan ini?” Irene berusaha mempertahankan selimut yang menutupi tubuh polosnya. Namun, Monic pun tak mau kalah. Dia menarik tangan Irene yang tengah duduk dan menyilangkan tangan di dadanya.Monic tahu, semua itu demi menutupi tubuhnya yang tak memakai apapun.“Berengsek, ya, kalian! Nggak punya otak! Nggak punya hati!” teriak Monic.“Kau perempuan ular, Irene! Kau tega menikamku dari belakang. Akan aku bongkar semua kebobrokanmu sekarang juga.” Monic berteriak dengan napas yang naik turun. Matanya merah menahan sedih dan amarah.“Perlu kau tau, Danish. Kalau sebetulnya sekarang ini dia tidak hamil. Dia berpura-pura hamil supaya bisa menjebakmu dan memperoleh semua kekayaanmu.” Monic terengah.Danish terperangah. Namun, tidak dengan Bian. Dia sudah bisa menduganya.“Diam kau sialan!” Irene kini yang bangkit walaupun dengan gerakan tak bebas karena berusaha menutupi tubuhnya yang polos.“Aku tidak akan tinggal diam, Irene! Kau tega menggoda Demian di belakangku!” balas Monic.Bian

  • GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA   Bab 48

    Bian masih menyembunyikan masalah itu dari Danish. Dia tidak ingin menambah beban suaminya yang tengah sibuk dengan pekerjaan dan bisnisnya. Bian berencana akan menangkap basah keduanya dengan disaksikan oleh Danish juga Monic.Dia yakin jika tak lama lagi Irene akan meminta izin pada Danish untuk pergi ke luar kota, entah dengan memberikan alasan apa.Benar saja, hanya berselang beberapa hari, Irene meminta izin pada Dnish jika dia akan ada acara reuni dengan teman-temannya di Bali. Tepat seperti yang pernah Bian dengar saat di kafe jika kedua pasangan selingkuh itu akan pergi ke Bali.“Boleh, kan, Danish?” pinta Irene dengan rengekan manjanya. Danish tak menanggapi. Dia malah asik melanjutkan makan malamnya.“Tuan, Mbak Irene lagi bertanya.” Bian berbisik. Namun, Danish tak menggubrisnya.“Aku nggak peduli. Mau dia pergi ke neraka sekalipun, aku nggak peduli,” jawab Danish. Bian tersenyum malas. Sedangkan Irene tampak biasa saja dengan sikap Danish yang tak peduli.“Jadi kamu kasih

  • GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA   Bab 47

    “Hei, Bian.” Sebuah suara menyapa Bian yang sedang memilih pakaian di sebuah pusat perbelanjaan. Sekarang dia sudah berani ke mana-mana sendiri tanpa diantar oleh Danish yang super sibuk.“Hei, Lena!” Bian ikut terperangah saat melihat siapa yang menyapanya. Seorang teman lama semasa SMA.“Kamu keren, ya, sekarang. Makin cantik dan modis aja,” ujarnya sambil menilik Bian dari atas sampai bawah.Bian tertawa kecil.“Kamu lagi beli baju?” tanyanya dan Bian mengangguk.“Katanya, sekarang kamu punya suami yang kaya raya, ya? keren, deh, Bian.”Karena merasa tak enak diperhatikan oleh orang-orang, Bian mengajak Lena untuk mengobrol di kafe.“Kamu yang traktir, ya?” goda Lena mengedipkan mata. Bian tersenyum sambil mengacungkan jempolnya.Mereka kembali mengobrol setelah memesan makanan dan minuman. Lena menanyakan kehidupan Bian yang konon bersuamikan seorang bule kaya. Bian hanya tertawa tanpa banyak mengungkapkan bagaimana Danish sebenarnya.“Sama ajalah sama yang lain. Bedanya suamiku e

  • GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA   Bab 46

    Mata biru itu membelalak saat melihat siapa yang sedang duduk di ruang TV. Dengan santainya Rey memindahkan saluran sambil bersilang kaki.“Berani juga kau ke sini,” sindir Danish yang baru turun dari kamarnya. Rey tersenyum malas.“Aku ingin tahu keadaan Bian,” jawab Rey dengan entengnya.Danish terbahak.“Apa kau terlalu santai hingga mengurusi istri orang, hah? Dia itu tanggungjawabku, kau tidak perlu repot-repot memikirkannya. Hidupnya sudah sempurna dengan berada di sisiku.”Rey bangkit dan tersenyum kecut. “Oh, ya? Bagaimana dengan ini?” ucapnya menunjukan surat panggilan dari Pengadilan Agama.Danish membelalak. Dia tak menyangka jika Bian benar-benar mengajukan gugatan cerai.Dengan penuh amarah Danish menyambar surat itu dan menyobeknya hingga berkeping-keping.“Ini hanya lelucon. Bian akan segera mencabutnya,” ucap Danish jumawa.“Oh ya? Apa kau sudah yakin?” tanya Rey mengejek.Danish kembali terbahak. Dia kemudian meneriakan nama sang istri dengan lantang. Memangginya agar

  • GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA   Bab 45

    Danish menatap secarik kertas berwarna hitam putih dengan gambar siluet bayi tak begitu jelas. Dahinya mengernyit. Dia tidak meyakini kebenaran tentang gambar hasil USG itu.Tanpa mengatakan apapun, Danish pergi dan melempar begitu saja hasil USG itu ke atas meja.“Gambar seperti ini bisa punya siapa saja. Aku tidak akan percaya sampai lihat hasil tes DNA,” ujarnya santai.Irene terlihat kesal dan meremas kertas hitam putih itu hingga tak berbentuk.“Dasar laki-laki nggak bertanggungjawab!” teriak Irene geram.Danish yang hampir menginjakan kakinya di undakan tangga terhenti seketika dan perlahan berbalik. Tersungging senyum sinis di wajahnya.“Kau bilang aku tidak bertanggungjawab?” Danish tersenyum kecut. “Lalu bagaimana kau bisa tinggal di sini dengan uang yang aku berikan padamu setiap kau minta?”Irene melengos.“Kau tidak pernah memperlakukan aku seperti kau perlakukan Bian. Kau tidak adil!” Irene kemudian berani berteriak.Danish melangkahkan kakinya mendekati wanita itu.“Apa

  • GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA   Bab 44

    Bian yang sedang membereskan barang-barangnya merasa tak enak dengan sikap Danish di tempat kerjanya. Dia lalu menghentikan kegiatannya dan menghampiri Danish yang masih menatap nyalang pada maya.“Tuan, tolong tenanglah. Dia tidak tahu kalau kau ini sangat berkuasa. Ayo kita pergi saja.” Bian merengek, menghalangi tubuh jangkung yang tegap menantang. Bian memegangi kedua tangan Danish, menggoyangkannya sambil memelas.“Dengar! Ayo kita kembali ke hotel dan mengulang yang tadi. Lupakan saja keributan ini, ” bisiknya sambil berjinjit, menempelkan bibir ke telinga Danish. Tidak ada cara lain untuk menurunkan emosi lelakinya selain dengan merayu seperti itu.Danish yang sedari tadi menatap nyalang pada Maya, lalu mengalihkan tatapannya pada Bian dan tersenyum. Namun, sedetik kemudian Danish kembali menatap marah pada Maya.“Dengar! Kalau bukan karena istriku yang minta, sudah kutendang kau ke jalanan!” bentak Danish. “Minta maaf dan berterima kasihlah pada istriku sekarang juga!” titahny

  • GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA   Bab 43

    Bian menggeliat. Tubuhnya benar-benar lelah jika sudah menghabiskan waktu dengan Danish. Perutnya keroncongan. Jam sudah menunjukan pukul 3 sore. Bian melirik ke sebelah kirinya, Danish terlelap lengkap dengan dengkuran halusnya. Dia pasti kecapean setelah pergumulan panjang.Bian merasa tak enak hati dengan staff yang lain, di saat jam kerja dia malah pergi meninggalkan tugasnya. Sudah pasti staff yang lain yang mengerjakan tugasnya.Beringsut turun dari tempat tidur dengan menutupi tubuhnya dengan selimut tipis berwarna putih, Bian memunguti pakaiannya yang terserak, lalu pergi ke kamar mandi. Dalam waktu 10 menit dia sudah beres mandi dan mengendap pergi.Beruntung di seberang hotel ada beberapa taksi yang mangkal, sehingga Bian tidak perlu repot-repot memesan taksi online. Pertemuan singkatnya dengan Danish, tidak menghasilkan sesuatu yang pasti. Apakah dia percaya dengan penjelasannya, atau hanya sekedar memanfaatkan pertemuan mereka demi untuk memuaskan hasrat.Langkahnya diperc

  • GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA   Bab 42

    “Aime, tolong siapkan penerbanganku ke Surabaya sekarang juga!” ucapnya tegas. Dia tak meminta hal itu saat di ruang meeting tadi, karena masih menghargai para staff-nya.“Dengan pesawatmu?” tanya Aime meyakinkan.“Tentu saja. Aku tidak ingin membuang waktu,” jawab Danish berapi-api.Perjalanan Jakarta-Surabaya yang memakan waktu satu jam terasa begitu lama. Danish sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Bian.Danish pun merasa aneh, bagaimana Bian bisa sampai tinggal di Surabaya dan langsung bekerja dengan mudah.Tiba di Bandara Juanda, Danish sudah ditunggu oleh seseorang dan mereka bergegas menuju tempat Bian bekerja.Jarinya mengetuk-ngetuk punggung tangan tanda tak sabar. Sebuah gedung perkantoran berlantai empat sudah tak lagi jauh darinya. Dia meminta turun saat mobil di depan lobby.“Kau parkir saja. Aku telepon kalau semua sudah selesai,” ujar Danish. Sang sopir hanya mengangguk dari balik kemudi.“Aku mau bertemu dengan Bian,” ucap Danish tegas tanpa basa-basi di depan meja r

DMCA.com Protection Status