Semua Bab GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA: Bab 21 - Bab 30

50 Bab

Bab 21

Malam itu saat Danish baru kembali dari kantor, Monic datang ke rumah itu.Bian terperanjat kaget saat mendapati wajah Monic di depan pintu."Selamat malam, Bian," sapanya ramah. Gadis itu terpaku tak percaya melihat sikap Monic. Namun, Bian akhirnya sedikit membungkukkan badannya dan tersenyum ke arah wanita yang akan menjadi ibu mertuanya itu."Selamat Malam, silakan masuk, Nyonya."Bian segera menyingkir dari pintu dan mempersilakan wanita paruh baya itu masuk.Monic kemudian duduk di sofa. Tak berselang lama Rey muncul dan menyambut kedatangan sang mama."Tumben Mama ke sini sendirian? Tidak takut dimakan sama Kak Danish?" tanya Rey sambil terkekeh. Monic mendelik kemudian tertawa."Jangan begitu, Rey. Dia itu kakakmu."Bian, tolong panggilkan dia ke sini, ya," ujarnya dengan senyum manis.Masih dengan rasa tak percaya, Bian mengangguk dan beranjak dari ruangan itu menuju kamar Danish.Bian mengetuk pintu jati itu beberapa kali. Hingga sebuah suara terdengar bersamaan dengan terbu
Baca selengkapnya

Bab 22

"Kau tau, Bian? Kini aku tau artinya cemburu. Sekarang aku berjanji akan setia padamu," desahnya semakin mengeratkan pelukannya."Benarkah?" tanya gadis itu. Danish menjawab dengan anggukan."Bagaimana jika kau melanggar janjimu?""Kau boleh meninggalkanku jika aku melakukannya," jawab Danish lalu mencium kening Bian sekali lagi."Tuan ....""Hmm?""Bolehkah aku mengundang ibuku ke acara kita nanti?" tanya Bian. Danish sontak mengendurkan pelukannya dan menatap dalam pada gadis itu."Tentu saja. Kau boleh mengundang seluruh keluargamu," jawab Danish. Tangannya terulur membetulkan rambut Bian yang sebagian menutupi wajahnya."Kau mau menelponnya atau datang ke rumahmu? Biar nanti asistenku menyiapkan juga pakaian untuk ibumu. Mereka hanya perlu menyiapkan diri. Nanti sopir akan menjemput mereka." Bian tersenyum dalam rengkuhan lelaki itu.***Hari yang dinanti pun tiba. Bian tampil cantik dalam balutan gaun putih d
Baca selengkapnya

Bab 23

Di salah satu sudut taman, Danish melihat gadis itu dengan tubuh yang bergetar. Sepertinya sedang menahan tangis. Rey terlihat menghampiri dan mengelus pelan pundak Bian."Kau kenapa menangis, Bian?" tanya Rey pelan. Gadis itu menggeleng. Rey memutar tubuh Bian agar menghadapnya. Terlihat wajah cantiknya penuh air mata. Rey mengusap perlahan dengan ibu jarinya."Katakan, siapa yang membuatmu mennagis?" selidik Rey. Bian kembali menggeleng."Singkirkan tanganmu dari dia, berengsek!" teriak Danish. Bian dan Rey menoleh pada sumber suara.Danish mendekat dan menatap penuh harap pada Bian. Gadis itu membuang muka."Bian, dengarkan aku!" pinta Danish memohon. Bian melengos. Danish menyentuh lengan gadis bergaun putih itu. Namun, Bian menepisnya kasar. Mata Danish terbelalak."Bian, ini salah paham. Aku tidak melakukan apa-apa," ujar Danish."Oh, jadi kau yang telah membuatnya menangis?" tuding Rey dengan tatapan nyalang. Danish tidak menggubris adiknya. Dia tetap kukuh memohon pada gadis y
Baca selengkapnya

Bab 25

Bian begitu telaten memperhatikan kebutuhan Danish selama di rumah sakit. Banyak perawat yang merasa iri juga kagum padanya. Mereka bisa melihat, seorang gadis sederhana begitu dicintai tuannya."Saatnya makan, Tuan. Setelah itu kau harus minum obat." Bian mengambil kursi dan duduk di sebelah tempat tidur yang sudah disetting seperti orang duduk tanpa mengganjalnya dengan bantal."Haa ... Tuan, kau harus banyak makan biar cepet pulang." Bian menyendok bubur dan menyodorkannya pada Danish. Lelaki itu dengan semangat melahapnya.Danish menatap kagum pada gadis di hadapan. Tanpa terucap dia begitu memujanya."Kenapa kau melihatku seperti itu?" Bian tampak kikuk. Danish mengulurkan tangannya membelai pipi sang gadis."Saat koma, aku selalu memimpikanmu, Bian. Aku rindu melihat wajahmu. Aku pikir tidak akan melihatmu lagi. Aku bersyukur dengan kecelakaan ini."Bian mendongak dan menatap kesal pada Danish."Kau itu aneh sekali, Tuan. Aku berhari-hari menangis melihatmu tak sadarkan diri, ta
Baca selengkapnya

Bab 24

"Ayo ikut aku, Kak Danish kecelakaan." Rey menarik tangan Bian. Gadis itu terbelalak kaget."Kecelakaan? Di mana dia sekarang?" tanya Bian."Di rumah sakit. Ayo kita ke sana sekarang," ajak Rey. Tanpa menghiraukan penampilannya Bian mengangguk cepat dan menurut saat Rey menarik tangannya.***Bian menatap sayu ke dalam ruangan ICU lewat jendela kaca. Lelaki yang baru saja singgah di hatinya kini terbaring lemah.Cinta yang baru saja hadir harus hancur hanya karena sebuah nafsu.'Kenapa kau tidak bisa berubah, Tuan?' Bian menjerit dalam hati.'Kenapa nafsu selalu membutakan matamu? Kenapa cinta yang tulus kau balas pengkhianatan?'Air matanya luruh. Kedua tangannya menyentuh kaca jendela. Pandangannya tak pernah lepas dari sang tuan."Bian, ayo kita ke kantin. Kamu belum makan dari tadi 'kan. Menangis juga butuh energi," bujuk Rey. Bian menoleh."Aku takut terjadi sesuatu pada Tuan Danish. Aku takut dia ...."
Baca selengkapnya

Bab 25

Setelah kembali sehat, Danish diizinkan pulang oleh pihak rumah sakit. Hampir dua minggu dia dirawat dan Bian dengan sabar menjaganya.Pagi itu, Danish sudah terlihat fit dan segar. Saat melihat Bian yang tengah membereskan buku-buku di ruang baca, lelaki itu memeluknya dari belakang. Bian sontak menoleh."Eh, Tuan? Mau kerja ya, sudah keren sekali?""Emh, ya ... aku mau ngajak kamu. Setelah beres pekerjaan, aku akan mengajak kamu mencari baju. Jadi bersiaplah." Danish membalikkan tubuh dalam pelukannya. Bian tersenyum dan mengangguk."Aku pakai baju yang mana, Tuan?""Yang mana saja, kamu pasti cantik.""Ish, aku beneran bertanya padamu, Tuan. Agar aku tidak membuatmu malu," ujar Bian sambil mengerucutkan bibirnya."Kapan kamu membuatku malu? Sudahlah pakai baju yang mana saja yang kamu suka, hmm.""Bian!""Ya, Tuan?""Kenapa kamu masih mengerjakan semua pekerjaan ini? Sebentar lagi kan kamu jadi nyonya di sini."Bian terlihat bingung mau menjawab apa."Emh, itu ... karena aku kan ma
Baca selengkapnya

Bab 27

Berhubung persiapan hanya dalam waktu dua minggu saja, salah satu hotel di daerah Lembang, Bandung disarankan oleh Aime, walaupun tadinya Danish menginginkan pesta di Bali. Namun, sepertinya kondisi tubuh Danish yang baru sembuh tidak memungkinkan untuk perjalanan jauh.Beruntung pada pada tanggal yang diinginkan, hotel yang memiliki area out door yang cukup luas itu, kosong tidak ada yang booking.Saat melihat tawaran dari Aime, Danish langsung mengangguk setuju. Tamu undangan hanya berjumlah sekitar dua ratus orang saja, begitu kata lelaki bertinggi 185 sentimeter itu.Sebuah gaun pengantin sudah Bian dapatkan dari seorang perancang busana terkenal. Beruntung juga tubuh Bian yang mungil bisa dengan mudah mendapatkan ukuran yang pas.Sepulang kerja Danish langsung mencari sang calon istri. Bian yang sedang belajar membuat kue, dikagetkan dengan sebuah pelukan dari belakang. Kecupan mesra mendarat di puncak kepalanya."Sedang apa calon istriku?" Gadis itu mendongak. Saat melihat Pak A
Baca selengkapnya

Bab 28

"Sayang, sekarang aku akan membawamu ke mana pun aku pergi," bisik Danish."Ayo kita tinggalkan tempat ini, aku akan mengajakmu berkeliling dulu, dan setelah itu ...."Danish mengelus rambut Bian yang sudah ditata sedemikian rupa. Wajah wanita itu merona. Malu-malu dia menunduk."Ayo!"Danish menarik Bian menuju mobil pengantin yang sudah disiapkan pihak WO.Setelah Bian naik, Danish juga segera naik ke mobil itu."Aku akan membawa pengantinku menjauh dari keramaian," ujar Danish yang segera menyalakan mobil dan menancap gas. Bian yang kaget memukul pelan lengan suaminya. Danish tertawa jahil."Kita pakai gaun seperti ini? Aku rasanya repot sekali, Tuan. Bajunya terlalu panjang," ungkap Bian."Nanti di sana kita tidak perlu memakai baju, Bian." Danish terkekeh dan mengerling nakal pada sang istri. Bian mendelik malu-malu."Di belakang ada baju dan beberapa kemejaku. Tadi aku memang sudah berencana menculikmu." Danish kembali terkekeh dan menunjuk ke bagian jok belakang. Bian menoleh
Baca selengkapnya

Bab 29

Danish meraih leher Bian dan menarik wajahnya semakin mendekat. Ciuman panas tanpa ampun bertubi-tubi lelaki itu daratkan. Diiringi deru napas yang memburu mereka larut dalam irama cinta yang indah.Bian tersentak kaget saat sang suami membuka resleting di punggungnya."Kenapa? Kita sudah sah sekarang, Bian" bisik Danish dengan suara yang serak dan napas tersengal."Ini masih siang, Tuan." Bian mencoba beralasan."Kenapa harus malam, kalau siang pun bisa?" ujar Danish menaikan sebelah alisnya."Emh ... itu ... itu ....""Apalagi, Sayang?" Danish membelai bibir Bian perlahan dan menatapnya dengan hasrat menggebu."Aku ... aku takut, Tuan," ujar Bian polos."Hmm?" Danish menautkan kedua alisnya tidak mengerti dengan ucapan Bian."Ini yang pertama bagiku, Tuan. Aku takut sekali," ucap Bian menatap sang suami. Danish paham dengan yang dirasakan oleh istrinya. Dia membelai lembut kepala wanitanya."Aku akan melakukannya perlahan. Aku tidak akan melakukannya hingga kau benar-benar siap."De
Baca selengkapnya

Bab 30

Hari sudah pagi, saat Bian membuka matanya. Manik bulat itu mengerjap kala sinar matahari menembus gorden yang sedikit tersibak. Bian menoleh ke samping tubuhnya. Danish terlihat masih terlelap. Dadanya yang naik turun dan suara dengkuran halusnya masih terdengar.Bian menatap lelaki yang baru sehari menjadi suaminya. Tidak sedikitpun pernah terlintas di benaknya jika dia akan menikahi seseorang seperti Danish. Seorang lelaki kaya, tetapi suka berpetualang.Bulu matanya yang lentik, makin terlihat saat terpejam. Bian mengelus pipi yang berwarna putih kemerahan itu perlahan."Kamu, tampan sekali, Tuan," gumam Bian sambil tersenyum jahil. Dia terus memainkan bulu mata lentik itu. Bian pun menatap hidung bangir itu dan menyentuhnya dengan telunjuk, lalu turun ke bibir tipis kemerahan. Bian hendak menciumnya, tatkala tak disangka mata itu terbuka. Bian menjerit kaget."Aku memang tampan, Bian. Kenapa kamu baru menyadarinya? Hmm?" Alis Danish naik sebelah."Tuan, kau mengagetkanku saja!" p
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status