Home / Romansa / GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of GADIS KESAYANGAN TUAN MUDA: Chapter 11 - Chapter 20

50 Chapters

Bab 11

Bianca berusaha mencari tahu. Namun, Danish hanya menggeleng."Tidak apa-apa, aku hanya terluka sedikit," ucap Danish datar. "Coba aku lihat, Tuan." Bianca menarik paksa lengan Danish. Namun, yang dipaksa enggan memberikan tangannya. Danish mundur untuk menghindari Bianca. Akan tetapi gadis itu tetap memaksa ingin melihat luka tuannya. Karena gerakan mereka yang saling menarik, tanpa sengaja handuk yang dipakai Danish terlepas. Bianca yang sedang berusaha menarik tangan Danish, refleks menjerit dan menutup matanya saat melihat sesuatu yang tabu. "Sudah kubilang aku tidak apa-apa. Kenapa kau malah memaksa." Danish menggerutu sambil meraih handuknya dan memakainya kembali. Sepintas Bianca bisa melihat luka di jari tangan Danish yang masih mengeluarkan darah. "Tanganmu berdarah, Tuan. Tunggu sebentar akan aku ambilkan plester dan obat merah," ujar Bianca. Dia berlari ke ruang tengah di mana terdapat peralatan P3K. Setelah didapat, dia segera kembali ke kamar Danish. Di sana Danish
Read more

Bab 12

"Memangnya siapa yang rambutnya acak-acakan?" tanya Danish dingin. Bianca terlihat salah tingkah. "Eh, itu ... ish aku lagi ngomongin Lee Min Ho. Dia kan penampilannya memang rapi," jawab Bianca kikuk. Danish menyunggingkan seulas senyum sinis kemudian berlalu ke kamarnya. "Rey, kakakmu seperti tersinggung," ujar Bianca dengan wajah menyesal. Rey hanya tertawa kecil. "Kak Danish emang selalu serius. Gak usah diambil pusing. Aku mandi dulu ya." Rey bangkit dan berlalu ke kamarnya. Bianca mengangguk sembari tersenyum. ****** Keesokan harinya, saat sore menjelang Bianca mengganti sprei di tiap kamar. Sengaja dilakukan sore, agar saat pemilik kamar tiba sprei-nya terlihat masih bersih. Lagu Pretty Boy dari M2M mengalun merdu dari ponsel gadis itu. I lie awake at night See things in black and white I've only got you inside my mind You know you have made me blind I lie awake and pray That you will look my way I have all this longing in my heart I knew it right from the start
Read more

Bab 13

"Astaga! Tuan, Anda baik-baik saja?" tanya Bianca makin mendekat. Dia sentuhkan punggung tangannya ke kening Danish."Panas sekali, Tuan," ujar Bianca seraya menarik tangannya, "Anda sakit. Tunggu sebentar saya ambilkan kompresan." Bianca segera berlari ke arah dapur dan mengambil air es. Kemudian, sebuah handuk kecil dia ambil dari ruang laundry. Tak lama, gadis itu kembali ke kamar Danish. Dia bahkan tidak menghiraukan pertanyaan dari Rey yang heran melihat Bianca bolak-balik.Bianca mengambil sebuah kursi dan menempatkannya tepat di samping tempat tidur. Dia segera memeras handuk dalam wadah air es dan menempelkannya di kening Danish. Lelaki itu tampak mengernyitkan dahinya. Sepertinya dia tidak nyaman dengan rasa dingin yang tiba-tiba terasa. Tubuhnya menggeliat. "Dingiin," rintihnya pelan. "Tapi Anda panas sekali, Tuan." Bianca menempelkan kembali handuk yang sempat terjatuh. "Minum obat dulu ya? Atau saya panggilkan dokter?" Danish menggeleng. "Aku hanya pusing setelah mem
Read more

Bab 14

"Makanya harus nurut kalau mau diurusin!" ujar Bianca ketus. Danish mengangguk pelan. "Iya, Tuan Putri," jawab Danish lirih. Wajahnya yang pucat tampak memelas. Bianca kembali ke tempat duduknya."Haa ...!"Bianca menyodorkan sesendok bubur yang mulai dingin. Walau rasa mual terasa menyiksa, lelaki bermata elang itu berusaha membuka mulutnya. Sesuap bubur berhasil dia telan dengan kekuatan super."Kamu sakit karena telat makan. Makanya jangan susah makan, Tuan. Apa susahnya, sih? Orang lain pada susah mau makan. Ini tinggal buka mulut, tapi susahnya minta ampun," cerocos Bianca tanpa jeda. Danish memperhatikan gadis itu sambil mengunyah bubur yang terasa pahit di lidah."Kamu cantik kalau lagi cerewet sepert itu," ucap Danish yang berhasil membuat wajah Bianca merah seketika. Gadis itu terlihat salah tingkah."Kalau kamu mau aku gak telat makan, mulai sekarang kamu harus suapin aku tiap hari," lanjut Danish."Kenapa kamu manja sekali, Tuan? Dan kenapa tidak kau nikahi saja salah satu
Read more

Bab 15

Gadis bertubuh mungil itu memindai seisi lemari pendingin yang ukurannya lebih besar dari lemari di kamarnya. Ada chesse cake juga brownies aneka rasa. Setelah mengambil beberapa potong dan menaruhnya di piring kecil, Bianca segera menyiapkan teh chrysant. Secepat kilat dia menaruh di meja di mana Rey sudah ada di sana."Silakan. Aku ke kamar dulu ya." Bianca menyunggingkan seulas senyum sebelum pergi. Baru satu langkah, terdengar lelaki itu memanggil namanya, "Bianca."Gadis itu menoleh."Iya?""Temani aku sebentar. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan sama kamu."Gadis itu urung melanjutkan langkahnya. Dia kembali ke meja dan menarik sebuah kursi di depan Rey.Lelaki itu bangkit. Bianca menatapnya penuh tanya."Tunggu! Sekarang giliranku membuatkan teh untuk kamu. Diam di situ!" pinta lelaki berkaos putih itu. Kening Bianca mengerut.Tak perlu waktu lama, secangkir teh chrysant telah tersaji di depan Bianca. Wanginya menguar seantero ruangan."Kamu belum pernah mencobanya, 'kan? Ban
Read more

Bab 16

Sore itu Bian dengan telaten menyeka tubuh Danish menggunakan waslap, lalu menggantikan bajunya dengan yang baru."Tolong ambilkan juga pakaian dalamku, Bian. Aku sudah tidak nyaman."Mendengar itu mata Bian membulat sempurna."Siapa yang mau pakaikan, Tuan. Memangnya kau bisa memakainya sendiri?" Bian berkacak pinggang dengan wajah memberengut."Tentu saja kau yang pasangkan. Aku mana bisa. Kau lihat sendiri, 'kan, tanganku susah bergerak karena selang infus ini.""Anda jangan ngelantur, Tuan. Sementara kau pakai saja celana dalam itu sampai sembuh.""Biiiaaan, kau bisa membuka dan memakaikannya tanpa melihat. Kau bisa tutupi tubuhku dengan selimut. Ayo, tolonglah. Aku sudah tidak nyaman." Wajah Danish terlihat memelas. Bian menarik napas panjang."Ok, tapi kau tidak boleh berbuat mesum, ya. Kalau tidak, aku potong pakai pisau buah ini!" ancam Bian. Melihat itu, Danish meringis ngeri."Jahat banget kamu, Bian.""Bilang jahat, tapi maunya aku yang urusin. Kau itu aneh sekali, Tuan. Pa
Read more

Bab 17

Bian menyiapkan bubur yang sudah disiapkan juru masak. Semangkuk komplit dengan sayur sop juga telur rebus. Wanginya tercium menggugah selera.Danish sudah mulai membaik dan tidak diinfus lagi. Nafsu makannya sudah kembali."Bian, ada Pak Demian sama Bu Monic ke sini." Yuni tergopoh-gopoh mendekati Bian. Gadis yang hendak beranjak ke kamar tuannya itu seketika berhenti mengangkat baki."Kenapa, Bi? Ada yang harus aku sajikan untuk mereka?" tanya Bian sambil menatap Yuni."Eh, itu nanti saja aku yang siapkan. Kamu hati-hati, dia orangnya jutek sekali," jawab Yuni."Siapa? Tuan Demian menurutku sangat baik. Aku pernah bertemu waktu itu sebentar.""Bu Monic, dia jutek sekali. Dan biasanya suka sok ngatur kalau dia ke sini, terlebih kalau tidak ada Tuan Danish. Hiih juteknya minta ampun." Yuni bergidik ngeri. Bian tertawa kecil melihat kelakuan temannya itu."Ya sudah, aku coba lihat seberapa juteknya Nyonya Monic. Bi Yuni di dapur aja, biar nanti aku yang bawa cemilannya ke depan," ucap
Read more

Bab 18

"Kalian tidak perlu berbasa-basi. Aku tidak butuh perhatian dari kalian. Jika kalian akan berhenti menggangguku kalau aku menikah, baiklah. Secepatnya aku akan menikah," jawab Danish lugas.Mata Demian juga Monic membulat tak percaya. Anak lelaki yang mereka tahu senang berpetualang dari satu wanita ke wanita lainnya itu memutuskan menikah."Benarkah itu? Irene pasti bahagia mendengarnya. Kita bisa siapkan pertemuan keluarga ini dengan keluarga Samuel. Mama akan siapkan dengan sempurna," ujar Monic dengan wajah semringah."Siapa yang bilang padamu aku akan menikah dengan Irene?" tukas Danish sinis membuat mata Monic hampir keluar. Wajahnya terlihat marah."Secepatnya aku akan menikahi Bian. Biar kalian tidak perlu pura-pura khawatir lagi padaku," ujar lelaki itu.Wajah Demian menunjukkan senyum bahagia. Namun, tidak dengan Monic. Dia memandang tajam pada gadis di depannya. Sedang Bian sontak menoleh pada lelaki di sampingnya. Wajah lelaki itu tidak menunjukkan sedang bercanda sama sek
Read more

Bab 19

Bianca11"Bianca, ditunggu Tuan Danish di ruang kerjanya." Erna, salah satu pelayan di sana memberitahu Bianca yang tengah membereskan kamar tidurnya. Bianca melirik pada jam dinding yang tergantung. Pukul 06.10."Jam, segini? Beneran Kak Erna? Memangnya dia sudah bangun?" tanya Bianca menghentikan sejenak pekerjaannya."Iya, tadi aku habis beres-beres di perpustakaan, Tuan Danish lewat. Dia bilang suruh kamu menemuinya di ruang kerja," ucap Erna yakin."Ada apa lagi jam segini?" gumam Bianca pada dirinya sendiri."Ya sudah, Kak, nanti aku ke sana habis beresin kamar," lanjut Bianca.Penampilan gadis itu teramat sederhana. Namun, begitu cantik. Hanya sebuah dress coklat susu selutut dan rambut yang digerai begitu saja, tetapi tidak menyurutkan kecantikannya.Paras cantik yang diturunkan dari sang ayah yang berdarah Cina dan juga sang ibu yang berasal dari padang. Perpaduan yang membuatnya cantik yang unik.Tak ingin membuat sang tuan menunggu lama, Bianca segera beranjak dari kamarny
Read more

Bab 20

Bian 12Bian merapikan rambutnya sekali lagi. Entah perasaan apa yang tumbuh. Yang jelas saat ini hatinya berdebar kencang. Menatap bayangan diri di kaca. Walau tanpa make up wajahnya yang putih mulus dengan pipi kemerahan dan warna bibir merah muda, tetap saja menawan.Gadis itu mengembuskan napas panjang. Mengatur debaran di dada yang semakin tak keruan.
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status