All Chapters of Warisan Istriku yang Mengejutkan: Chapter 81 - Chapter 90

207 Chapters

Alisya

Imas tertegun, mendengar ucapan Denny yang tidak seperti biasanya. Suara Denny terdengar tidak bersahabat dan terkesan marah. Ada apa sebenarnya?["Mas, apa maksud ucapan kamu ini? Bebas? Bebas seperti apa yang kamu maksudkan?"]["Jangan pura-pura nggak ngerti ya, aku penasaran, wanita seperti apakah kamu ini sebenarnya."]Imas semakin bingung, apa yang Denny pikirkan tentang dirinya?["Jangan berbelit-belit, Mas. Kamu bicara seolah kamu sedang marah denganku, tapi apa salahku?"]["Oh, jadi kamu nggak tahu ya apa salah kamu? Itulah nilai kamu sebenarnya, aku baru menyadari bahwa hidupmu terbiasa dengan kebebasan!"]Darah Denny mendidih sampai ke ubun-ubun sehingga ia memutuskan panggilan supaya bisa mengendalikan emosinya.Mengingat bagaimana melihat Imas bersama Faza dan bermesraan, hatinya mulai goyah."Aku akan membuat perhitungan denganmu Imas," gumamnya.Lalu ia melangkah pulang ke rumah yang dulu ia tempati bersama Imas. Tadinya Imas me
Read more

Goyah

Hari pernikahan Imas yang semakin dekat, membuat Faza semakin terlihat cemas. Pria itu berdiri melamun di sebuah kafe dekat dengan perusahaan Denny, memikirkan bagaimana ia bisa menghapus perasaannya pada wanita itu, haruskah ia menyerah begitu saja?Secara kebetulan juga, Denny melihat Faza di kejauhan dari mobilnya. Lalu iapun turun dan berjalan mendekati Faza di kafe tersebut.Denny melihat bagaimana wajah Faza yang terlihat muram dan termenung sendiri.Setelah dekat,"Aku jadi penasaran, laki-laki macam kamu ini sepertinya selalu terobsesi dengan istriku dan sekarang dengan calon istriku," kata Denny membuyarkan lamunan Faza. "Hei bung, sadar dikit dong, berhati-hati kalau kamu main api," lanjut Denny menyindir.Faza masih belum merespon, ia tidak pernah berpikir Denny mengetahui kalau mereka, antara dirinya dengan Imas, sering bersama-sama.'Ataukah Denny memang mengetahui sesuatu?' batinnya."Kalau saja bisa, aku akan memintanya darimu.""H
Read more

Kado Alisya

"Oh, tentu saja... tentu saja," gagapnya mempersilahkan wanita itu untuk duduk.Sementara wanita itu masih menatapnya dengan senyuman bahagia. Terlihat bagaimana ia merindukan pria di hadapannya."Beberapa hari ini, aku mencarimu, tapi katanya kamu keluar kota," kata wanita bernama Alisya itu masih dengan senyuman."Mencariku? Kenapa?"Alisya tersenyum menangkap kegugupan Denny. Ia tahu, Denny pasti tidak akan bisa melupakan kejadian waktu itu. Akan tetapi, sebenarnya dirinya lebih dari menderita karenanya."Kamu masih membenciku, Denny. Bahkan setelah sekian lama," lirihnya sedih."Ah, bukan begitu, Alisya. Aku samasekali tidak membencimu...akan tetapi aku sangat terkejut karena setelah sekian lama kamu tiba-tiba datang ke kantorku. Ini sedikit...ehmm, tiba-tiba." Denny merasa canggung, kehadiran Alisya memang sangat mengejutkan dirinya.Alisya menyeret bangku di hadapan Denny dan duduk dengan tenang. Lalu ia mengedarkan pandangannya ke seluruh
Read more

Obsesi

Beberapa detik kemudian, Denny menyadari keberadaan Imas. Akan tetapi ia malah memiliki ide untuk mengambil kesempatan tersebut."Alisya, pasang yang bagus dan sedikit kencang," ujarnya memberikan respon pada Alisya."Hmm, tentu saja. Ini sangat bagus Denny, kau sangat tampan dengan dasi ini. Kapan-kapan aku akan membelinya lagi untukmu," cicitnya senang karena mendapatkan respon bagus dari Denny."Ah, ada apa dengan warna rambutmu sekarang, Alisya. Tapi kamu memang cocok dengan warna coklat ini," ujarnya lagi, dan tangannya sengaja menyentuh puncak kepala Alisya dengan lembut. Alisya sedikit terkejut, ia tak mengerti mengapa Denny sekarang bersikap sangat lembut kepadanya. Setitik harapan seperti tumbuh di hatinya. Seperti jamur yang tumbuh di musim penghujan, Alisya merasa sikap Denny membuatnya berharap lebih."Denny, jadi... jujur saja, aku kecewa kamu mau menikah," ujar Alisya kemudian."Ada apa dengan menikah? Itu bukan berarti apa-apa, Alisya. Me
Read more

Ronald

Alisya tak menggubris, ia hanya perduli dengan bagaimana ia bisa mendekati Denny. Ia bahkan belum memutuskan apakah ia hanya terobsesi ataukah sebuah cinta, melainkan ia harus mencobanya."Kita lihat Denny, apa ini cinta atau obsesi. Tapi..aku jelas tidak menyukai pernikahan kalian."Denny merenung sebentar, sama dengannya, ia mulai tidak menyukai pernikahannya. Akan tetapi memiliki cara untuk memberi pelajaran Imas tanpa melibatkan gadis gila ini, batinnya."Baiklah, Alisya. Kita akan bicarakan hal ini besok. Ada urusan penting yang harus aku selesaikan.""Uhm, apa aku bisa mengunjungi kamu lagi, besok?""Kenapa tidak? Kita adalah teman bukan?"Alisya berdiri, mengambil Tote bag yang tadi diletakkan di atas meja kerja Denny. Gadis semampai dengan rambut coklat yang tergerai panjang itu terlihat ayu dan menawan meski hanya riasan sederhana. "Baiklah, aku akan pulang dan kembali lagi esok hari. Jangan lupa, kamu berjanji membawaku makan soto dag
Read more

Tuntutan Ronald

"Dasar perempuan licik yang mewarisi kelicikan ayahnya, kamu pasti hanya pura-pura tak tahu apa yang dilakukan ayahmu demi untuk mendapatkan uang bukan?" kata pria itu penuh ungkapan kebencian."Ronald, kamu yang menipu ayahmu sendiri, tapi sekarang malah menyalahkan orang lain? Kamu pikir aku suka menikah dengan orang menjijikkan seperti kamu?""Oh, kamu memang sama dengan ayahmu, hidupmu hanya menyukai uang bukan?""Baik, katakan kepadaku, kenapa aku harus memberikan uang yang telah ayahmu sepakati pada ayahku?"Ronald memicingkan matanya, apa Imas sungguh tak pernah tahu apa yang terjadi?"Baik, ayahmu berjanji untuk memberikan keturunan pada pernikahan kita, dan ternyata kamu gagal bukan?"Imas bergidik ngeri, ia tak mengira hidupnya terlibat dalam masalah yang serumit ini bahkan hanya untuk urusan uang. Terlebih lagi uang tersebut ia tidak pernah tahu menahu samasekali. "Ronald, bukankah itu tidaklah mungkin bagi pernikahan kita? Kau tahu itu b
Read more

Tersangka

Faza membiarkan Imas menangis sepuasnya, sementara penjaga segera memanggil ambulance untuk menangani Ronald."Tidak mengapa, Imas. Tenanglah... ada aku di sini," bisik Faza lembut di telinga Imas."Dia membuat aku melakukannya, aku tak tahan lagi...," isaknya lagi lebih memilukan.Setelah beberapa saat kemudian, iringan polisi dan ambulans datang untuk membawa tubuh Ronald ke rumah sakit."Faza, aku sangat takut...," lirih Imas saat polisi datang mendekatinya."Tidak, kamu tidak boleh takut. Aku akan bersamamu menghadapi semua ini. Ayolah... apapun yang terjadi, maka kita akan menghadapi bersama. Oke?"Belaian lembut Faza di kepalanya membuat Imas luluh untuk bisa menguatkan dirinya. Iapun bersedia mendapatkan interogasi di kantor posisi hari itu juga.****"Bagaimana, Bu. Apa semua undangan sudah disebarkan?" tanya Denny pada Magdalena yang sedang sibuk mengadakan persiapan pernikahan."Tentu saja. Kita tidak punya banyak waktu lagi untuk p
Read more

Tak Perduli

Beberapa detik lamanya Denny berusaha mencerna penjelasan Faza barusan. Iapun melihat ke arah wajah Imas yang pucat dan ketakutan. Wanita itu sekarang kembali dalam pelukan Faza dan menangis.Denny mengalihkan pandangan menuju ruang interogasi yang sedang menginterogasi Yun dan penjaga rumah Imas. Sepertinya apa yang dikatakan Faza ada benarnya.Denny lalu melangkah menuju petugas kepolisian yang bertugas menangani masalah Imas."Apa yang terjadi? Wanita ini adalah calon istriku, tapi apa yang dilakukannya?" tanya Denny dan duduk di kursi di hadapan polisi tersebut."Begini, Saudari Imas memang menjadi tersangka, akan tetapi pria yang menjadi korban saat ini sedang mengalami perawatan intensif. Beruntung lelaki itu tidak sampai meninggal dunia," terang pria itu."Lalu, siapa pria yang diserangnya?""Menurut keterangan, pria itu adalah Ronald, mantan suami tersangka."Denny terdiam. Ia tahu siapa Ronald, lelaki yang telah membuat Imas jadi tawanan. Ia
Read more

Undangan

Sebenarnya kehadiran Alisya akan menjadi bagian lakon yang akan ia mainkan.Akan tetapi tingkah Alisya sebenarnya membuat Denny sangat takut."Alisya, teman adalah teman, tidak akan berubah hanya karena kita selalu bersama-sama. Camkan itu!" tegas Denny.Alisya cemberut, akan tetapi ia tidak akan menyerah begitu saja."Baiklah, tapi jangan suruh aku pergi. Aku akan tetap ada di dekatmu."Tak ada yang bisa ia katakan, yah, lebih tepatnya ia kehabisan kata-kata menghadapi gadis ini.***Di sebuah tempat yang jauh dari kota Jakarta, Mira sedang menyusun rapi toko perhiasannya. Saat ini ia telah berhasil membuka semua toko kecil yang menjual emas dan perak di sebuah jalur pertokoan.Ia mulai tertarik karena melihat beberapa tempat toko perhiasan selalu ramai pengunjung. Akhirnya ia bersyukur bisa menjalankan usaha tersebut bersama sahabatnya.Yulia adalah sahabatnya sejak di kampung, dia sudah lama tinggal di Kalimantan bersama suaminya yang meru
Read more

Akhir

Sumini menunggu jawaban Mira, namun sebenarnya ia sedang memastikan sesuatu. Terutama berita soal perceraiannya dengan Denny setelah sekian bulan lamanya, bahkan Denny juga sempat datang ke kampung akan tetapi pria itu tidak mengatakan apapun.["Mira, Bibik mau dengar langsung dari kamu dan bukan dari orang lain. Apa yang terjadi sebenarnya? Apa benar kalau Denny mau menikah dengan wanita lain? Apa kamu dipoligami?"]["Ah, enggak kok Bik, aku baik-baik saja."]["Tapi undangan pernikahan ini menjelaskan semuanya, Mira. Si mbok tahu kalau ini adalah Denny suamimu," ujar wanita itu semakin sedih. "Kalau terjadi sesuatu padamu seharusnya kamu bilang sama Bibik dan keluargamu di kampung. Apa selama ini kami ini bukan siapa-siapa bagi kamu?"]Mira menegang, memikirkan jawaban apa yang paling tepat untuk membuat keluarganya tenang.["Bik, kami tidak ada masalah apapun. Bisa jadi undangan tersebut adalah undangan dari Denny yang berbeda. Kami baik-baik saja kok. Sel
Read more
PREV
1
...
7891011
...
21
DMCA.com Protection Status