Beberapa detik kemudian, Denny menyadari keberadaan Imas. Akan tetapi ia malah memiliki ide untuk mengambil kesempatan tersebut."Alisya, pasang yang bagus dan sedikit kencang," ujarnya memberikan respon pada Alisya."Hmm, tentu saja. Ini sangat bagus Denny, kau sangat tampan dengan dasi ini. Kapan-kapan aku akan membelinya lagi untukmu," cicitnya senang karena mendapatkan respon bagus dari Denny."Ah, ada apa dengan warna rambutmu sekarang, Alisya. Tapi kamu memang cocok dengan warna coklat ini," ujarnya lagi, dan tangannya sengaja menyentuh puncak kepala Alisya dengan lembut. Alisya sedikit terkejut, ia tak mengerti mengapa Denny sekarang bersikap sangat lembut kepadanya. Setitik harapan seperti tumbuh di hatinya. Seperti jamur yang tumbuh di musim penghujan, Alisya merasa sikap Denny membuatnya berharap lebih."Denny, jadi... jujur saja, aku kecewa kamu mau menikah," ujar Alisya kemudian."Ada apa dengan menikah? Itu bukan berarti apa-apa, Alisya. Me
Read more