"Dasar perempuan licik yang mewarisi kelicikan ayahnya, kamu pasti hanya pura-pura tak tahu apa yang dilakukan ayahmu demi untuk mendapatkan uang bukan?" kata pria itu penuh ungkapan kebencian."Ronald, kamu yang menipu ayahmu sendiri, tapi sekarang malah menyalahkan orang lain? Kamu pikir aku suka menikah dengan orang menjijikkan seperti kamu?""Oh, kamu memang sama dengan ayahmu, hidupmu hanya menyukai uang bukan?""Baik, katakan kepadaku, kenapa aku harus memberikan uang yang telah ayahmu sepakati pada ayahku?"Ronald memicingkan matanya, apa Imas sungguh tak pernah tahu apa yang terjadi?"Baik, ayahmu berjanji untuk memberikan keturunan pada pernikahan kita, dan ternyata kamu gagal bukan?"Imas bergidik ngeri, ia tak mengira hidupnya terlibat dalam masalah yang serumit ini bahkan hanya untuk urusan uang. Terlebih lagi uang tersebut ia tidak pernah tahu menahu samasekali. "Ronald, bukankah itu tidaklah mungkin bagi pernikahan kita? Kau tahu itu b
Faza membiarkan Imas menangis sepuasnya, sementara penjaga segera memanggil ambulance untuk menangani Ronald."Tidak mengapa, Imas. Tenanglah... ada aku di sini," bisik Faza lembut di telinga Imas."Dia membuat aku melakukannya, aku tak tahan lagi...," isaknya lagi lebih memilukan.Setelah beberapa saat kemudian, iringan polisi dan ambulans datang untuk membawa tubuh Ronald ke rumah sakit."Faza, aku sangat takut...," lirih Imas saat polisi datang mendekatinya."Tidak, kamu tidak boleh takut. Aku akan bersamamu menghadapi semua ini. Ayolah... apapun yang terjadi, maka kita akan menghadapi bersama. Oke?"Belaian lembut Faza di kepalanya membuat Imas luluh untuk bisa menguatkan dirinya. Iapun bersedia mendapatkan interogasi di kantor posisi hari itu juga.****"Bagaimana, Bu. Apa semua undangan sudah disebarkan?" tanya Denny pada Magdalena yang sedang sibuk mengadakan persiapan pernikahan."Tentu saja. Kita tidak punya banyak waktu lagi untuk p
Beberapa detik lamanya Denny berusaha mencerna penjelasan Faza barusan. Iapun melihat ke arah wajah Imas yang pucat dan ketakutan. Wanita itu sekarang kembali dalam pelukan Faza dan menangis.Denny mengalihkan pandangan menuju ruang interogasi yang sedang menginterogasi Yun dan penjaga rumah Imas. Sepertinya apa yang dikatakan Faza ada benarnya.Denny lalu melangkah menuju petugas kepolisian yang bertugas menangani masalah Imas."Apa yang terjadi? Wanita ini adalah calon istriku, tapi apa yang dilakukannya?" tanya Denny dan duduk di kursi di hadapan polisi tersebut."Begini, Saudari Imas memang menjadi tersangka, akan tetapi pria yang menjadi korban saat ini sedang mengalami perawatan intensif. Beruntung lelaki itu tidak sampai meninggal dunia," terang pria itu."Lalu, siapa pria yang diserangnya?""Menurut keterangan, pria itu adalah Ronald, mantan suami tersangka."Denny terdiam. Ia tahu siapa Ronald, lelaki yang telah membuat Imas jadi tawanan. Ia
Sebenarnya kehadiran Alisya akan menjadi bagian lakon yang akan ia mainkan.Akan tetapi tingkah Alisya sebenarnya membuat Denny sangat takut."Alisya, teman adalah teman, tidak akan berubah hanya karena kita selalu bersama-sama. Camkan itu!" tegas Denny.Alisya cemberut, akan tetapi ia tidak akan menyerah begitu saja."Baiklah, tapi jangan suruh aku pergi. Aku akan tetap ada di dekatmu."Tak ada yang bisa ia katakan, yah, lebih tepatnya ia kehabisan kata-kata menghadapi gadis ini.***Di sebuah tempat yang jauh dari kota Jakarta, Mira sedang menyusun rapi toko perhiasannya. Saat ini ia telah berhasil membuka semua toko kecil yang menjual emas dan perak di sebuah jalur pertokoan.Ia mulai tertarik karena melihat beberapa tempat toko perhiasan selalu ramai pengunjung. Akhirnya ia bersyukur bisa menjalankan usaha tersebut bersama sahabatnya.Yulia adalah sahabatnya sejak di kampung, dia sudah lama tinggal di Kalimantan bersama suaminya yang meru
Sumini menunggu jawaban Mira, namun sebenarnya ia sedang memastikan sesuatu. Terutama berita soal perceraiannya dengan Denny setelah sekian bulan lamanya, bahkan Denny juga sempat datang ke kampung akan tetapi pria itu tidak mengatakan apapun.["Mira, Bibik mau dengar langsung dari kamu dan bukan dari orang lain. Apa yang terjadi sebenarnya? Apa benar kalau Denny mau menikah dengan wanita lain? Apa kamu dipoligami?"]["Ah, enggak kok Bik, aku baik-baik saja."]["Tapi undangan pernikahan ini menjelaskan semuanya, Mira. Si mbok tahu kalau ini adalah Denny suamimu," ujar wanita itu semakin sedih. "Kalau terjadi sesuatu padamu seharusnya kamu bilang sama Bibik dan keluargamu di kampung. Apa selama ini kami ini bukan siapa-siapa bagi kamu?"]Mira menegang, memikirkan jawaban apa yang paling tepat untuk membuat keluarganya tenang.["Bik, kami tidak ada masalah apapun. Bisa jadi undangan tersebut adalah undangan dari Denny yang berbeda. Kami baik-baik saja kok. Sel
"Bu, hadiah apa lagi yang harus aku berikan? Selama ini semua yang aku lakukan adalah demi ibu. Tapi kali ini, tolong sekali saja ibu melakukannya untukku. Please Bu, berhenti untuk meminta dariku apa yang diluar kemampuanku," katanya lalu melangkah pergi."Aish anak ini, ngomong apa sih dia?!" gerutu Magdalena.Sementara putranya tak perduli, ia hanya memikirkan Mira yang belum diketahui dimana keberadaannya. Ia telah mencarinya dengan segala cara, bahkan menggunakan orang suruhan untuk melacak keberadaannya, akan tetapi semuanya nihil.Penyesalan yang selalu menghantuinya adalah karena ia telah melepaskan wanita sebaik Mira dan menggantinya dengan wanita tukang selingkuh. Wanita yang tidak bisa menjaga dirinya sendiri sebagai wanita terhormat."Ini adalah hukuman!" pekiknya pada dirinya sendiri.Denny menghantam dinding kamarnya dengan sangat marah, marah pada dirinya sendiri.Ia mulai merasa malu, bahkan saat melihat kenyataan bahwa mantan istrinya me
Ia benar-benar harus sadar bahwa kondisinya saat ini tidak sedang baik-baik saja.Pernikahan kedua yang menjadi harapan terbesarnya justru terasa hambar pada harinya. Ada apa dengan Denny? batinnya. Ia bahkan belum mendapatkan ucapan tegur sapa dari pria itu meskipun sudah dalam balutan gaun pengantin. Imas berusaha keras mengedipkan matanya agar air matanya tidak menetes dan merusak riasan di wajahnya."Kamu ingin aku bahagia?" refleks bibir Imas berucap."Tentu saja, makanya aku ingin lihat kamu tersenyum hari ini.""Tapi Faza, sepertinya aku telah melakukan kesalahan besar yang membuatku bingung.""Kesalahan besar?""Denny terlihat sangat marah kepadaku. Aku merasa takut...," katanya terbata, tidak sanggup melanjutkan."Ada apa sebenarnya? Apa kalian sedang bertengkar?"Imas terdiam, merenungi apa yang akhir-akhir ini terjadi. "Aku tidak yakin, Faza. Akan tetapi aku bisa melihat kebencian di matanya. Apakah mungkin...itu karena wanit
Imas terlihat sangat rapuh, bahkan sudah tidak perduli lagi dengan air riasan pengantinnya yang kacau. Ia hanya bisa menangis menyesali nasibnya."Aku lebih baik mati menanggung semua ini, Faza," lirih Imas rapuh. Dunia seakan runtuh dan menimpanya dengan kejam."Mereka sangat egois! Mereka menghancurkan hatiku, Faza. Kamu melihatnya sendiri bukan?""Imas, aku sudah bilang padamu bahwa aku tidak akan pernah membiarkan kamu hancur sedikitpun. Apa yang kamu inginkan? Haruskah aku membunuhnya untuk membuatmu puas?" kecam Faza pada Denny di hadapan Imas."Tidak! Tidak, Faza. Jangan libatkan dirimu dalam masalah ini. Biarlah, biarlah aku menerima semua ini," cegah Imas dengan memeluk tubuh Faza dari belakang sementara ia masih terisak.Faza mengepalkan tinjunya. Melihat Imas kesakitan ia juga tidak rela. Akan tetapi di sisi lain ia menyukai peluang ini."Kalau begitu, biarkan aku menjadi pengantinmu, Imas. Aku akan menggantikan posisi Denny di sisimu, biarkan