Home / Fantasi / Mistpouffer / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Mistpouffer: Chapter 1 - Chapter 10

31 Chapters

Bab 1 : Pertemuan

Namika tidak pernah ingat suasana yang menenangkan seperti ini. Ia menyentuh beberapa barang yang ada di sana dan mendesah pelan. Perhatiannya kemudian teralih kepada orang yang berada di sampingnya. “Kamu yakin mau tinggal di sini selama tiga bulan? Kenapa enggak sama Alora dan Yumi aja?” tanya Tante Mutia. Namika mengembuskan napasnya. “Mereka masih sibuk belajar buat UTBK. Lagian aku di sini buat menenangkan pikiran aku, tan. Ini tempat yang cocok banget buat aku.” Tante Mutia terkekeh dan mengusap kepala Namika. “Tante enggak nyangka kalau kamu bakal mewariskan kekuatan yang kuat. Tapi kamu pasti capek karena kamu enggak bisa menghentikan kekuatanmu.” Mata Namika menatap jauh ke arah ombak yang berdebur. Pantai ini sangatlah sepi, bahkan Namika tidak melihat ada orang di sana. Perhatiannya mengarah pada beberapa villa yang ada di sebelah. “Di sebelah ini ada orang semua ya?” tanya Namika. Ia dapat mendengar suara orang yang berbicara namun sepertinya kekuatannya tidak mencaku
Read more

Bab 2 : Pertemuan (2)

Namika terkejut ketika mendengar suara bel yang kencang. Ia segera turun ke bawah tanpa memedulikan kondisinya yang masih berantakan. Gadis itu membuka pintu gerbang dan melihat seseorang yang ia kenali.Tante Mutia melambaikan tangannya pelan sambil tersenyum miring. Dengan wajah berkerut, Namika membuka pintu gerbang dan membiarkan Tante Mutia masuk ke dalam.“Kamu baru bangun ya? Tante udah lama banget lho nungguin di depan, tapi gak dibuka-bukain,” celetuk Tante Mutia.Namika mendengkus. “Aku itu enggak bisa tidur di tempat yang baru. Ini aja aku baru tidur jam tiga pagi. Oh iya, sebelum tidur, aku ngelihat ada orang yang berenang di pantai jam tiga pagi. Emangnya gak kedinginan ya?”Tante Mutia mengerutkan keningnya sejenak dan mengembuskan napasnya. “Enggak usah diurusin. Tapi di sini enak banget kan? Tante aja rasanya mau tinggal di sini. Sayang banget ini jauh dari pusat kota.”Gadis itu mencuci wajahnya dan mengeringkannya. Matanya menatap ke arah kolam renang yang berada di
Read more

Bab 3 : Perkenalan

Namika mengedipkan matanya dan menatap langit-langit kamar. Ia akan pergi bersama Aruna hari ini dan itu membuat jantungnya tak bisa berhenti berdebar. Bagaimana mungkin dia bisa mempercayai orang dengan sangat mudah? Tante Mutia mungkin akan memarahinya karena Namika mudah mempercayai orang. Tentu saja itu karena Namika pernah dikhianati oleh orang-orang yang dia percayai. Gadis itu mengerutkan keningnya. Lagi pula dia hanya akan berada di sini selama tiga bulan. Apa yang akan laki-laki itu lakukan? Mengambil uang atau barangnya? Silahkan. Namika tidak peduli. Tapi tentu saja Namika akan merasa sedikit kesal karena itu adalah uang pemberian orang tuanya. Terlahir dari keluarga yang lebih dari berkecukupan membuat Namika merasa jika dia sedikit boros. Ia bangkit dan membersihkan dirinya dengan cepat. Ia menggunakan baju lengan panjang dan celana pendek. Ia menyemprotkan parfum ke pergelangan tangannya dan mencoba meyakini dirinya bahwa dia sudah terlihat baik. “Kenapa aku sampe s
Read more

Bab 4 : Ketertarikan

“Bagaimana bisa ada seorang siren yang tinggal di sini? Lalu peri yang kemarin bahkan belum berhasil tertangkap! Aku enggak mengerti kenapa kita harus mengerjar spesies-spesies aneh itu.” “Sial, aku pasti bakal dipecat jika aku enggak bisa menemukan mereka sekarang. Kalau saja aku enggak butuh uang, aku enggak akan mengambil pekerjaan kayak gini.” Namika sontak menarik tangan Aruna. Dia tidak tahu apa yang terjadi namun entah mengapa dia merasa jika orang-orang itu mengincar Aruna. Namika juga tidak yakin dia bisa menghadapi mereka. Kedua remaja itu kemudian berjalan masuk ke dalam villa Namika. Gadis itu menutup pintu villa dengan jantung yang berdebar. Apakah dia harus menghubungi Tante Mutia? Namika menelan ludahnya. Jika Tante Mutia mengetahui masalah ini, kemungkinan besar tantenya itu akan menyuruhnya untuk kembali. Namika masih belum mau berpisah dengan Aruna. Ia pun mengambil beberapa bahan masakan dan mulai mengolah makanan itu. Dia bahkan tidak sadar jika Aruna sudah me
Read more

Bab 5 : Ketertarikan (2)

Namika menatap mentai yang sudah ia buat. Sial, mungkin Namika akan menangis jika Aruna menolak makanan ini. Ini adalah salah satu makanan kesukaan Namika dan ia memutuskan untuk memberikan itu pada Aruna. Namika sudah berdiri di pintu depan selama sepuluh menit. Ia masih memikirkan keputusannya. Ia pun mendengkus dan membuka pintu dengan kencang. Ia tiba di villa Aruna dan memencet bel. Ia menunggu Aruna untuk keluar namun dia tampaknya tidak menerima kedatangan seseorang. Dengan berat hati, Namika membalik badannya dan memikirkan apakah dia harus memakan mentai itu atau tidak. Tapi seseorang memegang bahunya dan menahannya untuk tidak berjalan. Namika membalik badannya dan terkejut ketika melihat Aruna dengan rambut yang masih basah. “Maaf lama, tadi aku masih mandi,” ucap Aruna dengan napas terengah-engah. Namika dapat melihat air yang masih menetes dari rambutnya. “Eh, aku yang minta maaf! Kayaknya aku terlalu pagi ke sini ya?” tanya Namika. Ia benar-benar salah tingkah karen
Read more

Bab 6 : Jalan-Jalan

Namika mencoba beberapa baju yang akan ia kenakan hari ini. Matanya kemudian tertuju pada sebuah dress berwarna putih. Ia dan Aruna sudah berjanji untuk bertemu lagi hari ini. Sejujurnya Namika tidak pernah tertarik dengan tempat-tempat yang akan tuju. Namika hanya memiliki satu tujuan, yaitu menghabiskan waktunya berdua dengan Aruna. Laki-laki bermata biru itu berhasil membuat Namika kembali bodoh. Dua belas tahunnya bersekolah terasa sia-sia. Namika terkekeh ketika ia mengambil catokan dan mulai membentuk rambutnya. Waktu pun menunjukkan pukul lima sore. Namika menunggu Aruna sambil menggoyang-goyangkan kakinya. Tangannya terus memainkan ponselnya walaupun pikirannya tertuju pada Aruna. Bel villa berbunyi dan Namika membuka dengan tergesa-gesa. Aruna melambaikan tangannya dan langsung terpana ketika melihat penampilan Namika. Namika juga merasakan hal yang sama. Aruna menggunakan kaos putih disertai kemeja krem dan celana berwarna hijau gelap. Sementara itu, Namika menggunakan
Read more

Bab 7 : Sebuah Kenyataan

Aruna terkekeh ketika ia berhasil mencipratkan air ke wajah Namika dan membuatnya langsung menutup wajahnya. “Kamu enggak bakal pernah menang dari aku kalau untuk masalah ini, Mika.” “Bodo amat!” teriak Namika sambil berusaha menarik kaki Aruna agar ia tenggelam. Aruna memang tenggelam, tapi dia tidak terlihat seperti orang yang ditenggelamkan secara paksa. Namika yang melihat itu hanya bisa cemberut. Ia melipat tangannya dan melihat awan-awan yang bergerak dengan cepat. Aruna pun ikut melihat apa yang sedang dilihat oleh Namika. “Bentuk awan yang itu kayak permen ya,” celetuk Aruna sambil merangkul Namika dari belakang. Badan Namika menegang sejenak dan ia sontak menggeleng. “Itu lebih mirip kayak ipadku. Kamu kok bisa mikir itu permen sih?” “Malah aku yang seharusnya nanya gitu. Mau dilihat sampai badanmu diputar-putar juga enggak bakal kelihatan kalau itu tuh ipad,” sahut Aruna. Namika langsung menoleh dan melihat Aruna yang juga sedang melihatnya. Posisi mereka memang lumaya
Read more

Bab 8 : Bimbang

Aruna memainkan helaian rambut Namika. “Alasan aku jaga jarak sama kamu ya karena aku takut kalau kamu bakal jadi orang yang berarti buat aku.” Kedua orang itu terdiam. Namika menatap layar televisi yang berwarna hitam. “Berarti Sirius itu siren juga ya?” “Iya. Hampir semua anak-anak di panti asuhan itu siren yang lahir di lautan. Sirius secara rutin menyuruh aku untuk mengecek apakah ada siren yang lahir.” Namika tak bisa berpikir lebih jauh. Semuanya terlihat sangat rumit. Dia bahkan baru tahu jika makhluk seperti itu nyata dan Aruna adalah salah satu dari mereka. “Jadi yang aku lihat waktu aku pertama kali dateng ke sini tuh kamu? Tapi kayaknya kamu juga udah sadar kalau aku ngelihatin kamu waktu itu,” celetuk Namika. Laki-laki itu terkekeh. “Tante Mutia itu sudah tahu semuanya tentang siren, jadi aku pikir enggak apa kalau aku ketahuan. Aku juga udah nyangka kalau kamu itu anggota Gifted.” “Jadi gitu. Oh iya, gimana siren bisa terlahir? Aku masih kurang ngerti konsep dilahir
Read more

Bab 9 : Obrolan

“Namika, aku tahu walaupun aku sama Yumi ngomong macem-macem, kamu enggak bakal mau dengerin selama itu enggak sama dengan keyakinan kamu. Ikuti kata hati kamu.” “Bener. Namanya juga udah bucin. Aku yakin kamu enggak bakal ngerelain si Aruna itu begitu aja kan? Walaupun aku enggak ada di posisimu, aku pasti bakal menghabiskan waktuku dengan dia selama aku bisa,” sahut Yumi. Namika mengusap air matanya dan mencoba untuk menetralkan napasnya yang terengah-engah. Emosinya masih belum stabil karena dia benar-benar baru mengetahui hal itu kemarin. “It’s not the worst, guys. Dia juga bilang kalau orang yang kenal atau mengetahui siren bakal melupakan siren itu dalam waktu satu minggu. Tapi anehnya, hari ini adalah hari ke delapan dan aku masih inget sama dia.” Alora menjetikkan jarinya. “Aku rasa hal itu sama kutukan yang dimiliki sama siren ada hubungannya deh. Cuma aku enggak tau apa yang bikin dua hal itu jadi berhubungan.” “Kalau boleh jujur, aku emang enggak pengen menjauh dari di
Read more

Bab 10 : Obrolan (2)

Aruna tidak tahu apa yang dia inginkan. Hubungannya dengan Namika tidak memiliki kejelasan. Ah, lebih tepatnya Aruna yang tidak menginginkan kejelasan itu. Dia takut serakah. Aruna tidak yakin dia bisa melepaskan Namika setelah dia tahu bahwa dia memiliki Namika. Gadis itu memiliki masa depan yang panjang, berbeda dengan dirinya. “Jadi alasanmu enggak bisa baca pikiranku itu karena kita beda ya?” tanya Aruna sambil memperhatikan rambut Namika yang terkena hembusan angin. Perempuan itu terlihat sangat cantik di mata Aruna. Rambut panjangnya yang bergelombang itu benar-benar membuatnya kagum. Tanpa sadar Aruna sudah memegang sehelai rambut Namika. Namika yang menyadari itu hanya tersenyum. “Iya. Karena itulah aku ngerasa nyaman banget sama kamu. Aku enggak pernah ngerasa seperti ini sebelumnya. Rasanya sangat tenang.” Namika berdiri dan duduk di sebelah Aruna. Laki-laki itu menggunakan kemeja putih dan celana selutut yang menampakkan kaki jenjangnya. Jantung Namika berdetak dengan
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status