Beranda / Fantasi / Mistpouffer / Bab 5 : Ketertarikan (2)

Share

Bab 5 : Ketertarikan (2)

Penulis: arawinda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Namika menatap mentai yang sudah ia buat. Sial, mungkin Namika akan menangis jika Aruna menolak makanan ini. Ini adalah salah satu makanan kesukaan Namika dan ia memutuskan untuk memberikan itu pada Aruna.

Namika sudah berdiri di pintu depan selama sepuluh menit. Ia masih memikirkan keputusannya. Ia pun mendengkus dan membuka pintu dengan kencang. Ia tiba di villa Aruna dan memencet bel.

Ia menunggu Aruna untuk keluar namun dia tampaknya tidak menerima kedatangan seseorang. Dengan berat hati, Namika membalik badannya dan memikirkan apakah dia harus memakan mentai itu atau tidak.

Tapi seseorang memegang bahunya dan menahannya untuk tidak berjalan. Namika membalik badannya dan terkejut ketika melihat Aruna dengan rambut yang masih basah.

“Maaf lama, tadi aku masih mandi,” ucap Aruna dengan napas terengah-engah. Namika dapat melihat air yang masih menetes dari rambutnya.

“Eh, aku yang minta maaf! Kayaknya aku terlalu pagi ke sini ya?” tanya Namika. Ia benar-benar salah tingkah karena Aruna hanya menggunakan handuk untuk menutupi badannya.

Aruna terkekeh. “Gapapa. Ayo masuk ke dalam. Maaf ya aku enggak sopan, tadi cuma sempat pake celana.”

Namika pun masuk ke dalam villa Aruna. Ia berusaha menyembunyikan wajahnya sendiri walaupun dia tahu tidak ada yang melihat karena Aruna sedang berada di kamarnya.

Aruna kemudian keluar dan mengambil minuman kaleng di kulkasnya. Ia kemudian memberikan itu pada Namika. Namika juga menyodorkan makanan yang sudah ia buat.

“Aku tadi masak mentai. Kamu udah pernah cobain ini atau belum?” tanya Namika. Aruna menggeleng dan membuka kotak makan itu. Dia terlihat tertarik dengan masakan Namika.

“Keliatannya enak nih,” komentar Aruna. Laki-laki itu pun segera mencoba masakan Namika dan kepalanya mengangguk pelan.

Jantung Namika berdebar menunggu komentar dari Aruna. Dia sudah mencoba masakan itu selama sepuluh kali sebelum dia tiba di sini. Seharusnya rasanya tidak akan buruk.

“Ini enak banget. Kamu kayaknya ada bakat buat jadi koki deh. Kamu nanti mau lanjut ke jurusan apa?” tanya Aruna.

Jantung Namika merasa meledak-ledak ketika Aruna mengatakan itu. “Ah, aku mau masuk jurusan psikologi. Sebenarnya ini ada hubungannya dengan bakat yang aku miliki sih.”

Gadis itu hampir menyebutkan kekuatan yang selama ini selalu ia rahasiakan. Namika kemudian menggigit bibirnya. Ia ingin masuk jurusan psikologi karena ia akan bekerja di Gifted.

Tante Mutia mengatakan jika Namika dapat menjadi agen yang berurusan dengan kriminal dan mencari tahu kebenaran. Karena itulah Namika memutuskan untuk mencari jurusan psikologi.

“Sayang banget. Padahal masakan kamu enak banget. BTW, kamu enggak diganggu sama orang-orang itu kan?” tanya Aruna.

Namika berpikir sejenak dan dia langsung tahu siapa orang-orang yang dimaksud oleh Aruna. Ia pun menggeleng dan terkekeh. “Mereka juga enggak bakal bisa ngapa-ngapain aku.”

Aruna tersenyum miring. “Kamu kayaknya pede banget. Tapi mereka memang enggak bakal mengincar kamu sih. Selama mereka enggak mengetahui hubungan kamu dengan dia.”

Namika mengerutkan keningnya sejenak dan mengembuskan napasnya. Sepertinya Aruna memang sudah mengetahui hubungan Sirius dengan Gifted juga tante Mutia.

“Hari ini kamu mau keluar?” tanya Namika. Dia berusaha mengalihkan pembicaraan karena tidak mau memikirkan orang-orang itu.

“Boleh aja. Tapi kayaknya aku cuma bisa keluar malem-malem deh. Kamu mau enggak?” tanya Aruna balik.

“Kalo kamu yang minta aku bakal lakuin apapun sih, na,” ucap Namika di dalam hatinya.

“Mau kok. Aku lebih suka keluar malem-malem sih. Kalau di kota itu serunya bisa ngelihat lampu-lampu jalan gitu. Vibesnya beda,” balas Namika.

Aruna tersenyum kecil dan menghabiskan makanannya. Namika mengembuskan napasnya dengan lega. Setidaknya Aruna mau menghabiskan makanan yang telah ia buat.

“Kamu tinggal di sini udah lama ya?” tanya Namika.

Aruna menggeleng. “Aku ada urusan makanya aku tinggal di sini. Aku baru tinggal di sini enam bulan. Kalau udah membereskan mereka, aku bakal pulang.”

Namika menumpu wajahnya dengan kedua tangannya. “Jadi kapan kamu mau kasih tau semua rahasiamu itu?”

Ia tahu jika ia tidak sopan karena menanyakan hal seperti itu kepada Aruna. Tapi Namika benar-benar penasaran karena dia merasa bahwa Gifted dan tante Mutia sudah mengetahui hal itu.

“Kalau kamu udah ngasih tau aku tentang rahasiamu,” sahut Aruna dengan senyum nakal.

Namika langsung menepuk bahu Aruna dan tertawa. Sudah dia duga jika Aruna juga penasaran dengan apa yang dia sembunyikan. Namun Namika juga harus berpikir sebelum memberi tahu rahasianya itu kepada Aruna.

Laki-laki itu memang terlihat baik, namun tidak ada jaminan jika dia tidak akan membocorkan rahasia Namika. Tapi Namika juga tidak bisa menjelaskan kenapa dia tak bisa membaca pikiran Aruna.

“Udah sore nih. Mau keluar sekarang enggak?” tanya Aruna. Namika sontak melihat jam dan menyadari jika sudah beberapa jam terlewati. Ia pun langsung mengangguk dengan kencang.

Mereka berdua berjalan di sekitar pantai sambil menikmati matahari yang mulai tenggelam. Entah siapa yang memulai duluan, namun tangan mereka saling menggenggam dengan erat.

Namika menundukkan kepalanya ketika ia merasakan tangan Aruna. Wajahnya terasa sangat panas karena ia takut jika Aruna merasa terganggu. Ia mengangkat wajahnya dan melihat Aruna.

Laki-laki itu tampak tersenyum tipis. Jantung Namika semakin berdebar ketika ia melihat itu. Namika bahkan tidak sadar jika angin malam mulai menerpa tubuhnya. Rasanya sangat dingin.

“Sebenernya aku baru aja putus dari mantanku,” ucap Namika. Pikirannya kembali melayang ke masa lalu.

“Oh ya? Alasannya kenapa?” tanya Aruna. Namika tidak menyadari jika mata biru laki-laki itu mulai bersinar.

“Yah, dari awal dia emang brengsek sih. Aku ini cuma salah satu dari semua ceweknya dia. Mungkin emang sedikit beruntung karena dia milih buat pacaran sama aku. Tapi agak sakit juga sih,” kekeh Namika.

Namika tidak mengetahui jika mantannya adalah orang yang seperti itu karena dia berbeda sekolah dengan Namika. Dia baru mengetahuinya setelah Namika bertemu dengan pacarnya lagi.

“Temen-temen cowoknya dia bilang kalau dia itu sayangnya cuma sama aku. Tapi aku masih punya logika juga ya. Alora sama Yumi juga bilang kalau cowok kayak dia enggak bakal berubah.”

Rahang Aruna mengeras. Tapi Namika mengeratkan genggaman tangannya dan emosi laki-laki itu langsung mereda. Namika dapat menghirup aroma alami Aruna yang sangat menenangkan.

“Kalau aku lagi banyak masalah, biasanya aku bakal ke pantai sih. Tapi aku cuma berani berenang di sini soalnya di sini sepi,” ucap Aruna.

“Tapi jujur, kalau ke pantai atau laut tuh rasanya bikin tenang banget. Padahal kita cuma duduk aja, tapi rasanya semua masalah tuh langsung mengalir gitu aja,” sahut Namika.

Aruna langsung menarik tangan Namika dan gadis itu jatuh ke tangannya. Posisi itu membuat mereka sedikit canggung namun Aruna segera membantu Namika untuk membenahi posisi duduknya.

“Kayaknya kita harus coba deh nongkrong di pantai Jimbaran sampai malem. Pemandangan di sana tuh keren banget kalo udah malem. Tapi aku kayaknya baru balik ke sini lagi dua tahun,” celetuk Namika dengan semangat.

Senyum Aruna langsung memudar. Namika pun langsung mengerutkan keningnya. Dia rasa kata-kata yang dia ucapkan tadi bukanlah kata-kata yang sensitif. Apakah itu berkaitan dengan rahasia Aruna?

“Aku salah ngomong ya? Maaf ya..” ucap Namika dengan wajah murung. Aruna menggeleng dan mengusap kepala Namika dengan lembut.

“Kamu enggak salah kok. Maaf ya aku malah bikin kamu kayak gini,” ucap Aruna sambil mengembuskan napasnya.

Namika mengangguk dan badannya kembali menggigil. Aruna menyadari itu dan segera memberikan jaketnya kepada Namika. “Kita pulang aja ya sekarang,” ucapnya sambil memegang tangan Namika.

Namika mengangguk. Diam-diam dia menenggelamkan wajahnya agar bisa merasakan aroma Aruna. Aruna yang menyadari itu langsung mengalihkan wajahnya yang memerah.

“Sampai jumpa besok, Namika. Selamat malam,” ucap Aruna sambil mencium sehelai rambut Namika. Namika mengangguk dan Aruna pun langsung pergi.

Bab terkait

  • Mistpouffer   Bab 6 : Jalan-Jalan

    Namika mencoba beberapa baju yang akan ia kenakan hari ini. Matanya kemudian tertuju pada sebuah dress berwarna putih. Ia dan Aruna sudah berjanji untuk bertemu lagi hari ini. Sejujurnya Namika tidak pernah tertarik dengan tempat-tempat yang akan tuju. Namika hanya memiliki satu tujuan, yaitu menghabiskan waktunya berdua dengan Aruna. Laki-laki bermata biru itu berhasil membuat Namika kembali bodoh. Dua belas tahunnya bersekolah terasa sia-sia. Namika terkekeh ketika ia mengambil catokan dan mulai membentuk rambutnya. Waktu pun menunjukkan pukul lima sore. Namika menunggu Aruna sambil menggoyang-goyangkan kakinya. Tangannya terus memainkan ponselnya walaupun pikirannya tertuju pada Aruna. Bel villa berbunyi dan Namika membuka dengan tergesa-gesa. Aruna melambaikan tangannya dan langsung terpana ketika melihat penampilan Namika. Namika juga merasakan hal yang sama. Aruna menggunakan kaos putih disertai kemeja krem dan celana berwarna hijau gelap. Sementara itu, Namika menggunakan

  • Mistpouffer   Bab 7 : Sebuah Kenyataan

    Aruna terkekeh ketika ia berhasil mencipratkan air ke wajah Namika dan membuatnya langsung menutup wajahnya. “Kamu enggak bakal pernah menang dari aku kalau untuk masalah ini, Mika.” “Bodo amat!” teriak Namika sambil berusaha menarik kaki Aruna agar ia tenggelam. Aruna memang tenggelam, tapi dia tidak terlihat seperti orang yang ditenggelamkan secara paksa. Namika yang melihat itu hanya bisa cemberut. Ia melipat tangannya dan melihat awan-awan yang bergerak dengan cepat. Aruna pun ikut melihat apa yang sedang dilihat oleh Namika. “Bentuk awan yang itu kayak permen ya,” celetuk Aruna sambil merangkul Namika dari belakang. Badan Namika menegang sejenak dan ia sontak menggeleng. “Itu lebih mirip kayak ipadku. Kamu kok bisa mikir itu permen sih?” “Malah aku yang seharusnya nanya gitu. Mau dilihat sampai badanmu diputar-putar juga enggak bakal kelihatan kalau itu tuh ipad,” sahut Aruna. Namika langsung menoleh dan melihat Aruna yang juga sedang melihatnya. Posisi mereka memang lumaya

  • Mistpouffer   Bab 8 : Bimbang

    Aruna memainkan helaian rambut Namika. “Alasan aku jaga jarak sama kamu ya karena aku takut kalau kamu bakal jadi orang yang berarti buat aku.” Kedua orang itu terdiam. Namika menatap layar televisi yang berwarna hitam. “Berarti Sirius itu siren juga ya?” “Iya. Hampir semua anak-anak di panti asuhan itu siren yang lahir di lautan. Sirius secara rutin menyuruh aku untuk mengecek apakah ada siren yang lahir.” Namika tak bisa berpikir lebih jauh. Semuanya terlihat sangat rumit. Dia bahkan baru tahu jika makhluk seperti itu nyata dan Aruna adalah salah satu dari mereka. “Jadi yang aku lihat waktu aku pertama kali dateng ke sini tuh kamu? Tapi kayaknya kamu juga udah sadar kalau aku ngelihatin kamu waktu itu,” celetuk Namika. Laki-laki itu terkekeh. “Tante Mutia itu sudah tahu semuanya tentang siren, jadi aku pikir enggak apa kalau aku ketahuan. Aku juga udah nyangka kalau kamu itu anggota Gifted.” “Jadi gitu. Oh iya, gimana siren bisa terlahir? Aku masih kurang ngerti konsep dilahir

  • Mistpouffer   Bab 9 : Obrolan

    “Namika, aku tahu walaupun aku sama Yumi ngomong macem-macem, kamu enggak bakal mau dengerin selama itu enggak sama dengan keyakinan kamu. Ikuti kata hati kamu.” “Bener. Namanya juga udah bucin. Aku yakin kamu enggak bakal ngerelain si Aruna itu begitu aja kan? Walaupun aku enggak ada di posisimu, aku pasti bakal menghabiskan waktuku dengan dia selama aku bisa,” sahut Yumi. Namika mengusap air matanya dan mencoba untuk menetralkan napasnya yang terengah-engah. Emosinya masih belum stabil karena dia benar-benar baru mengetahui hal itu kemarin. “It’s not the worst, guys. Dia juga bilang kalau orang yang kenal atau mengetahui siren bakal melupakan siren itu dalam waktu satu minggu. Tapi anehnya, hari ini adalah hari ke delapan dan aku masih inget sama dia.” Alora menjetikkan jarinya. “Aku rasa hal itu sama kutukan yang dimiliki sama siren ada hubungannya deh. Cuma aku enggak tau apa yang bikin dua hal itu jadi berhubungan.” “Kalau boleh jujur, aku emang enggak pengen menjauh dari di

  • Mistpouffer   Bab 10 : Obrolan (2)

    Aruna tidak tahu apa yang dia inginkan. Hubungannya dengan Namika tidak memiliki kejelasan. Ah, lebih tepatnya Aruna yang tidak menginginkan kejelasan itu. Dia takut serakah. Aruna tidak yakin dia bisa melepaskan Namika setelah dia tahu bahwa dia memiliki Namika. Gadis itu memiliki masa depan yang panjang, berbeda dengan dirinya. “Jadi alasanmu enggak bisa baca pikiranku itu karena kita beda ya?” tanya Aruna sambil memperhatikan rambut Namika yang terkena hembusan angin. Perempuan itu terlihat sangat cantik di mata Aruna. Rambut panjangnya yang bergelombang itu benar-benar membuatnya kagum. Tanpa sadar Aruna sudah memegang sehelai rambut Namika. Namika yang menyadari itu hanya tersenyum. “Iya. Karena itulah aku ngerasa nyaman banget sama kamu. Aku enggak pernah ngerasa seperti ini sebelumnya. Rasanya sangat tenang.” Namika berdiri dan duduk di sebelah Aruna. Laki-laki itu menggunakan kemeja putih dan celana selutut yang menampakkan kaki jenjangnya. Jantung Namika berdetak dengan

  • Mistpouffer   Bab 11 : Perasaan

    Namika menatap koleksi dress di lemarinya. Namika bukanlah orang yang menyukai dress, tapi dia merasa dia terlihat bagus di dress berwarna putih. Aruna memang jarang mengatakan secara langsung, tapi Namika bisa langsung melihat emosi di matanya. Namika memang tidak bisa membaca pikiran Aruna, namun dia hafal dengan ekspresi seseorang ketika memikirkan sesuatu. Ia dengan perlahan mengambil dress selutut dan memakainya. Pakaian itu menampakkan bagian punggungnya dan membuat Namika menjadi lebih percaya diri. Tangannya beralih pada beberapa alat di sudut ruangan. Sepertinya sudah lama sekali Namika tidak melatih tubuhnya. Mungkin Tante Mutia akan segera menghukumnya jika dia mengetahui hal itu. Tapi Namika yakin jika tantenya sudah mengetahui hal itu. Hanya saja dia tidak mau menganggu waktu istirahat Namika. Sayangnya Namika juga tidak mau membiarkan kerja kerasnya sia-sia. “Entar sore aku olahraga deh. Sekarang mending aku bersihin villa dulu,” ucap Namika pada dirinya sendiri. I

  • Mistpouffer   Bab 12 : Kegelapan

    Namika menatap beberapa orang yang melewati villa Aruna. Kecurigaannya semakin bertambah ketika pengunjung pantai itu tidak kunjung sepi. Namun Namika tidak bisa membaca pikiran mereka karena dia masih mengurus Velia. Ia melirik ke arah kamar. Aruna sedang tidur dengan lelap. Namika tersenyum kecil ketika melihat itu. Ia kemudian berjalan ke dalam dan duduk di samping Aruna. Dengan perlahan tangannya menyingkirkan rambut Aruna yang menghalangi matanya. Namika membaringkan tubuh Velia di samping Aruna dan bayi itu benar-benar menempel pada Aruna. Sudah sebelas hari Namika tinggal di sini dan dia tidak pernah merasa hidupnya sebaik ini. Jika saja tidak ada orang-orang yang menganggu kehidupan mereka, mungkin ini akan terasa sempurna. Ia menepuk bahu Aruna dengan perlahan dan laki-laki itu membuka matanya. “Aruna, aku mau keluar dulu ya. Kamu lanjut aja tidur sambil jaga Velia di sini,” ucap Namika dan Aruna mengangguk samar. Aruna kemudian membawa Velia ke pelukannya dan kembali te

  • Mistpouffer   Bab 13 : Berbagi Nyawa

    Aruna mengangkat tubuh Velia dan bayi itu tertawa dengan senang. Perkembangan tubuh siren memang luar biasa. Walaupun mereka berkembang seperti manusia normal, tubuh siren lebih cepat tumbuh. Velia sudah mulai belajar untuk duduk walaupun Aruna memperkirakan usianya baru seminggu. Aruna juga mulai membawa Velia ke laut untuk memperkenalkannya dengan habitat asli mereka. Sirip Velia memiliki perpaduan warna ungu dan merah muda. Aruna kini sedang berada di goa dan menatap Velia yang berguling. Sepertinya Velia harus belajar bagaimana cara berenang. “Velia, kamu tahu kan kalau aku mencintai Namika?” tanya Aruna tiba-tiba. Bayi itu tampaknya mendengar kata-kata Aruna, namun dia memilih untuk mengabaikannya. Aruna tidak merasa terganggu dengan hal itu. “Yah, siapa sih yang enggak jatuh cinta sama dia? Namika tuh cantik banget, mana dia dari keluarga old money. Kalau dipikir-pikir, aku juga enggak pantas sama dia sih.” Namika memiki wajah yang cantik dan keluarga yang jelas. Aruna tida

Bab terbaru

  • Mistpouffer   Bab 31 : The Night Is Still Young

    Namika melirik beberapa orang yang kini sedang berdiam di villa yang Alora sewa. Entah mengapa gadis itu tiba-tiba merencanakan sesuatu yang sangat mendadak seperti ini."Jadi.. Kita sekarang mau ngapain?" tanya Yumi bingung.Alora tertawa kecil. "Ngapain aja juga boleh. Kalau aku sih hari ini mau minum aja. Dapet wine yang manis banget nih."Namika melirik Archie yang sedang menghisap vapenya. Laki-laki itu sama sekali tidak merasa canggung walaupun mereka berempat menatap Archie dengan tatapan bingung."Ini kalian berdua udah baikan apa gimana?" tanya Namika.Archie terdiam sejenak dan menatap Namika. "Hmm, mungkin bisa dibilang gitu? Aku tahu kok kalau kamu sama Yumi masih ngerasa enggak nyaman sama aku.""Masalahnya kamu tuh brengsek banget, tahu. Untung aja waktu itu kamu sogok aku pakai uang. Kalau enggak, mungkin sampai sekarang kamu juga masih belum aku maafin," sahut Arjuna.Aruna mengangguk setuju. "Yaudahlah. Minta rokok dong, Juna. Masih pusing banget nih ngurusin anggota

  • Mistpouffer   Bab 30 : Dan, Selesai.

    Namika menatap kedua kakinya yang terbenam di kolam renang. Rasanya sangat aneh karena untuk pertama kalinya, hidupnya terasa tenang lagi. Kejadian kemarin terasa seperti mimpi buruk."Aku yakin kalau aku pasti udah mati kalau kekuatannya Tante Mutia enggak aktif," komentar Aruna. Paha laki-laki itu masih terlihat sangat menyeramkan karena luka yang disebabkan oleh Luke."Jujur aku kaget banget kemarin. Ternyata Tante Mutia masih bisa melampaui batasannya dia. Yah, walaupun lumayan terbatas karena untuk lawan yang kuat, kekuatannya enggak bisa jadi pasif."Laki-laki itu mengusap rambut Namika dengan lembut. "Aku bersyukur deh, kamu enggak ada luka sama sekali. Tante Mutia lumayan parah lukanya, mana psikisnya juga lumayan terluka gara-gara Luke."Namika memang sempat melihat kondisi Mutia sekilas. Namun, dia harus mendapatkan perawatan sehingga Namika meninggalkannya di kamar. Namika melirik paha Aruna."Kamu kenapa enggak minum mithril aja? Kan pasti langsung sembuh?" tanya Namika. D

  • Mistpouffer   Bab 29 : Pembalasan (2)

    Mutia menatap Luke yang sedang merangkulnya. Siapa pun yang melihat mereka sekarang pasti berpikir jika mereka berdua adalah kekasih. Yah, mereka tidak salah jika itu terjadi sepuluh tahun yang lalu.Perempuan itu tidak mengerti kenapa Luke sampai harus melakukan ini. Mutia sangat yakin jika Luke masih memiliki akal yang sehat walaupun dia memang posesif saat mereka berpacaran."Sebenarnya ilmu hitam apa yang kau gunakan sampai kau bisa bangkit dari kubur?" tanya Mutia dengan sedikit malas. Entah apa yang harus dia lakukan supaya Luke mau membiarkannya pergi."Yah, entahlah. Ilmu hitam ini berasal dari para roh yang sudah mati. Kau tahu jika pengguna ilmu hitam akan tetap berada di dunia ini jika mereka belum melepaskan ilmu hitamnya, bukan?"Mutia mengernyit. "Aku tahu. Tapi roh? Bukankah mereka tidak bisa mati selama mereka belum melepaskan ilmu hitam mereka itu? Lalu gimana bisa kamu mengambil itu dari mereka?"Luke menyentil dahi Mutia. "Bukannya aku sudah bilang jika aku adalah s

  • Mistpouffer   Bab 28 : Pembalasan

    Mutia menatap air laut yang terus menerjang. Kini dia sudah menjadi orang dewasa, namun masa lalu tidak pernah berhenti mengejarnya. Rasanya sangat menyebalkan. Tentu saja Mutia tidak dapat melupakan titik-titik terendah dalam hidupnya. Dia masih mengingat bagaimana sakit yang ia rasakan saat dia sadar bahwa dia dan Galen tidak ditakdirkan untuk bersama selamanya. Saat itu Mutia yakin jika Galen hanya akan menjadi salah satu orang yang pernah hadir dalam hidupnya. Mutia sudah ikhlas dengan kenyataan itu dan menjalani hari-harinya seperti biasa. Kedatangan Angkasa membawa angin segar ke dalam kehidupan Mutia. Laki-laki yang pintar memasak itu selalu berhasil membuat Mutia tersenyum. Mutia bahkan mengira jika Angkasa akan menjadi pasangan hidupnya. Sayangnya khayalannya itu menghilang saat Angkasa meninggal karena tabung gas yang meledak. Saat itu Mutia merasakan sakit yang lebih daripada saat dia tahu bahwa dia dan Galen tidak bisa bersama. Ibu Namika adalah seseorang yang membuat

  • Mistpouffer   Bab 27 : Masa Lalu (2)

    Namika membuka pintu gerbang villanya dan menatap Tante Mutia yang terlihat sangat lelah. Perempuan itu mengerutkan keningnya dan segera mempersilahkan tantenya itu untuk masuk. “Tante kenapa?” tanya Namika khawatir. Gadis itu tidak pernah melihat Mutia dengan kondisi yang sangat berantakan seperti itu. Mutia mengembuskan napasnya dan menatap langit-langit villa. Dia tidak tahu apakah dia bisa mengungkapkan hal itu kepada Namika. Tapi Mutia tahu jika Namika harus mengetahui hal itu. “Luke yang selama ini kalian bilang.. Aku kenal sama laki-laki itu,” ucap Mutia sambil memejamkan matanya. Tubuh Namika langsung menegang ketika Tante Mutia mengatakan itu. Dia dan Aruna memang sudah menduganya, tapi ia tidak menyangka jika Tante Mutia akan menceritakannya secepat ini. “Aku juga enggak tahu kenapa dia ganti nama jadi Luke. Waktu kita pacaran, namanya dia Galen,” lanjut Tante Mutia. Namika membulatkan matanya dan menahan napasnya sejenak. Namun, dia tetap duduk di samping tantenya dan

  • Mistpouffer   Bab 26 : Masa Lalu

    Mutia menggigit bibirnya ketika ia mendengar kabar dari Namika. Ia semakin yakin jika tujuan utama Luke adalah dirinya. Namun kenapa dia dulu sering menyerang Aruna? Tangannya memegang setir dan jantungnya tidak berhenti berdebar. Mutia sudah mengalami pahit dan manisnya hidup walaupun ia bahkan belum mencapai kepala tiga. Lagu yang mengalun di radio pun ia abaikan. Menjadi seseorang yang memiliki hadiah memang membuat hidupnya tidak pernah tenang. Kini Mutia menjadi takut jika Namika akan mengalami hal yang sama dengan apa yang dia rasakan. Pandangannya menatap matahari yang mulai tenggelam. Ah.. Sebuah kenangan tiba-tiba muncul di ingatannya. Sebuah ingatan yang ingin dia lupakan, karena hubungan mereka yang memburuk. Bukannya Mutia membenci hubungan Aruna dan Namika, hanya saja dia melihat mereka setiap dia melihat pasangan itu. Dia melihat mereka yang tidak bisa menyatu karena takdir. “Apa yang bakal terjadi kalau aku enggak pernah pergi ke sini ya?” gumam Mutia pelan. Itu su

  • Mistpouffer   Bab 25 : Mata-Mata

    Namika menggigit bibirnya ketika rencananya untuk menculik anggota Rajani terus-terusan gagal. Matanya menatap Inola yang sedang bermain air di pantai. Gadis itu mungkin tidak terlihat bagi ancaman di mata orang lain. Tapi setelah Namika berurusan dengan Inola, dia tahu betul jika Inola sangat mudah dimanfaatkan jika berkaitan dengan Aruna. Namika mengembuskan napasnya dan melihat beberapa orang yang sedang berlalu lalang. Ia mengerutkan keningnya ketika menyadari bahwa anggota Rajani mencapai sepuluh orang. Aruna juga selalu dalam mode waspada sejak ia mengintrogasi anggota Rajani itu. Namika terkadang tidak percaya jika Aruna bisa memiliki karakter yang sangat berbeda dengan Baruna. Ia pun melangkahkan kakinya dan mulai berlari kecil. Tante Mutia tidak membiarkan Namika mengabaikan olahraganya. Dia selalu menghubungi Aruna untuk memaksa Namika berolahraga. Tangannya merogoh taser gun yang ia letakkan di kantong celananya. Jika rencananya kali ini gagal, Namika tahu bahwa dia ha

  • Mistpouffer   Bab 24 : Pembicaraan Dengan Inola

    Namika terbangun ketika ia mendengar getaran dari ponselnya. Ia mengerutkan keningnya dan meraba ponselnya yang ada di atas meja. Namika segera membaca pesan yang dikirim itu dan terkekeh. Gadis itu segera turun ke bawah dan melihat Aruna yang sedang meminum jus jeruk. Ia segera memeluk laki-laki itu dan menunjukkan pesan yang dikirim oleh Inola. “Pagi-pagi aku udah digangguin sama fans kamu lho. Kayaknya dia masih enggak terima kalau aku berhasil bikin kamu suka sama aku,” kekeh Namika. Aruna mendesah kasar dan menatap beberapa pesan yang dikirim oleh Inola. “Apa aku bunuh aja dia ya? Lagi pula siren kayak kita enggak punya catatan sipil. Enggak bakal ada yang nyadar kalau dia hilang.” Namika terdiam dan memperhatikan Aruna sejenak. Tentu saja dia menyadari jika Aruna tak bisa disandingkan dengan manusia normal. Entah sudah berapa banyak orang yang Aruna bunuh sebelumnya. “Enggak perlu. Walaupun dia emang nyebelin, kayaknya agak keterlaluan kalau kamu sampai bunuh dia. Biarin aj

  • Mistpouffer   Bab 23 : Siren Pembunuh

    Aruna mengelus kepala Namika dengan lembut. Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam namun Aruna sama sekali tidak mengantuk. Pikirannya masih tertuju pada anggota Rajani yang mengawasi mereka. Laki-laki itu pun bangkit dari ranjang dan mencium dahi Namika. Matanya mengarah pada senjata yang tersembunyi di tasnya. Dia tidak menyangka bahwa dia akan melakukan hal ini lagi. Namun dia juga tak dapat mengabaikan perintah Sirius. Selama ini Sirius sudah menjadi mesin pembunuh dan Aruna yang melanjutkan tugasnya itu. Ia pun mulai menyiapkan pakaiannya. Aruna melangkah keluar dan menatap keadaan sekitar. Tentu saja pantai itu sangat sepi. Tapi anggota Rajani akan selalu mengawasi mereka selama seharian penuh dan inilah kesempatan Aruna. Akhirnya setelah berjalan sebentar, dia menemukan markas mereka. Tempat itu memang terlihat seperti tempat pedagang dan orang lain tidak akan menyadarinya. Laki-laki itu menempelkan telinganya dan mencoba menebak ada berapa orang yang harus ia bunuh.

DMCA.com Protection Status