Aruna tidak tahu apa yang dia inginkan. Hubungannya dengan Namika tidak memiliki kejelasan. Ah, lebih tepatnya Aruna yang tidak menginginkan kejelasan itu. Dia takut serakah. Aruna tidak yakin dia bisa melepaskan Namika setelah dia tahu bahwa dia memiliki Namika. Gadis itu memiliki masa depan yang panjang, berbeda dengan dirinya. “Jadi alasanmu enggak bisa baca pikiranku itu karena kita beda ya?” tanya Aruna sambil memperhatikan rambut Namika yang terkena hembusan angin. Perempuan itu terlihat sangat cantik di mata Aruna. Rambut panjangnya yang bergelombang itu benar-benar membuatnya kagum. Tanpa sadar Aruna sudah memegang sehelai rambut Namika. Namika yang menyadari itu hanya tersenyum. “Iya. Karena itulah aku ngerasa nyaman banget sama kamu. Aku enggak pernah ngerasa seperti ini sebelumnya. Rasanya sangat tenang.” Namika berdiri dan duduk di sebelah Aruna. Laki-laki itu menggunakan kemeja putih dan celana selutut yang menampakkan kaki jenjangnya. Jantung Namika berdetak dengan
Namika menatap koleksi dress di lemarinya. Namika bukanlah orang yang menyukai dress, tapi dia merasa dia terlihat bagus di dress berwarna putih. Aruna memang jarang mengatakan secara langsung, tapi Namika bisa langsung melihat emosi di matanya. Namika memang tidak bisa membaca pikiran Aruna, namun dia hafal dengan ekspresi seseorang ketika memikirkan sesuatu. Ia dengan perlahan mengambil dress selutut dan memakainya. Pakaian itu menampakkan bagian punggungnya dan membuat Namika menjadi lebih percaya diri. Tangannya beralih pada beberapa alat di sudut ruangan. Sepertinya sudah lama sekali Namika tidak melatih tubuhnya. Mungkin Tante Mutia akan segera menghukumnya jika dia mengetahui hal itu. Tapi Namika yakin jika tantenya sudah mengetahui hal itu. Hanya saja dia tidak mau menganggu waktu istirahat Namika. Sayangnya Namika juga tidak mau membiarkan kerja kerasnya sia-sia. “Entar sore aku olahraga deh. Sekarang mending aku bersihin villa dulu,” ucap Namika pada dirinya sendiri. I
Namika menatap beberapa orang yang melewati villa Aruna. Kecurigaannya semakin bertambah ketika pengunjung pantai itu tidak kunjung sepi. Namun Namika tidak bisa membaca pikiran mereka karena dia masih mengurus Velia. Ia melirik ke arah kamar. Aruna sedang tidur dengan lelap. Namika tersenyum kecil ketika melihat itu. Ia kemudian berjalan ke dalam dan duduk di samping Aruna. Dengan perlahan tangannya menyingkirkan rambut Aruna yang menghalangi matanya. Namika membaringkan tubuh Velia di samping Aruna dan bayi itu benar-benar menempel pada Aruna. Sudah sebelas hari Namika tinggal di sini dan dia tidak pernah merasa hidupnya sebaik ini. Jika saja tidak ada orang-orang yang menganggu kehidupan mereka, mungkin ini akan terasa sempurna. Ia menepuk bahu Aruna dengan perlahan dan laki-laki itu membuka matanya. “Aruna, aku mau keluar dulu ya. Kamu lanjut aja tidur sambil jaga Velia di sini,” ucap Namika dan Aruna mengangguk samar. Aruna kemudian membawa Velia ke pelukannya dan kembali te
Aruna mengangkat tubuh Velia dan bayi itu tertawa dengan senang. Perkembangan tubuh siren memang luar biasa. Walaupun mereka berkembang seperti manusia normal, tubuh siren lebih cepat tumbuh. Velia sudah mulai belajar untuk duduk walaupun Aruna memperkirakan usianya baru seminggu. Aruna juga mulai membawa Velia ke laut untuk memperkenalkannya dengan habitat asli mereka. Sirip Velia memiliki perpaduan warna ungu dan merah muda. Aruna kini sedang berada di goa dan menatap Velia yang berguling. Sepertinya Velia harus belajar bagaimana cara berenang. “Velia, kamu tahu kan kalau aku mencintai Namika?” tanya Aruna tiba-tiba. Bayi itu tampaknya mendengar kata-kata Aruna, namun dia memilih untuk mengabaikannya. Aruna tidak merasa terganggu dengan hal itu. “Yah, siapa sih yang enggak jatuh cinta sama dia? Namika tuh cantik banget, mana dia dari keluarga old money. Kalau dipikir-pikir, aku juga enggak pantas sama dia sih.” Namika memiki wajah yang cantik dan keluarga yang jelas. Aruna tida
Namika merasa badannya seperti melayang di sebuah kegelapan yang nyaman. Ia menyukai perasaan itu. Tapi sebuah tangan tiba-tiba menyentuh kepalanya dengan sangat lembut. Ia membuka matanya dan menyadari jika ia berada di sebuah tempat yang tidak ia ketahui. Tempat itu memiliki pencahayaan yang minim dan beberapa gelembung muncul di sekitarnya. Namika kemudian menyadari jika itu adalah goa bawah laut. Ia langsung menoleh dan melihat seorang perempuan yang memiliki telinga yang berbentuk sirip. Namika langsung mengernyitkan keningnya. “Aku jadi enggak kaget kenapa Aruna bisa suka sama kamu. Kamu memang cantik banget dan sifat kalian melengkapi satu sama lain,” kekehnya sambil berenang memutari Namika. “Kamu siapa?” tanya Namika. Ia mencoba mengangkat tangannya dan menyadari jika tubuhnya terasa sangat ringan. Ia pun duduk di sebelah Namika dan rambutnya yang berwarna biru berkibar mengikuti arus air. Perhatian Namika teralih pada siripnya yang berwarna putih disertai gradasi biru d
Namika menatap dirinya di cermin. Tanda itu selalu menarik perhatian Namika dan ia sangat menyukainya. Hal itu membuat Namika merasa bahwa dia dan Aruna sudah terikat dengan satu sama lain. Matanya mengarah ke beberapa pengawal yang mengelilingi villanya. Sudah satu minggu sejak kejadian itu dan hingga saat ini Namika sama sekali belum pernah keluar dari villa itu. Tapi itu tidak apa karena Aruna selalu mengunjunginya setiap hari. Namika menggunakan skincarenya sambil menunggu Aruna untuk datang. Ia pun langsung tersenyum ketika mendengar suara pintu depan yang terbuka. Gadis itu segera turun ke bawah dan memeluk Aruna dengan erat. Laki-laki itu mencium dahinya dan menatap Namika dari atas hingga bawah untuk memastikam kondisinya. “Aku udah sehat kok. Kamu enggak perlu sampai segitunya,” ucap Namika sambil memalingkan wajahnya. “Kita enggak tahu kalau misalkan kondisimu drop lagi gara-gara kejadian itu kan? Oh iya, kapan kamu mau ke psikolog?” tanya Aruna. Namika menelan ludahny
Laki-laki itu langsung menggeleng. “Itu karena kau memiliki kemampuan untuk membuat mithril. Luke mendapatkan efek samping dari penggunaan sihir terlarang dan mithril akan membuatnya sembuh.” Aruna langsung bergidik ketika mendengar itu. “Tapi saat aku diculik dulu, bukannya dia pasti tahu kalau aku kabur ya? Tapi kenapa dia membiarkan aku begitu saja?” tanya Aruna. “Saat itu dia belum menjadi manusia. Lagi pula saat itu kau masih berusia tiga tahun kan? Sepertinya dia tahu kau masih belum bisa membuat mithril dengan baik.” Aruna terkekeh dan mengusap wajahnya. Mithril memang dapat menyembuhkan apapun dan itu membuat Aruna penasaran seberapa parah efek samping yang dialami Luke. Sebuah pemikiran kemudian terlintas di kepalanya. “Apakah Luke pernah memiliki hubungan yang dekat dengan Tante Mutia? Atau mereka bahkan pernah memiliki hubungan romantis sebelumnya? Lavena membulatkan matanya sejenak dan menatap ke langit-langit goa. “Kau benar, mereka pernah memiliki hubungan romantis.
Namika menatap layar ponselnya. Dia dan teman-temannya memutuskan untuk bertemu di kampung halaman Yumi. Gadis itu sudah memesan villa yang berada dekat dengan Pantai Lovina. “Yumi, aku boleh ngajak cowokku enggak? Soalnya Tante Mutia sekarang lagi overprotective banget sama aku sejak kejadian itu,” tanya Namika sambil memegang ponselnya. “Ajak aja deh cowokmu, cowokku juga katanya mau ikut. Katanya kapan lagi dia bisa nginap di villa tapi gak bayar,” dengkus Yumi. Namika langsung tertawa kencang ketika mendengar itu. Ia mematikan telepon dan menatap Aruna yang tertidur di sebelahnya. Menyadari bahwa hari sudah siang, Namika mencoba membangunkannya dengan mencium wajahnya. “Aruna, bangun dulu yuk?” ucapnya lembut. Laki-laki itu perlahan membuka matanya. Mata birunya langsung menatap Namika. Tangannya menarik tengkuk Namika dan bibir mereka bersentuhan. Namika langsung melepaskan itu dan memalingkan wajahnya yang memerah. “Kamu ini baru bangun udah nakal banget ya. Mending kamu ma
Namika melirik beberapa orang yang kini sedang berdiam di villa yang Alora sewa. Entah mengapa gadis itu tiba-tiba merencanakan sesuatu yang sangat mendadak seperti ini."Jadi.. Kita sekarang mau ngapain?" tanya Yumi bingung.Alora tertawa kecil. "Ngapain aja juga boleh. Kalau aku sih hari ini mau minum aja. Dapet wine yang manis banget nih."Namika melirik Archie yang sedang menghisap vapenya. Laki-laki itu sama sekali tidak merasa canggung walaupun mereka berempat menatap Archie dengan tatapan bingung."Ini kalian berdua udah baikan apa gimana?" tanya Namika.Archie terdiam sejenak dan menatap Namika. "Hmm, mungkin bisa dibilang gitu? Aku tahu kok kalau kamu sama Yumi masih ngerasa enggak nyaman sama aku.""Masalahnya kamu tuh brengsek banget, tahu. Untung aja waktu itu kamu sogok aku pakai uang. Kalau enggak, mungkin sampai sekarang kamu juga masih belum aku maafin," sahut Arjuna.Aruna mengangguk setuju. "Yaudahlah. Minta rokok dong, Juna. Masih pusing banget nih ngurusin anggota
Namika menatap kedua kakinya yang terbenam di kolam renang. Rasanya sangat aneh karena untuk pertama kalinya, hidupnya terasa tenang lagi. Kejadian kemarin terasa seperti mimpi buruk."Aku yakin kalau aku pasti udah mati kalau kekuatannya Tante Mutia enggak aktif," komentar Aruna. Paha laki-laki itu masih terlihat sangat menyeramkan karena luka yang disebabkan oleh Luke."Jujur aku kaget banget kemarin. Ternyata Tante Mutia masih bisa melampaui batasannya dia. Yah, walaupun lumayan terbatas karena untuk lawan yang kuat, kekuatannya enggak bisa jadi pasif."Laki-laki itu mengusap rambut Namika dengan lembut. "Aku bersyukur deh, kamu enggak ada luka sama sekali. Tante Mutia lumayan parah lukanya, mana psikisnya juga lumayan terluka gara-gara Luke."Namika memang sempat melihat kondisi Mutia sekilas. Namun, dia harus mendapatkan perawatan sehingga Namika meninggalkannya di kamar. Namika melirik paha Aruna."Kamu kenapa enggak minum mithril aja? Kan pasti langsung sembuh?" tanya Namika. D
Mutia menatap Luke yang sedang merangkulnya. Siapa pun yang melihat mereka sekarang pasti berpikir jika mereka berdua adalah kekasih. Yah, mereka tidak salah jika itu terjadi sepuluh tahun yang lalu.Perempuan itu tidak mengerti kenapa Luke sampai harus melakukan ini. Mutia sangat yakin jika Luke masih memiliki akal yang sehat walaupun dia memang posesif saat mereka berpacaran."Sebenarnya ilmu hitam apa yang kau gunakan sampai kau bisa bangkit dari kubur?" tanya Mutia dengan sedikit malas. Entah apa yang harus dia lakukan supaya Luke mau membiarkannya pergi."Yah, entahlah. Ilmu hitam ini berasal dari para roh yang sudah mati. Kau tahu jika pengguna ilmu hitam akan tetap berada di dunia ini jika mereka belum melepaskan ilmu hitamnya, bukan?"Mutia mengernyit. "Aku tahu. Tapi roh? Bukankah mereka tidak bisa mati selama mereka belum melepaskan ilmu hitam mereka itu? Lalu gimana bisa kamu mengambil itu dari mereka?"Luke menyentil dahi Mutia. "Bukannya aku sudah bilang jika aku adalah s
Mutia menatap air laut yang terus menerjang. Kini dia sudah menjadi orang dewasa, namun masa lalu tidak pernah berhenti mengejarnya. Rasanya sangat menyebalkan. Tentu saja Mutia tidak dapat melupakan titik-titik terendah dalam hidupnya. Dia masih mengingat bagaimana sakit yang ia rasakan saat dia sadar bahwa dia dan Galen tidak ditakdirkan untuk bersama selamanya. Saat itu Mutia yakin jika Galen hanya akan menjadi salah satu orang yang pernah hadir dalam hidupnya. Mutia sudah ikhlas dengan kenyataan itu dan menjalani hari-harinya seperti biasa. Kedatangan Angkasa membawa angin segar ke dalam kehidupan Mutia. Laki-laki yang pintar memasak itu selalu berhasil membuat Mutia tersenyum. Mutia bahkan mengira jika Angkasa akan menjadi pasangan hidupnya. Sayangnya khayalannya itu menghilang saat Angkasa meninggal karena tabung gas yang meledak. Saat itu Mutia merasakan sakit yang lebih daripada saat dia tahu bahwa dia dan Galen tidak bisa bersama. Ibu Namika adalah seseorang yang membuat
Namika membuka pintu gerbang villanya dan menatap Tante Mutia yang terlihat sangat lelah. Perempuan itu mengerutkan keningnya dan segera mempersilahkan tantenya itu untuk masuk. “Tante kenapa?” tanya Namika khawatir. Gadis itu tidak pernah melihat Mutia dengan kondisi yang sangat berantakan seperti itu. Mutia mengembuskan napasnya dan menatap langit-langit villa. Dia tidak tahu apakah dia bisa mengungkapkan hal itu kepada Namika. Tapi Mutia tahu jika Namika harus mengetahui hal itu. “Luke yang selama ini kalian bilang.. Aku kenal sama laki-laki itu,” ucap Mutia sambil memejamkan matanya. Tubuh Namika langsung menegang ketika Tante Mutia mengatakan itu. Dia dan Aruna memang sudah menduganya, tapi ia tidak menyangka jika Tante Mutia akan menceritakannya secepat ini. “Aku juga enggak tahu kenapa dia ganti nama jadi Luke. Waktu kita pacaran, namanya dia Galen,” lanjut Tante Mutia. Namika membulatkan matanya dan menahan napasnya sejenak. Namun, dia tetap duduk di samping tantenya dan
Mutia menggigit bibirnya ketika ia mendengar kabar dari Namika. Ia semakin yakin jika tujuan utama Luke adalah dirinya. Namun kenapa dia dulu sering menyerang Aruna? Tangannya memegang setir dan jantungnya tidak berhenti berdebar. Mutia sudah mengalami pahit dan manisnya hidup walaupun ia bahkan belum mencapai kepala tiga. Lagu yang mengalun di radio pun ia abaikan. Menjadi seseorang yang memiliki hadiah memang membuat hidupnya tidak pernah tenang. Kini Mutia menjadi takut jika Namika akan mengalami hal yang sama dengan apa yang dia rasakan. Pandangannya menatap matahari yang mulai tenggelam. Ah.. Sebuah kenangan tiba-tiba muncul di ingatannya. Sebuah ingatan yang ingin dia lupakan, karena hubungan mereka yang memburuk. Bukannya Mutia membenci hubungan Aruna dan Namika, hanya saja dia melihat mereka setiap dia melihat pasangan itu. Dia melihat mereka yang tidak bisa menyatu karena takdir. “Apa yang bakal terjadi kalau aku enggak pernah pergi ke sini ya?” gumam Mutia pelan. Itu su
Namika menggigit bibirnya ketika rencananya untuk menculik anggota Rajani terus-terusan gagal. Matanya menatap Inola yang sedang bermain air di pantai. Gadis itu mungkin tidak terlihat bagi ancaman di mata orang lain. Tapi setelah Namika berurusan dengan Inola, dia tahu betul jika Inola sangat mudah dimanfaatkan jika berkaitan dengan Aruna. Namika mengembuskan napasnya dan melihat beberapa orang yang sedang berlalu lalang. Ia mengerutkan keningnya ketika menyadari bahwa anggota Rajani mencapai sepuluh orang. Aruna juga selalu dalam mode waspada sejak ia mengintrogasi anggota Rajani itu. Namika terkadang tidak percaya jika Aruna bisa memiliki karakter yang sangat berbeda dengan Baruna. Ia pun melangkahkan kakinya dan mulai berlari kecil. Tante Mutia tidak membiarkan Namika mengabaikan olahraganya. Dia selalu menghubungi Aruna untuk memaksa Namika berolahraga. Tangannya merogoh taser gun yang ia letakkan di kantong celananya. Jika rencananya kali ini gagal, Namika tahu bahwa dia ha
Namika terbangun ketika ia mendengar getaran dari ponselnya. Ia mengerutkan keningnya dan meraba ponselnya yang ada di atas meja. Namika segera membaca pesan yang dikirim itu dan terkekeh. Gadis itu segera turun ke bawah dan melihat Aruna yang sedang meminum jus jeruk. Ia segera memeluk laki-laki itu dan menunjukkan pesan yang dikirim oleh Inola. “Pagi-pagi aku udah digangguin sama fans kamu lho. Kayaknya dia masih enggak terima kalau aku berhasil bikin kamu suka sama aku,” kekeh Namika. Aruna mendesah kasar dan menatap beberapa pesan yang dikirim oleh Inola. “Apa aku bunuh aja dia ya? Lagi pula siren kayak kita enggak punya catatan sipil. Enggak bakal ada yang nyadar kalau dia hilang.” Namika terdiam dan memperhatikan Aruna sejenak. Tentu saja dia menyadari jika Aruna tak bisa disandingkan dengan manusia normal. Entah sudah berapa banyak orang yang Aruna bunuh sebelumnya. “Enggak perlu. Walaupun dia emang nyebelin, kayaknya agak keterlaluan kalau kamu sampai bunuh dia. Biarin aj
Aruna mengelus kepala Namika dengan lembut. Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam namun Aruna sama sekali tidak mengantuk. Pikirannya masih tertuju pada anggota Rajani yang mengawasi mereka. Laki-laki itu pun bangkit dari ranjang dan mencium dahi Namika. Matanya mengarah pada senjata yang tersembunyi di tasnya. Dia tidak menyangka bahwa dia akan melakukan hal ini lagi. Namun dia juga tak dapat mengabaikan perintah Sirius. Selama ini Sirius sudah menjadi mesin pembunuh dan Aruna yang melanjutkan tugasnya itu. Ia pun mulai menyiapkan pakaiannya. Aruna melangkah keluar dan menatap keadaan sekitar. Tentu saja pantai itu sangat sepi. Tapi anggota Rajani akan selalu mengawasi mereka selama seharian penuh dan inilah kesempatan Aruna. Akhirnya setelah berjalan sebentar, dia menemukan markas mereka. Tempat itu memang terlihat seperti tempat pedagang dan orang lain tidak akan menyadarinya. Laki-laki itu menempelkan telinganya dan mencoba menebak ada berapa orang yang harus ia bunuh.