Home / Rumah Tangga / Aku Mbabu, Kau Hadirkan Madu / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Aku Mbabu, Kau Hadirkan Madu: Chapter 121 - Chapter 130

185 Chapters

BAB 121. Takziah.

POV OCHA. ****“Benar kata Rini. Kami sedang buru-buru. Tolong jangan halangin jalan kami!” tegasku pada A' Eko.“Jadi kamu lebih dengerin kata orang lain daripada kataku? Begitu Ocah! Jadi apa bagusnya laki-laki semalam itu? Apa dia lebih menggairahkan, lebih kaya atau lebih memperlakukanmu sebagai Ratu, jadi kamu lebih dengerin dia daripada aku yang sudah menjadi pacarmu selama dua tahun? Gila kamu! Tak pernah kusangka kamu perempuan murahan yang mau tidur dengan siapa pun. Untung saja tidak ada orang di sini. Kalau ada yang pasti kamu akan menjadi tontonan gratis dan akan menjadi gosip!" teriak A Eko.Plak!Kali ini aku yang menampar wajah Eko. Antara sadar dan tidak yang jelas ucapan A' Eko sangat menyinggung, membuat kesal dan juga emosi. Kurang ajar sekali aku dikatakan perempuan murahan olehnya. Memang selama ini yang memakai aku siapa? Jika aku perempuan murahan, lalu Eko apa? Okelah kalau aku perempuan murahan, tapi bukan serta merta dia bebas mengatakan aku seperti itu. Toh
last updateLast Updated : 2023-07-22
Read more

BAB 122. Bertemu lagi.

POV OCHA. ****“Iya aneh. Mereka nggak ada yang nangis. Padahal ini dalam keadaan berduka. Bahkan tidak ada yang membacakan doa di samping jenazah Bapak Sudarsono. Ya begitulah manusia, Cha. Di saat manusia lain dianggap sebagai sampah dan manusia berdosa, maka manusia lainnya pun akan ikut-ikutan menghakimi,” jawab Rini. Aku sedikit paham dengan apa yang diucapkannya. Berarti orang-orang tadi yang ada di sana menganggap Bapak Sudarsono adalah lelaki sampah yang mungkin mereka beranggapan seperti itu karena Bapak Sudarsono sering memakai wanita-wanita muda untuk menemaninya tidur.“Tapi kasihan, loh, Rin. Sungguh Bapak itu kasihan. Padahal sebenarnya Bapak Sudarsono itu, orang baik. Hanya orang-orang yang tidak mau membuka hati saja dan tidak mau mencari tahu lebih dalam yang beranggapan bahwa Bapak Sudarsono itu tidak baik,” jawabku.“Ih! Kamu itu ya, Ocha. Kan, aku sudah bilang sama kamu. Semua laki-laki itu paling akan berperilaku baik sama perempuan yang dibooking-nya. Jadi plea
last updateLast Updated : 2023-07-23
Read more

BAB 123. Kesaksian.

POV OCHA. ****Guyuran air yang membasuh seluruh tubuh, membuatku sedikit rileks. Segar sekali. Malam ini aku sengaja mandi wajib taubat dan setelah ini aku akan salat taubat dan juga setelah sholat taubat, aku akan meminta pertanggungjawaban dari A' Eko untuk menikahiku. Jika dia tidak mau, maka aku akan tinggalkan dia. Aku akan memulai kehidupanku dan dengan nominal uang 10 juta yang aku kirimkan ke Emak, akan kuminta untuk membuka usaha.“Rini, kamu kah itu?” Tadi aku dengar dari kamar mandi seperti ada seseorang yang membuka pintu kamarku. Padahal, kan, Rini masih beli makan. Ah, pasti itu dia. Anak ini tidak mungkin tidak mengunci pintu.Klek!Begitu aku buka pintu kamar mandi, ternyata lampu di kamarku mati. Padahal aku waktu ke kamar mandi menyala. Aneh sekali! Apakah ada seseorang di sini? Dengan hati-hati aku meraba-raba dinding dan saat aku hendak menghidupkan lampu, seseorang memelukku dari belakang. Bukan hanya memelukku. Bahkan dia meremas kedua payud*r*ku dan mencium p
last updateLast Updated : 2023-07-23
Read more

BAB 124. Keputusan.

POV OCHA. ***“Kok, aku tetap nggak percaya, ya, Cha? Mustahil banget seorang pengusaha kaya raya model Bapak Sudarsono, tidak pernah meniduri perempuan yang di bookingnya. Alasannya itu mustahil, Ocha.”“Tapi, itulah kenyataannya, Rin. Makanya waktu aku dengar Bapak Sudarsono sudah meninggal dunia, aku sangat syok. Makanya aku langsung ingin ke sana dan ingin memberikan penghormatan terakhirku padanya. Dialah yang sudah membuatku menjadi begini dan kamu tahu? Meskipun aku tidak menemaninya tidur, dia tetap memberikan aku uang. Kata dia, gunakan uangnya untuk hal kebaikan. Jangan lagi aku terjun ke dunia haram! Begitu katanya, dan kamu tahu, Rin? Semalam aku disuruh ganti baju sama beliau. Malu rasanya beliau memberikan aku baju. Itu bajunya masih belum aku cuci. Kamu bisa lihat sendiri,” kataku lagi seraya yang menunjuk pada baju kotor di keranjang depan pintu kamar.“Lalu, jika kamu sudah memutuskan begini, bagaimana kelanjutan hubunganmu dengan Eko?” tanya Rini dan ini adalah y
last updateLast Updated : 2023-07-24
Read more

BAB 125. Kabar buruk.

POV OCHA ****Satu bulan sudah kujalani tanpa A' Eko. Aku juga sudah menghapus nomornya dan dia pun sudah tidak menghubungiku lagi. Itu artinya keputusanku adalah tepat dan itu artinya keputusan dia juga tepat. Tidak mengapa, memang aku salah dan aku tidak akan menuntut lebih dari mereka. Selama ini yang kami lakukan adalah atas dasar suka sama suka. Jadi aku pun tidak bisa menuntutnya. Ada yang membuatku panik adalah soal datang bulan sampai detik ini belum kedatangan tamu itu. Aku takut sekali kalau aku hamil dan jika itu benar terjadi, aku harus meminta pertanggungjawaban siapa? A' Eko? Tentulah tidak mungkin. Apalagi selama ini dia sudah sangat terlihat bahagia bersama istrinya. Itu aku ketahui dari beberapa kali secara tidak sengaja melihatnya ketika di mall.“Aku di mana, Rin? Kok, seperti di rumah sakit?” tanyaku pada Rini. Perasaan tadi pagi setelah sarapan, aku pergi berangkat kerja dan tiba-tiba semuanya gelap dan kenapa sekarang aku malah ada di sini? Jangan-jangan aku sak
last updateLast Updated : 2023-07-25
Read more

BAB 126. Ibu kos marah.

****POV OCHA. ****“Iya. Katanya, sih, mereka akan datang ke sini, tapi Ibu nggak bilang sama mereka kalau kamu hamil. Ibu hanya bilang sama mereka kalau kamu sakit kritis dan dirawat di rumah sakit,” jawab Ibu kos dan itu benar-benar membuatku lega.“Ya Allah. Makasih, Ibu. Aku kira Ibu akan jujur pada keluarga aku kalau aku di sini sedang hamil. Makasih, Ibu buat aku lega kembali. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya kalau Ibu katakan pada keluargaku kalau aku sakit karena hamil. Pasti mereka akan malu sekali.”“Iya, Ocha. Ibu juga nggak mungkin, dong, gegabah. Ibu tahu perasaanmu. Itu sebabnya Ibu hanya bilang pada mereka kalau kamu sakit. Jadi untuk sekarang, Ibu minta sama kamu untuk hubungi pacar kamu untuk tanggung jawab karena kehamilan itu tidak bisa disembunyikan, Ocha. Semakin hari akan semakin membesar dan anakmu itu butuh seorang Ayah. Kamu harus minta tanggung jawab. Kalau pacarmu tidak mau tanggung jawab kamu datangi keluarganya, Ibu akan bantu.”“Iya, Bu. N
last updateLast Updated : 2023-07-25
Read more

BAB 127. Bingung dan takut.

POV OCHA. ***“Ibu, Ibu. Tolong sabar! Ini tidak seperti yang Ibu pikirkan. Ocha dan pacarnya itu, suka sama suka, Bu. Ocha pacaran dengan suami orang itu, awalnya Ocha nggak tahu kalau dia suami orang. Jadi Ibu jangan menghakimi Ocha seperti itu, ya! Kasihan dia,” bela Rini.“Halah ... semua pelakor pun gitu. Akan membela dirinya dengan mengatakan bahwa tidak tahu kalau pacarnya sudah beristri. Itu adalah alasan klasik yang sangat basi, Rini. Dan Ibu sama sekali tidak percaya. Ibu benci pelakor. Mulai sekarang, biarkan Rini yang mengurus keperluan kamu sendiri, Cha. Ibu tidak mau ikut campur. Terlalu sakit kenyataan yang Ibu terima ini. Meskipun Ibu bukan istri dari pacarmu itu, tapi Ibu pernah ada di posisi itu. Jadi Ibu tahu bagaimana rasa sakitnya. Ingat, Ocha! Karma itu tidak semanis kurma, karena itu akan berlaku bagi orang yang melakukan kejahatan. Mungkin sekarang kamu belum mendapatkan balasannya, tapi suatu hari nanti dan suatu saat nanti Ibu yakin. Jika kamu akan mendapatk
last updateLast Updated : 2023-07-25
Read more

BAB 128. Orang tuaku marah.

POV OCHA. ***“Ya Allah, Mak!" Aku panik begitu melihat Emak langsung duduk lemas di ambang pintu kos untungnya Rini sigap membantu Emak untuk berdiri. Sedangkan A' Eko tetap saja hanya diam. Dia seperti orang kebingungan atau entah apalah itu yang jelas saat ini kenapa aku tiba-tiba benci sekali dengannya.“Siapa yang hamilin kamu? Siapa? Kenapa kamu tidak dengar nasihat Emak? Kenapa kamu jadi perempuan gampangan, Ocha? Kamu tidak dengerin Mak! Ya Tuhan, dosa apa aku.” Mak menangis seraya memukul-mukul dadanya. Sesak sekali aku melihat pemandangan seperti itu di depan mataku. Maafkan aku, Mak. Kemang aku adalah perempuan gampangan. Maafkan aku! Aku sungguh menyesal.“Ocha, ternyata kecurigaan Bapak selama ini benar. Kamu di kota ini bekerja tidak benar. Kamu menjual dirimu untuk membahagiakan kami. Bapakmu ini tidak butuh uangmu, Nak! Bapakmu ini butuh anak soleha dan berbakti kepada orang tua itu bukanlah dengan uang haram, Nak, tapi dengan rezeki yang halal. Jika kamu tidak sangg
last updateLast Updated : 2023-07-26
Read more

BAB 129. Mau bertanggung jawab.

POV OCHA #Semua POV OCHA tentang masa lalunya, sebelum ODGJ***Kini, Bapak lari ke dapur kos, lalu kembali lagi membawa pisau. Kami teriak histeris. Bapak benar-benar sudah tidak terkendali. Bapak benar-benar sangat marah. Anehnya A' Eko tetap diam di tempat. Dia seperti pasrah saja mau dibunuh oleh bapakku. Padahal darah sudah mengucul dari hidungnya dan juga bibirnya sudah pecah bekas dihajar Bapak tadi.“Bapak, Istighfar, Pak! Istighfar! Kalau Bapak masuk penjara, Emak sama siapa? Anak-anak di rumah sama siapa, Pak? Jangan hanya karena perbuatan Ocha, kita semua kena imbasnya begini, Pak! Biarkan saja. Kita buang Ocha, tapi Bapak tolong istighfar! Jangan Bapak melakukan ini! Jangan bunuh dia, Pak! Bukan Mak belain dia, tapi Emak gak mau Bapak masuk penjara. Masih ada anak-anak di rumah. Masih ada Emak yang butuh bahu Bapak, yang butuh perlindungan Bapak. Tolong, Pak, Istigfar!” ucap Mak seraya menangis dan memeluk Bapak dari belakang. Aku rasanya sudah mau pingsan. Mataku berku
last updateLast Updated : 2023-07-27
Read more

BAB 130. Rundingan.

POV OCHA. ***Sepeninggal A' Eko, pintu kosan langsung ditutup sama Ibu kos. Saat ini hanya ada kami di sini. Sedangkan Ibu kos memberikan ruang dan waktu untuk aku dan orang tuaku membicarakan masalah ini. Rini masuk ke kamarnya. Sedangkan Ibu kos pulang ke rumahnya yang berada di samping kos-kosan kami.“Pak, Bu. Silakan tehnya diminum dulu! Bapak sama Ibu pasti lelah. Ini juga ada nasi. Tadi aku sengaja beli nasi Padang untuk Ibu sama Bapak. Perjalanan jauh pasti menguras energi. Ditambah lagi tadi kejadian tak terduga menyambut kedatangan Bapak dan Ibu. Tolong dimakan, ya, Pak, Bu,” ucap Rini seraya menyajikan makanan dan juga teh hangat di meja.“Terima kasih, ya, Rin. Kamu baik banget sudah mau membantu aku. Sekali lagi terima kasih. Biarkan saja nanti aku yang beresin. Lebih baik kamu istirahat. Bukankah kamu tadi bilang ada janji dengan klienmu?” kataku pada Rini. Klian yang kumaksud adalah Mas Ilham pacarnya. Aku biasa mengucapkan itu di depan orang lain agar orang lain ti
last updateLast Updated : 2023-07-28
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
19
DMCA.com Protection Status