Home / Rumah Tangga / Aku Mbabu, Kau Hadirkan Madu / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Aku Mbabu, Kau Hadirkan Madu: Chapter 91 - Chapter 100

185 Chapters

BAB 93. Mereka datang.

"Ada perlu lain lagi, Sus?" tanyaku."Em, itu tentang hutang Ibu anda ...." Suster bernama tag Isah itu mengangtung ucapannya."Saya tidak tahu menahu, Sus. Tagih saja sama yang bersangkutan. Ini rumah sakit nakes tidak berhak menanyakan masalah pribadi. Bisa itu nanti pas sudah keluar dari rumah sakit. Kalau Suster masih ngeyel akan saya viralkan," jawabku. Suster isah hanya diam saja."Em ... maaf. Bukan bermaksud begitu, tapi baiklah saya akan menagihnya nanti ke rumah anda. Mari saya bantu untuk memindahkan mertua anda." Aku hanya mengangguk saja. Jengah rasanya. Aku dan suster tadi berjalan beriringan menuju kamar perawatan Ibu.“Lisa, dari sekian banyak Suster yang bekerja di rumah sakit ini, kenapa kamu itu malah minta tolong sama dia? Sengaja, ya, kamu mau bikin Ibu kesal?” ujar Ibu saat beliau mengetahui aku datang bersama dengan suster tadi.“Iya. Memang susternya banyak, Bu, di rumah sakit ini, tapi 'kan ada bagiannya masing-masing dan kebetulan Suster Isah inilah yang ber
last updateLast Updated : 2023-07-08
Read more

BAB 94. Tak terima kelas 3.

“Ya, sebentar. Teteh ambil dulu uangnya,” jawabku.Kuambil uang Rp 300.000 dari dalam dompetku lalu kuserahkan pada Salsa. Kurasa uang segitu cukup. Bensin 200.000 cukup sampai rumah dan beli sarapan Rp100.000. Apalagi Ibu sudah dapat jatah dari rumah sakit, pastilah cukup.“Apa? Cuma 300.000? Dikit amat, sih, Teh. Nggak cukup, dong, Teh. Bensin aku itu bener-bener habis. Sudah gitu besok aku mau makan apa kalau cuma Rp100.000 begini. Belum lagi aku harus belikan sarapan untuk Ibu. Teteh tahu sendiri, kan, kalau Ibu itu makannya milih-milih dan juga orang sakit itu harus makan yang bergizi. Kita nggak boleh sembarangan ngasih makanan. Nanti bukannya sembuh malah tambah parah.” Salsa protes tidak mau menerima uang yang kuberi.“Mau, nggak, 300.000 buat beli bensin sama sarapan? Segini banyak, Salsa. Rp100.000, kamu bisa makan 3 kali di sini uang bensin 200.000 cukup untuk pulang ke rumah. Kalau nggak mau, ya sudah. Lagi pula, ya Salsa. Ibu, kan, sudah dapat jatah makan dari sini. Kamu
last updateLast Updated : 2023-07-08
Read more

BAB 95. Misi.

POV RARA.“Wah siapa itu? Bagus sekali mobilnya. Terus yang punya juga ganteng,” tanyaku pada Susi. Adik perempuanku. Saat ini kami sedang ada di acara nikahan sepupu jauh kami. Mataku tak bisa berkedip saat melihat seorang lelaki turun dari mobil yang bagus.“Emang Teh Rara belum tahu? Itu, tuh, suaminya Teh Ocha dari kota. Kaya raya, loh, Teh,” jawab Susi seraya menyenggol sikuku. Ah, rupanya itu suaminya Teh Ocha yang selama ini menjadi buah bibir di keluarga besar kami. Beruntung sekali Teh Ocha punya suami kaya raya. Sudah gitu, sepertinya orangnya juga ramah sama orang lain. Andai aku juga bisa punya suami, pasti hidupku sangatlah sempurna.“Kamu tahu dari mana, Sus? Jangan asal ngomong, loh. Kayaknya dia masih sendiri. Kalau dia suaminya Teh Ocha, kenapa dia datang ke sini seorang diri? Teh Ochanya mana?” tanyaku balik pada Susi.“Teh Ocha udah datang duluan dari semalam, Teh. Itu suaminya pasti nyusulin Teh Ocha. Kan, Teh Ochanya lagi hamil muda. Jadi kabarnya, sih, karena keh
last updateLast Updated : 2023-07-10
Read more

BAB 96. Hanya simpanan.

POV RARA.****“Teteh, akan terus mencoba sampai Teteh berhasil. Kalau gagal, ya, coba lagi. Gagal lagi, coba lagi. Gitu dong, Susi! Jadi orang, tuh, jangan pantang menyerah. Hidup itu, tuh, harus semangat terus berjalan mewujudkan cita-cita dan mewujudkan impian.”“Ya itu, sih, bagusnya dari Teteh. Cuma itu setiap kegagalan, Teteh akan mencoba terus sampai Teteh berhasil. Tapi, sayangnya tujuan Teteh selama ini nggak ada yang berhasil. Saran aku, Teh, jangan terlalu pemilih! Lihat umur udah makin tua. Nanti kalau nggak ada lagi yang mau sama Teteh, kan, kitanya yang rugi, Teh. Sebagai perempuan itu, tujuan hidup kita, tuh, cuma satu, Teh, berbakti sama suami dan kasih keturunan yang sholeh-solehah. Berbakti sama orang tua. Masalah harta, pasti nanti kita dapat, kok, Teh. Kalau kita, tuh, sabar mau berjuang, orang tua kita juga, Teh, nggak menuntut anak-anaknya supaya hidup sukses berkecukupan. Emak sama Bapak cuma nyuruh kita jadi perempuan solehah. Lihatlah Teteh selama ini. Teteh a
last updateLast Updated : 2023-07-10
Read more

BAB 97. Kujadikan saingan.

POV RARA.***“Ya emang, sih, Teh, hampir 3 tahun ini dan Teh Ocha berhasil hamil. Itu sebabnya suaminya sayang banget sama Teh Ocha. Karena kabarnya suaminya Teh Ocha kawin lagi dan memilih Teh Ocha sebagai istri simpanan dikarenakan istri pertamanya nggak bisa ngasih anak, Teh. Sudah 7 tahun menikah, makanya kawin lagi.” Aku hanya menganggukkan kepala saja mendengarkan penjelasan Susi.“Tapi, Sus. Kok, orang tuanya ngasih izin, sih? Emang nggak kasihan sama menantunya? Punya anak atau enggak, kan, bukan kuasa kita, Sus. Tuhan yang berkuasa. Walaupun aku begini-begini, kata kamu aku ini perempuan gak bagus, perempuan gak mau tutup aurat, tapi aku tahu, dong, gimana perasaannya. Seorang perempuan yang belum bisa hamil, kalau boleh minta, pasti itu istri pertamanya suaminya Teh Ocha nggak mau gitu.”“Kalau soal itu aku kurang paham. Lagi pula, ya, Teh, itu pernikahan Teh Ocha sama suaminya ini dapat restu dari orang tua suaminya Teh Ocha. Jadi, ya gitulah, Teh. Pokoknya meskipun nikah
last updateLast Updated : 2023-07-10
Read more

BAB 98. Akan kurebut.

POV RARA.***“Ya gimana nggak aku tolak, ya, Teh? Soalnya nggak sesuai kriteria aku, sih, Teh. Mereka semua di bawah standar, makanya nggak aku terimah, Teh. Dari pada kita hidup susah, kan, Teh, bersuamikan orang kampung. Ya, lebih baik kita selektif dalam memilih pendamping hidup. Teh Ocha, aku bete, nih, di rumah aja. Nggak ada kegiatan dan aku nggak mau kalau disuruh ke sawah. Masak gadis cantik seperti aku harus ke sawah bantuin Emak sama Bapak? Teteh cariin aku kerjaan, dong! Teteh, kan, tinggal di kota. Pasti banyak kenalan. Nggak apa-apa, deh, Teh, gajinya kecil. Yang penting aku bisa keluar dari kampung ini, Teh. Siapa tahu dengan aku kerja di kota, nanti bisa dapetin jodoh kayak Teteh," pintaku.“Apa, ya, Ra? Enggak tahu juga si Teteh, kalau masalah kerjaan karena selama ini Teteh pun nggak pernah yang namanya mengerjakan pekerjaan rumah. Jadi Teteh nggak pernah gabung sama pembantu untuk menanya-nanyakan kerjaan apa yang pas. Kalau kerjaan pembantu, kamu mau, nggak?” jawab
last updateLast Updated : 2023-07-10
Read more

BAB 99. Tak Sabar.

POV RARA. ***“Yah, kalau itu, sih, terserah kamu saja, Sayang. Aku serahkan sepenuhnya pada kamu, tapi kalau bisa ... bantulah sepupumu ini. Kasihan dia, kan, lagi pula kita juga sedang butuh tenaga di rumah. Kalau misalnya nanti keluarga nggak setuju si Rara jadi pembantu di rumah kita, ya sudah nggak apa-apa. Nanti biar Aa' carikan kerjaan di tempat lain. Jaga toko mungkin,” kata A' Eko lagi. Yes! Ini berarti A' Eko sudah setuju dan memberikan harapan padaku untuk bekerja di sana. Semoga saja rencanaku kali ini tidak akan pernah gagal lagi.“Hatur nuhun Aa, sudah mau bantu Rara. Semoga Allah balas kebaikan Aa'. Semoga juga nanti Teh Ocha lahirnya normal. Anaknya sehat. Ngomong-ngomong, anaknya laki-laki apa perempuan?” tanyku lagi.“Perempuan, Ra. Kemarin Teteh sudah USG di dokter ternama di kota dan katanya perempuan. Teteh udah USG 3 kali dan semua bilang perempuan. Teteh senang sekali. Selama ini, kan, memang Teteh suka anak-anak dan Teteh itu suka anak perempuan. Eh, kok, dik
last updateLast Updated : 2023-07-10
Read more

BAB 100. Dibela mertua Ocha.

POV RARA.***“Nggak usahlah, Besan. Kita sederhana aja. Biasa aja bikin syukurannya. Dari pada uangnya dihabiskan untuk acara syukuran begitu, lebih baik kita belikan sawah lagi aja untuk masa depan cucu kita. Pesta begitu, kan, pasti habis banyak uang,” sahut ibunya Teh Ocha. Dih, norak! Dikasih senang, kok, malah nggak mau. Biarlah itu jadi urusan keluarganya. Kalau misalkan mau buat pesta,uang untuk beli sawah tinggal minta lagi aja. Aku yakin duitnya banyak.“Eh, yah, nggak apa-apa, Besan. Saya senang kalau bikin pesta besar-besaran. Apalagi cucu pertama. Asyik, kan, kalau kita, tuh, nanti di sini semakin disanjung sama keluarga. Sama tetangga-tetangga. Emang Besan nggak mau kalau dihormati banyak orang?” jawab mertua Teh Ocha lagi. Keren sekali sudah kaya, royal lagi.“Kalau gitu terserah, Besan saja. Kalau kami, memang tidak punya uang. Jadi sayang," jawab ibunya Teh Ocha. Dasar mental miskin!“Oh, kalau masalah uang, mah, tenang aja. Semua biaya biar kami yang keluarkan. Besa
last updateLast Updated : 2023-07-10
Read more

BAB 101. Halal, haram, hantam!

POV RARA. ***Lisa 3 Pov Rara 1“Bibi, nggak boleh, lho, ngomong kayak gitu sama Si Rara. Ingat, Bi! Kalau Bibi itu juga masih punya anak gadis. Nggak mau, kan, kalau anak gadis Bibi nasibnya akan seperti teh Rara,” sahut Susi membelaku.“Ah! Kamu itu, Susi. Mentang-mentang si Rara kakakmu. Jadi kamu belain begitu. Kalau Bibi nggak khawatir, Sus, anaknya Bibi itu menerima semua orang dengan lapang dada dan apa adanya. Sadar diri, padahal kalau dipikir-pikir anak Bibi itu jauh lebih cantik dari Rara,” jawab Bibi lagi.“Sudah, sudah! Nggak usah diperpanjang. Nggak usah jadi pertengkaran begini. Seseorang terlihat cantik atau tidaknya itu dari adab dan etika pada orang lain. Kalau aku pribadi lebih setuju dengan pendapatnya Neng Rara, ya, Tante. Doakan, ya, Neng. Semoga dapat jodoh sesuai dengan harapan Eneng.” Aku menggangguk mengiyakan.“Tante, tadi itu aku sudah tanya sama Teh Ocha. Apakah dia butuh baby sitter atau asisten rumah tangga di rumahnya? Aku mau bekerja di sana. Lumayan b
last updateLast Updated : 2023-07-10
Read more

BAB 102. Persiapan.

POV RARA. ***“Pokoknya nanti kamu di sana harus kerja dengan maksimal, Neng. Maksimal kerja membantu Teh Ochanya, sama maksimal godain suami Teh Ocha. Pokoknya ini misi antara Neng dan Emak. Yang lain jangan boleh tahu, karena kalau sampai yang lain tahu ... bisa-bisa semuanya berantakan, Neng. Paham, kan, apa yang Emak bilangin ke Neng semalam? Pokoknya kasih servisan terbaik kalau misalnya suaminya Teh Ocha sudah tergoda sama Eneng!” Nasihat Emak padaku saat ini.Kami ada di kamar dan pintu sengaja aku tutup biar Susi dan adikku si Rita tidak asal masuk saja. Mereka biasanya asal nyelonong masuk ke kamarku tanpa ketuk pintu terlebih dahulu. Semalaman memang aku membahas rencanaku yang akan menjadi perebut suaminya Teh Ocha saat nanti kerja di sana dan ternyata Emak sangat memihak padaku. Emang dari dulu Emak selalu mendukung apa yang aku lakukan. Makanya aku tidak segan-segan untuk membeberkan semua rencanaku pada Emak.Bahkan Emak memberikan tips-tips itu padaku agar suami Teh Oc
last updateLast Updated : 2023-07-11
Read more
PREV
1
...
89101112
...
19
DMCA.com Protection Status