Home / Pernikahan / JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA: Chapter 21 - Chapter 30

205 Chapters

Kencan Dengan Bunda

"Ayah enggak ikut?" tanya Jevano saat melihat ayahnya duduk di ruang tengah dengan banyak kertas yang mengelilinginya. Ayahnya terlihat sangat sibuk dan serius membaca tulisan di kertas yang bertumpuk-tumpuk itu."Hmm?" Jamal tidak menoleh sedikit pun. Dia malah mengangkat tangannya dan menunjukkan telapaknya kepada Jevano. Suara kertas yang dibolak-balik memenuhi kesunyian untuk beberapa saat.Jevano masih berdiri di tempatnya, sabar menunggu jawaban dari sang ayah. Dia menyempatkan diri untuk melihat pakaian yang dia kenakan. Terasa nyaman dan pas di tubuhnya. Juga ... sangat keren. Bahkan dia tadi terus menatap refleksinya sendiri di cermin. Dia hampir tidak percaya bahwa yang dia tatap di cermin adalah dirinya sendiri. Meskipun dibelikan bundanya secara daring, ternyata hasilnya saat dia pakai tidak mengecewakan. Astaga, dia mungkin lupa kalau bundanya adalah seorang penyelam dunia fashion."Apa?" Jamal menoleh. Dia tersenyum melihat tampilan anaknya. Sangat tampan, sama seperti d
Read more

Bersama Bunda

Juwita menghampiri Jevano yang berdiri di teras rumah. Dia mencolek pundak pemuda itu. "Maaf, ya, Bunda agak lama."Jevano hanya menoleh sejenak dan mengalihkan pandangannya ke arah yang lain. "Hmm. Enggak papa, Tante." Tetap saja nada bicaranya datar seperti triplek. Satu lagi, sebutan itu belum juga berganti."Kamu tunggu di sini, ya. Bunda mau ambil mobil dulu." Juwita berpamitan. Dia meninggalkan belaian di rambut Jevano lalu pergi ke garasi.Tanpa sepengetahuan Juwita, pemuda itu tersenyum meskipun tipis. Dia pun tetap berdiri setia menunggu bundanya sambil memandang luas halaman depan rumah kakeknya ini. Sangat asri sekali. Dia sangat betah. Terlebih lagi semua orang yang ada di sini ramah. Bahkan tanpa keluar rumah pun kebutuhannya sudah tercukupi.Jevano menghela napas dalam. Ini akan menjadi perjalanan pertamanya untuk bepergian dengan wanita yang berkedudukan sebagai ibunya. Ya, meskipun bukan ibu kandung, tapi dia sangat bersemangat. Yang biasanya dia hanya pergi dengan aya
Read more

Percakapan Ringan dan Harus Stay Cool

Di tengah perjalanan, tidak ada konversasi di antara Juwita dan Jevano. Mereka berdua sama-sama diam dan fokus dengan jalan depan. Terkadang, jika tertarik dengan pemandangan, Jevano akan mengikutkan arah pandangnya hingga menyamping.Sedari tadi, Juwita mencuri-curi pandang ke arah anaknya. Setelah Jevano menghindarinya tadi, dia jadi agak ragu untuk mengajak bicara pemuda itu. Dia pun memilih untuk menyalakan radio dan menyetel gelombang yang biasa dia dengarkan bersama Hellen ketika bersama. Sebenarnya Hellen yang sangat menyukai gelombang itu, karena biasanya para pembawa suaranya memutar lagu Kpop. Dia hanya ikut-ikutan. Sejujurnya, dia tiba-tiba teringat dengan wanita itu setelah merasa tertolak tadi. Rasanya ingin curhat saja.Terdengar satu lagu boy group yang baru diputar di radio itu. Nadanya seperti ketukan beraturan yang jarang lalu disusul dengan rap dari salah satu anggotanya."Boom?" Jevano berguman dalam keheningan.Juwita langsung menoleh. Dia membagi perhatian ke ana
Read more

Jalan Dengan Bunda

Mata Jevano tidak bisa tenang melihat sekitar. Hawa di Pakuwon Mall sungguh berbeda dengan mall yang pernah dia kunjungi bersama ayahnya. Sangat jauh malahan. Entah ini karena dirinya yang sangat jarang pergi ke mall atau memang hanya jiwanya saja yang sedang meronta-ronta. Benar kata ayahnya, hidup mereka sudah berubah sekarang. Bahkan berubah seratus delapan puluh derajat. Sedari tadi juga dia hanya mengintil bundanya dan tetap menjaga jarak dekat dengan wanita itu. Bisa gawat kalau dia tersesat di mall sebesar ini."Kita beli apa dulu, nih?" tanya Juwita sambil terus berjalan. Dia memelankan langkahnya agar bisa berjalan beriringan dengan Jevano. Senyumannya selalu mengembang untuk anaknya itu."Terserah." Tubuh Jevano agak mepet dengan bundanya. Bahkan dia agak maju, mendahului sehingga bundanya ada di belakang tubuhnya. Dia melihat beberapa orang pria yang berpakaian rapi sedang berjalan di arah yang berlawanan. Beberapa dari mereka melihat ke arah bundanya dengan tatapan intens.
Read more

Nominal Yang Gila

Jevano melihat-lihat beberapa gawai yang dipajang. Dia membaca satu-satu keterangan yang ada di sampingnya. Sang bunda mengikutinya dan memperhatikan cara anaknya memahami gawai-gawai tersebut."Ini yang keluaran baru, Kak. RAM dan juga penyimpanannya besar. Cocok buat anak muda yang suka main game. Kapasitas baterainya juga enggak main-main, bisa tahan lama." Salah satu sales yang berjaga di toko itu menghampiri mereka dan menunjuk ke salah satu produk di depan Jevano.Jevano mengangguk. Dia juga tertarik dengan yang ditawarkan oleh sales wanita itu. Tadi dia juga mencoba untuk melihat-lihat isi dan kinerjanya. Itu memang gawai yang sangat berkualitas. Namun, saat membalik kertas keterangan gawai tersebut, Jevano menahan napas. Dia menelan ludahnya dengan susah payah. Harganya tidak main-main."Kamu suka apa enggak, Jev, sama yang ini? Kalau iya, biar sekalian dibantu Mbak-nya." Juwita bisa melihat ketertarikan di mata anaknya.SEBELAS JUTA. Itu saja total jika diskon yang ada ditera
Read more

Kebutuhan Dan Tatapan Tajam Ayah

Mobil putih itu berhenti di garasi rumah. Mesinnya sudah mati total dan dengan otomatis kunci pintu terbuka. Hawa dingin dari air conditoner sudah tidak berhembus lagi. Menambah gerah lelaki yang masih terduduk di bangku penumpang depan itu."Enggak turun, Jev?" tanya Juwita, merasa ada yang aneh dengan anaknya.Jevano hanya melihat sejenak ke bundanya dan mengangguk. Tidak ada lagi wajah terkekeh ataupun senyuman yang bersahabat seperti tadi. Pemuda itu kembali dengan wajah lempengnya yang lebih mirip triplek ganteng. Harap jangan lupakan fakta bahwa dia adalah anak dari Jamal yang tampan.Ibu dan anak sambung itu turun dari kendaraan dan menuju ke bagasi. Sudah ada dua pelayan mereka yang menunggu. Awalnya Jevano heran, kenapa ada dua orang yang mendatangi mereka dan berdiri di belakang mobil. Pertanyaannya pun terjawab saat Juwita membuka pintu bagasi. Dua pelayan itu dengan segera mengambil barang-barang belanjaan mereka, akan membawakannya masuk ke rumah."Tolong taruh di ruang t
Read more

Hubungan Yang Terjalin

Jevano menggigit bibir dalamnya. Dia tidak berani angkat bicara."Iya, Mas. Jevano pasti perlu semua itu." Juwita menjawab, masih dengan nada yang sangat antusias. Dia tidak tahu saja sedari tadi anaknya sudah ketar-ketir tak karuan. Terlihat dari mata anaknya yang bergetar.Sedangkan Jevano, dia hanya bisa mengangguk kaku lalu menunduk. Dia melihat wajah ayahnya sedang menahan sesuatu. Dia tidak jadi bernapas dengan lega meskipun dibantu oleh sang bunda."Perlu semuanya, Jev?" tanya Jamal dengan datar.Seketika tubuh Jevano membeku. Kepalanya mendongak dan menatap ayahnya penuh. "Sepertinya begitu, Yah. Tan-Tante yang anjurin buat beli laptop dan tablet." Padahal dia juga tidak terlalu tahu tentang kebutuhannya di sekolah nanti apa. Yang penting sekarang dia harus menyelamatkan sebagian nyawanya yang mulai menguap."Oh, Bunda, ya, yang anjurin?" Nada Jamal memang sangat slow tap
Read more

Pelajaran Kedisiplinan

Gemericik air di kamar mandi masih terdengar jelas. Belum ada tanda-tanda dari orang yang sedang membersihkan tubuhnya itu untuk segera keluar dari sana. Sekitar lima belas menit berlalu dan pemuda yang sudah puas menyegarkan badannya itu keluar dengan celana tiga perempat tanpa baju atasan. Rambutnya basah dan dia tutupi dengan handuk yang tersampir di kepalanya."Astaga, Ayah!" Jevano hampir terpeleset ke belakang saat melihat ada sosok pria yang duduk di kasur, menghadap langsung ke pintu kamar mandi. Lampu kamarnya juga belum dinyalakan, membuat penerangan di kamarnya menjadi sangat temaram, hanya ada cahaya bulan. Sudah seperti adegan film horor thriller saja.Pemuda itu menyentuh dadanya, merasakan detak jantung yang semakin cepat memacu karena kejadian barusan. Pacuan itu semakin kuat saat otaknya yang sangat pintar itu dengan setia menyegarkan memori tentang ayahnya. Huft, mungkin ini saatnya dia mendapatkan pelajaran kedislipinan dari ayahnya."Ada apa, Ayah?" tanya Jevano me
Read more

Suami Istri Atau Sahabat?

Mata Juwita berbinar ketika sampai meja makan. Dia melihat jajaran beberapa menu yang ada di atas meja. Hiasan dan suasana yang disiapkan oleh suaminya sungguh sangat menyentuh. Ada lilin-lilin yang dinyalakan untuk menemani makan malam mereka bertiga. Dia sampai tidak bisa berkata-kata."Mas? Ini semua?" tanya Juwita tidak tahu mau bilang apa.Jamal menoleh lalu mengangguk ringan. Dia tersenyum tampan dan mengulurkan tangannya. Dia pun disambut. "Udah turun ternyata. Silakan." Dia memperlakukan Juwita seperti seorang putri bangsawan. Dia mempersilakan istrinya untuk duduk.Jevano yang sudah duduk rapi sedari tadi di depan orang tuanya itu hanya bisa melongo. Apa yang baru saja dia lihat? Baru kali ini dia melihat ayahnya romantis dengan wanita seperti itu. Ya, memang selama ini dia tidak pernah melihat ayahnya mempunyai hubungan dengan wanita mana pun. Agak syok juga mengetahui kenyataan bahwa ayahnya yang tegas bisa jadi orang yang sangat romantis dan ... bucin? Astaga."Selamat mak
Read more

Kejomloan

Tuan dan Nyonya Anggari pulang ke rumah. Saat itu, Jevano sedang membaca di perpustakaan kakeknya dengan sangat serius. Dia sampai tidak tahu bahwa kakek dan neneknya sudah kembali."Jevano!" Sapaan riang Tuan Anggari itu membuat Jevano kaget dan langsung berdiri dari duduknya. Tubuhnya serasa kaku, seperti maling terpergok warga. Dia pun lega saat melihat wajah senyum kakeknya di ambang pintu. Pria paruh baya itu membentangkan kedua tangannya.Jevano ikut tersenyum. "Kakek." Dia melangkah mendekat ke kakeknya dan mengijabahi ajakan pelukan pria tersebut."Astaga, Kakek tinggal berapa lama di sini dan kamu sudah berisi." Tuan Anggari menepuk pundak dan punggung cucunya, merasakan otot pemuda itu yang semakin kencang dan bervolume.Jevano hanya bisa terkekeh malu. Di balik pelukan kakeknya, dia bisa melihat sang nenek yang baru saja datang. "Nenek," sapanya sopan.Tuan Anggari melepaskan pelukannya dan menoleh ke belakang. Ternyata sang istrinya sudah ada di sana. "Gimana? Juwita di ma
Read more
PREV
123456
...
21
DMCA.com Protection Status