Share

Nominal Yang Gila

Penulis: Lily Arriva
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Jevano melihat-lihat beberapa gawai yang dipajang. Dia membaca satu-satu keterangan yang ada di sampingnya. Sang bunda mengikutinya dan memperhatikan cara anaknya memahami gawai-gawai tersebut.

"Ini yang keluaran baru, Kak. RAM dan juga penyimpanannya besar. Cocok buat anak muda yang suka main game. Kapasitas baterainya juga enggak main-main, bisa tahan lama." Salah satu sales yang berjaga di toko itu menghampiri mereka dan menunjuk ke salah satu produk di depan Jevano.

Jevano mengangguk. Dia juga tertarik dengan yang ditawarkan oleh sales wanita itu. Tadi dia juga mencoba untuk melihat-lihat isi dan kinerjanya. Itu memang gawai yang sangat berkualitas. Namun, saat membalik kertas keterangan gawai tersebut, Jevano menahan napas. Dia menelan ludahnya dengan susah payah. Harganya tidak main-main.

"Kamu suka apa enggak, Jev, sama yang ini? Kalau iya, biar sekalian dibantu Mbak-nya." Juwita bisa melihat ketertarikan di mata anaknya.

SEBELAS JUTA. Itu saja total jika diskon yang ada ditera
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Kebutuhan Dan Tatapan Tajam Ayah

    Mobil putih itu berhenti di garasi rumah. Mesinnya sudah mati total dan dengan otomatis kunci pintu terbuka. Hawa dingin dari air conditoner sudah tidak berhembus lagi. Menambah gerah lelaki yang masih terduduk di bangku penumpang depan itu."Enggak turun, Jev?" tanya Juwita, merasa ada yang aneh dengan anaknya.Jevano hanya melihat sejenak ke bundanya dan mengangguk. Tidak ada lagi wajah terkekeh ataupun senyuman yang bersahabat seperti tadi. Pemuda itu kembali dengan wajah lempengnya yang lebih mirip triplek ganteng. Harap jangan lupakan fakta bahwa dia adalah anak dari Jamal yang tampan.Ibu dan anak sambung itu turun dari kendaraan dan menuju ke bagasi. Sudah ada dua pelayan mereka yang menunggu. Awalnya Jevano heran, kenapa ada dua orang yang mendatangi mereka dan berdiri di belakang mobil. Pertanyaannya pun terjawab saat Juwita membuka pintu bagasi. Dua pelayan itu dengan segera mengambil barang-barang belanjaan mereka, akan membawakannya masuk ke rumah."Tolong taruh di ruang t

  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Hubungan Yang Terjalin

    Jevano menggigit bibir dalamnya. Dia tidak berani angkat bicara."Iya, Mas. Jevano pasti perlu semua itu." Juwita menjawab, masih dengan nada yang sangat antusias. Dia tidak tahu saja sedari tadi anaknya sudah ketar-ketir tak karuan. Terlihat dari mata anaknya yang bergetar.Sedangkan Jevano, dia hanya bisa mengangguk kaku lalu menunduk. Dia melihat wajah ayahnya sedang menahan sesuatu. Dia tidak jadi bernapas dengan lega meskipun dibantu oleh sang bunda."Perlu semuanya, Jev?" tanya Jamal dengan datar.Seketika tubuh Jevano membeku. Kepalanya mendongak dan menatap ayahnya penuh. "Sepertinya begitu, Yah. Tan-Tante yang anjurin buat beli laptop dan tablet." Padahal dia juga tidak terlalu tahu tentang kebutuhannya di sekolah nanti apa. Yang penting sekarang dia harus menyelamatkan sebagian nyawanya yang mulai menguap."Oh, Bunda, ya, yang anjurin?" Nada Jamal memang sangat slow tap

  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Pelajaran Kedisiplinan

    Gemericik air di kamar mandi masih terdengar jelas. Belum ada tanda-tanda dari orang yang sedang membersihkan tubuhnya itu untuk segera keluar dari sana. Sekitar lima belas menit berlalu dan pemuda yang sudah puas menyegarkan badannya itu keluar dengan celana tiga perempat tanpa baju atasan. Rambutnya basah dan dia tutupi dengan handuk yang tersampir di kepalanya."Astaga, Ayah!" Jevano hampir terpeleset ke belakang saat melihat ada sosok pria yang duduk di kasur, menghadap langsung ke pintu kamar mandi. Lampu kamarnya juga belum dinyalakan, membuat penerangan di kamarnya menjadi sangat temaram, hanya ada cahaya bulan. Sudah seperti adegan film horor thriller saja.Pemuda itu menyentuh dadanya, merasakan detak jantung yang semakin cepat memacu karena kejadian barusan. Pacuan itu semakin kuat saat otaknya yang sangat pintar itu dengan setia menyegarkan memori tentang ayahnya. Huft, mungkin ini saatnya dia mendapatkan pelajaran kedislipinan dari ayahnya."Ada apa, Ayah?" tanya Jevano me

  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Suami Istri Atau Sahabat?

    Mata Juwita berbinar ketika sampai meja makan. Dia melihat jajaran beberapa menu yang ada di atas meja. Hiasan dan suasana yang disiapkan oleh suaminya sungguh sangat menyentuh. Ada lilin-lilin yang dinyalakan untuk menemani makan malam mereka bertiga. Dia sampai tidak bisa berkata-kata."Mas? Ini semua?" tanya Juwita tidak tahu mau bilang apa.Jamal menoleh lalu mengangguk ringan. Dia tersenyum tampan dan mengulurkan tangannya. Dia pun disambut. "Udah turun ternyata. Silakan." Dia memperlakukan Juwita seperti seorang putri bangsawan. Dia mempersilakan istrinya untuk duduk.Jevano yang sudah duduk rapi sedari tadi di depan orang tuanya itu hanya bisa melongo. Apa yang baru saja dia lihat? Baru kali ini dia melihat ayahnya romantis dengan wanita seperti itu. Ya, memang selama ini dia tidak pernah melihat ayahnya mempunyai hubungan dengan wanita mana pun. Agak syok juga mengetahui kenyataan bahwa ayahnya yang tegas bisa jadi orang yang sangat romantis dan ... bucin? Astaga."Selamat mak

  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Kejomloan

    Tuan dan Nyonya Anggari pulang ke rumah. Saat itu, Jevano sedang membaca di perpustakaan kakeknya dengan sangat serius. Dia sampai tidak tahu bahwa kakek dan neneknya sudah kembali."Jevano!" Sapaan riang Tuan Anggari itu membuat Jevano kaget dan langsung berdiri dari duduknya. Tubuhnya serasa kaku, seperti maling terpergok warga. Dia pun lega saat melihat wajah senyum kakeknya di ambang pintu. Pria paruh baya itu membentangkan kedua tangannya.Jevano ikut tersenyum. "Kakek." Dia melangkah mendekat ke kakeknya dan mengijabahi ajakan pelukan pria tersebut."Astaga, Kakek tinggal berapa lama di sini dan kamu sudah berisi." Tuan Anggari menepuk pundak dan punggung cucunya, merasakan otot pemuda itu yang semakin kencang dan bervolume.Jevano hanya bisa terkekeh malu. Di balik pelukan kakeknya, dia bisa melihat sang nenek yang baru saja datang. "Nenek," sapanya sopan.Tuan Anggari melepaskan pelukannya dan menoleh ke belakang. Ternyata sang istrinya sudah ada di sana. "Gimana? Juwita di ma

  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Pasangan Mesra

    Setelah beberapa saat Jevano dikacangin oleh kakek dan neneknya, akhirnya sang kakek menotis dirinya yang hanya diam merana sendirian."Oh, iya. Katanya kamu udah punya hp baru, Jev. Bagi nomer dong. Nanti kalau Kakek gabut, Kakek telepon kamu aja." Tuan Anggari telah melepas pelukannya dari sang istri. Mereka juga sudah duduk normal kembali. Ah, memang pasangan yang sudah berumur ini tetap awet mesraannya. Pria itu merogoh kantongnya dan mengeluarkan benda pipih tersebut kepada cucunya.Jevano maju dan menerima gawai kakeknya. Dia menelan ludah sejenak, Samsung fold. Astaga, berapa uang yang harus dikeluarkan untuk benda ini. Untung saja dia juga tidak katrok. Dengan santai, dia membuka lipatan gawai itu. Layarnya menyala, menampilkan gambar dirinya yang sedang serius membaca di meja baca kakeknya. Kalau tidak salah, baju yang ada di foto itu adalah baju yang dia pakai lima hari yang lalu. Dia mendongak, melihat kakeknya."Ada apa, Jev? Ada yang salah sama hp Kakek? Apa nge-lag lagi,

  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Perpisahan Dengan Keluarga Kecil

    Malamnya, Jamal sekeluarga benar-benar pindah rumah setelah selesai berkemas. Tuan dan Nyonya Anggari melepaskan kepergian mereka di depan rumah. Sebenarnya mereka sangat berat sekali untuk melepaskan keluarga kecil anak semata wayangnya ini. Mereka baru saja merasakan suasana keluarga yang utuh. Sudah lama mereka ingin mempunyai anggota keluarga tambahan yang bisa meramaikan rumah mereka. Akan tetapi, mereka juga tidak bisa apa-apa karena kemauan anak mereka yang ingin hidup lebih mandiri dengan keluarganya."Sering-sering main ke sini, Jevano," pinta Nyonya Anggari sambil memeluk cucunya. Sempat ada rasa menyesal karena dulu dia terlalu meremehkan pilihan Juwita. Dia pikir, status sosial yang tidak sama akan membuat dirinya keki dengan cara bersosialisasi Jamal dan Jevano. Ternyata dia salah. Bahkan Jevano tidak terlihat keki meskipun cenderung pendiam. Bahkan entah mengapa, dia selalu ingin menghabiskan waktu untuk berbicara dengan cucunya ini. Seperti ada daya tarik tersendiri dar

  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Rumah Baru

    Juwita mendahului Jamal dan Jevano untuk masuk ke dalam rumah. Dia membawa tas peralatan jahit mini yang tadi dia pakai di rumah orang tuanya. Sedangkan duo ayah anak itu masih berada di garasi untuk berbagi barang bawaan."Itu seragam kamu?" tanya Jamal sambil berisyarat dengan dagu ke tas kertas tebal yang berisikan tiga kantong kain hitam yang ada reslitingnya.Jevano terpaku sejenak mengamati benda yang dimaksud ayahnya. "Kok Ayah tahu?"Jamal tersenyum. Dia mengelus kepala anaknya. "Hidup kamu sekarang berbeda, Jevano. Sekarang hidup kamu enggak murah. Seragam kamu pun enggak akan dibungkus plastik meskipun baru." Dia masuk terlebih dahulu dengan membawa dua tas yang berisikan baju mereka bertiga.Jevano tertegun. Dia masih heran, bagaimana ayahnya tahu semua itu? Ayahnya saja anak rantau dan tidak mempunyai apa-apa ataupun siapa-siapa. Bagaimana bisa ayahnya menotis barang seperti ini? Sejenak, dia terlupakan bahwa ayahnya dulu adalah pekerja kantoran. "Ah, mungkin pernah lihat

Bab terbaru

  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Expart 1

    "Jairaaaa!"Jevano segera menghampiri adiknya yang sekarang berusia tiga bulan. Dia melepas tas punggungnya dan meletakkan benda tersebut ke sembarang tempat. Adiknya ada di stroller depan rumah karena sedang waktunya mandi matahari. Lelaki itu langsung menciumi wajah bayi tersebut sampai membuat si bayi bangun."Pulang-pulang yang disapa bukan bundanya malah adiknya dulu." Juwita duduk di teras sambil menjaga bayi perempuannya. Di atas pangkuannya ada buku sketsa rancangan baju dan alat tulis.Jevano nyengir. Dia baru saja pulang dari menemani ayahnya ke Swiss untuk perjalanan bisnis. Karena Jamal berangkat bersama Suwono, Jevano dan Syahid langsung minta ikut saat tahu bahwa orang tua mereka akan menuju negara yang sama. Walhasil, dua pasangan bapak dan anak itu harus

  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Keluarga Jamal 2

    Hari ini adalah hari yang paling ditunggu.ANAK PEREMPUAN JAMAL DAN JUWITA LAHIR.Dua lelaki yang sedari masuk rumah sakit penuh dengan kepanikan, kekhawatiran dan kebahagiaan itu masih belum beristirahat sama sekali. Juwita masuk ke operasi karena air ketubannya sudah pecah saat di rumah.Akan tetapi, semua itu terbayar saat terdengar tangisan bayi dari dalam. Jamal yang diminta untuk menemani Juwita pun sampai menangis saat menggendong bayinya. Rasanya lega sekali. Tuan dan Nyonya Anggari datang setelah Arjuna dan Hellen. Bahkan Arjuna dan Hellen sampai berpelukan saking bahagianya.Jevano yang tersenyum bahagia harus tertawa melihat om dan tantenya yang jadi canggung. Lucu sekali.Otomatis, rumah utama keluarga Anggari dipenuhi dengan hadiah dan ucapan selamat. Jevano pun sampai bosan sekali melihat satpam keluar masuk pintu utama untuk mengirimkan paket yang datang. Apalagi saat buka kado. Terlalu banyak sampai dia muak."Baju lagi, Yah.

  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Keluarga Jamal

    "Ayah, tadi itu siapa?" tanya Jevano saat mereka memasuki rumah.Jamal berjalan cepat di depan Jevano dan tidak ada niat untuk menjawab pertanyaan anaknya yang sedari tadi dilontarkan."Ayah, tolong jawab." Jevano agak meninggikan nada bicaranya. Dia sebal karena diabaikan oleh sang ayah."Bukan urusanmu, Jevano Kalindra!" Jamal menghadap anaknya. "Gara-gara kamu yang berantem, Ayah harus bertemu dengan dia!"Pemuda itu tersentak. Ayahnya terlihat sangat marah. Dia tidak pernah melihat mata ayahnya yang membelalak dan wajah merah padam ditujukan kepadanya.Di sisi lain, Juwita yang mendengar ada keributan di ruang tengah, berusaha bangkit dari kasurnya. Itu pas

  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Panggilan Ke Sekolah

    Jevano menatap pusara ibunya dengan mata yang masih sembab. Dia memakai kemeja putih dan celana bahan hitam, masa dengan Jamal dan Lukman. Juwita berdiri di samping anaknya dan memeluk pundak lelaki itu. Air mata mereka belum kering. Sama seperti tanah persemayaman akhir Bunga.Semua orang sudah kembali, meninggalkan pemakaman."Aku masih mau di sini." Jevano berucap saat merasakan kedatangan seseorang. Dia yakin itu adalah salah satu sopir keluarganya."Jev," ucap Juwita yang tidak tega melihat wajah sedih anaknya.Jevano menggeleng. Waktu yang begitu singkat dia rasakan bersama ibunya belum cukup. Dia ingin melepas kepergian ibunya untuk yang terakhir kali. Dia masih ingin di sini lebih lama lagi.

  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Permintaan Bunga

    Juwita menatap Jevano yang sedang duduk terdiam di ruang tunggu rumah sakit. Sesekali dia mengusap pundak anaknya dengan lembut untuk menenangkannya. Suaminya duduk di sisi kanan Jevano. Sedangkan Lukman, pria itu sedang mengurus administrasi."Udah jam sepuluh malam, Sayang. Kamu enggak mau pulang?" tanya Juwita kepada sang anak. Dia tahu ini adalah pertanyaan yang agak ceroboh, tapi dia juga tidak bisa membiarkan anaknya terus-terusan begini."Bunda sama Ayah pulang aja dulu. Aku di sini sama Om Lukman." Jevano berusaha untuk tidak meneteskan air matanya. Sedari tadi, dia diliputi oleh kekhawatiran akan keadaan sang ibu di dalam ruang operasi. Sudah sepuluh jam dan belum ada tanda-tanda operasi ibunya selesai."Besok kamu mulai sekolah lagi, Jev." Juwita mengusap lembu

  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Berbicara Dengan Bunga

    "Kamu kenapa, sih, Jae?" Pertanyaan Juwita itu muncul saat melihat suaminya yang tidak fokus. Padahal mereka sedang menikmati waktu berdua setelah lebih dari dua minggu Jamal menghabiskan waktu untuk mengurus proyek barunya dengan klien dari Kanada. Jamal sendiri yang melakukan observasi tempat di restoran ternama.Pria itu tersadar. Dia memaksakan senyum tipis seraya menggeleng. "Enggak papa. Aku cuma kepikiran Jevano aja, Bae."Juwita menatap suaminya lekat dengan penuh pengertian. Dia paham perasaan Jamal sekarang. "Kak Bunga pasti menepati janjinya, Jae. Aku yakin."Jamal membalas tatapan sang istri. "Tahu dari mana?" tanyanya meragu."Aku udah bicara sama Kak Bunga. Sama Jevano juga. Toh, Jevano juga enggak abs

  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Menemui Ibu

    Jevano menunduk saat turun dari tangga dan duduk di ruang makan. Dia menjadi pusat perhatian ayah dan bundanya. Hatinya bimbang. Dia takut untuk mengatakan sesuatu yang ada dalam benaknya. Dia takut jika menyakiti dan mengecewakan orang tuanya."Makan, Jevano." Juwita memberikan senyumannya kepada bocah murung itu.Sang ayah memanjangkan tangan untuk mengelus kepala anaknya. "Kalau mau ngomong, ngomong aja, Jevano. Ayah dan Bunda bakalan dengerin."Jevano tambah bingung. Perlahan dia mengangkat kepalanya. "Kalau misalnya aku ketemu sama Ibu dulu nanti boleh apa enggak?" tanyanya sangat hati-hati. Dia tidak mau menyakiti perasaan kedua orang tuanya. Dia sudah menimbang rasa orang tuanya jika dia mengatakan hal ini. Ayahnya pasti sebenarnya sangat berat hati. Apalagi selam

  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Bunda Tahu Ibu

    Hellen memicingkan matanya saat melihat sesosok wanita yang tidak asing di matanya. Dia bahkan sampai menarik tangan Ari untuk bersembunyi dan memperhatikan gerak gerik wanita tersebut."Apa, sih, Len." Ari yang tak tahu menahu dengan maksud kelakuan Hellen pun berusaha untuk lepas dari tangan wanita itu."Sssttt. Aku tahu wanita itu." Hellen menunjuk ke wanita yang memakai dress panjang setengah betis berwarna hijau elegan. Terlihat kasual dan anggun di satu waktu."Siapa?" tanya Ari penasaran. Matanya melebar saat melihat wajah wanita tersebut. "Bunga Dahlia enggak, sih? Top model agensi Bu Diyanah temennya direktur kita?"Hellen menoleh ke pria yang ada di sampingnya itu. "Kok tahu?"

  • JADI ISTRI DUDA? BOLEH JUGA   Aku Berjanji, Juwita

    Arjuna keluar dari ruang rapat. Dia meminta izin untuk menghubungi Juwita. Jamal tadi membisikinya kalau salah satu berkas yang akan menjadi bahan presentasinya di rapat relasi dengan klien Kanada itu tertinggal di kantor rumahnya. Arjuna mendengkus kesal. Sudah banyak kali dia bilang kepada Jamal agar meneliti kembali berkas yang dibawa pulang ke rumah. Kalau seperti ini pasti dia yang direpotkan."Hallo, Mbak Juwita." Arjuna menyapa wanita yang ditelepon olehnya."Ada apa, Kak?" Juwita pulang ke rumah setelah bercakap dengan Bunga tadi. Menahan emosi dari awal sampai akhir percakapan dengan wanita itu membutuhkan energi yang kuat. Dia tidak jadi pergi ke butik untuk sekarang. Bahkan dia sedang rebahan di atas sofa lebar untuk mengembalikan energi dan mengelola emosinya kembali. Dia menenangkan diri.

DMCA.com Protection Status