"Mami, napa malem cekali puangnya." rengek Gagah, saat ia baru sampai di teras rumah. Bocah cilik itu sudah menunggunya. Ganis berjongkok, mengimbangi tinggi tubuh Gagah. "Iya sayang, Mami lagi banyak kerjaan di kantor. Kenapa Gagah ada di luar, menunggu Mami, ya?" Tangan Ganis terulur mengelus pipinya dengan penuh rasa sayang. Gagah langsung memeluk leher ibunya. "Gagah bocan, nunggu Mami puang." Tubuh bocah kecil itu segera diangkat, meletakkan bokong gempalnya di pinggang, lalu melangkah masuk ke dalam rumah. "Sayang, sudah makan sama eyang, kan?" tanya Ganis. Duduk di ruang tamu menaruh tas di meja. "Udah, Mami." Anak itu menatap maminya."Mami cape, ya?" "Rasa capek Mami ilang kalau sudah liat Gagah cakep begini." Ya! Siapapun yang melihatnya, bila mengenal Prana tentu tidak akan menyangsikan, siapa ayahnya. Wajah Prana tergambar jelas di raut muka Gagah.Dengan penuh sayang, Gagah menciumi maminya. Dari pipi, kening, hidung hingga bibir. Ganis tertawa melihat bibir Gagah y
Baca selengkapnya