Semua Bab Lelakiku Sedingin Es: Bab 31 - Bab 40

53 Bab

Bab 31 Mutiara South Sea Pearl

Pagi sekali Ganis sudah terbangun. Badannya agak kurang enak, saat ia duduk dan menggeliatkan tubuh. Namun, bersyukur dalam waktu yang lama kena air hujan kemarin, ia tidak jatuh sakit. Berkat balutan selimut dari Prana dan segelas susu hangat yang diminum sebelum tidur.Ganis memilih pakaian untuk menghadiri acara peletakan batu pertama. Untungnya, ia membawa satu stel baju resmi. Berhubung bukan di tempat tertutup, jadi Ganis memilih celana panjang dibanding rok span.Setelah mandi dan mematut diri, Ganis bergabung dengan tim kerja di meja makan untuk sarapan. Tubuh yang ramping dan wajah yang terlihat segar, membuat semua mata mengaguminya. Yah, karena hanya Ganis satu-satunya perempuan yang ada di tim kerja mereka. Jadi, tentu saja ia yang paling cantik diantara semuanya. "Duh ... yang mau pulang hari ini, terlihat segar sekali" kata Aldy. Memulai paginya dengan mencandai Ganis."Iya, Al. Mungkin nanti aku akan kembali lagi, kalau hotel sudah terbangun dan butuh sentuhan interio
Baca selengkapnya

Bab 32 Obrolan di Warung Nasi

Ganis kembali masuk kantor. Membagikan oleh-oleh baju batik khas Papua, ke teman-teman yang ada di ruang kerja. Felix juga tampak ikut bergabung dengan mereka. "Tadinya aku berharap dapat oleh-oleh Koteka, Nis." candanya sambil tertawa. Ganis ikut tertawa menanggapi. "Tidak terpikirkan untuk membawa barang itu. Takut terkena razia pornografi." balasnya dengan candaan juga."Buat mereka, itu merupakan pakaian adat, yang dikenakan oleh para prianya." sambung Mila, ikut bergabung dalam obrolan."Terima kasih, Nis. Oleh-olehnya." kata Felix. Menatap Ganis dan dapat membaca jelas arti tatapan itu. Felix merindukannya."Maaf. Aku tidak punya banyak waktu untuk memilih barang-barang souvenirnya, karena waktu yang sangat mepet.""Ini juga sudah sangat berterima kasih, Nis. Kamu ingat sama kita." ujar Mila. "Tanpa kamu, ruangan ini terasa sepi." tambahnya. Ganis tersenyum sama sahabat terbaiknya itu. Karena sudah mulai jam kerja, mereka kembali ke meja masing-masing.Sebelum berlalu, Felix
Baca selengkapnya

Bab 33 Aku Istrinya

Prana berdiam diri di kantor, dengan banyak kecamuk di hati dan pikiran. Betapa susah membujuk Ganis untuk kembali padanya. Padahal dia sudah berusaha merendahkan diri dengan menyatakan kalau akan melupakan segalanya dan memulai hidup baru.Apa sebenarnya yang jadi keberatan mendasar bagi Ganis? Jelas-jelas kalau soal hubungan fisik, mereka sama-sama memiliki gairah sama tingginya. Menunjukan, kalau mereka masih saling menyukai.Prana masih merasa marah saat Ganis menolak pemberiannya, mutiara itu sengaja dia pesan khusus untuk Ganis. Berarti wanita itu masih menganggapnya orang lain? Itulah, kenapa dia mendiamkan Ganis, supaya mau tidak mau mengambil mutiara pemberiannya itu.Disisi lain, Prana selalu ingin melihat Ganis. Selalu merindukan, meski ada di dekatnya. Apakah dia harus membuka ke semua orang bahwa Ganis adalah istrinya? Supaya Ganis tidak punya alasan lagi untuk mengelak kembali kepadanya? Dan menghentikan usaha Felix yang terus mendekati Ganis, tanpa mau menyerah.Prana
Baca selengkapnya

Bab 34 Bogem Mentah

Prana baru saja turun dari mobil, di tempat parkiran perusahaan. Mukanya jelas tidak menunjukan persahabatan. Dia belum beranjak dari tempat, seolah sedang menunggu seseorang. Prana melirik tajam saat mobil Felix masuk ke area parkiran. Kedua orang itu turun dengan wajah tenang. "Gue udah ingatkan Lo, Fe. Jangan dekat-dekat wanita itu." Prana tiba-tiba sudah ada di hadapan Felix, begitu dia ke luar dari mobil. Menyemprotnya langsung dengan kata-kata kecaman. Sepertinya, amarah Prana sudah memuncak di atas ubun-ubun."Wanita yang mana? Maksud Lo, Ganis?" Felix kali ini tidak mengalah seperti biasanya."Memang Ganis siapanya, Lo?" tanya Felix lagi, lebih tajam.Mata Prana semakin menyala. "Lo hanya akan digoda. Akan membuat Lo tergila-gila padanya. Setelah bosan, ia akan mencari mangsa baru untuk dipermainkannya.""Maksud lo, pernah jadi korbannya, begitu?" Felix sepertinya tidak takut, mendesak Prana untuk mengakui adanya hubungan dengan Ganis.Prana membuang muka. "Gue hanya mau per
Baca selengkapnya

Bab 35 Gagah Sakit

Gagah sedang ada dalam periksaan dokter di ruang UGD. Ibunya yang terus menangis dan Ganis yang berusaha tetap tenang, menunggu hasil observasi dari dokter. Anaknya yang biasa lincah itu, kini hanya terbaring lemah dengan infusan di tangan. Dokter sudah memutuskan kalau Gagah harus dirawat inap, dengan diagnosa sementara suspect DHF (Demam Berdarah). Suatu penyakit yang diakibatkan karena gigitan nyamuk Aedes Aegypti."Sebenarnya saat kamu di Timika, Gagah sudah menunjukan kalau tubuhnya tidak sehat. Sering mengalami panas tinggi, tapi hari besoknya biasa lagi.""Ibu gak ceritakan sama Ganis." "Ibu kira hanya demam biasa aja."Ganis pun tidak bisa menyalahkan ibunya yang sudah mencurahkan kasih sayang dalam merawat Gagah. Sudah sangat membantu Ganis, dalam menjalani hari-harinya.Sekarang Gagah sudah di ruangan rawat inap anak-anak. Kondisinya malah semakin lemah, hingga Ganis tidak sedikitpun melepaskan pegangan tangan pada anaknya. Kemudian ada kunjungan pemeriksaan dari dokter sp
Baca selengkapnya

Bab 36 Ciapa , Papi ...?

Ganis ikut berlutut di hadapannya. "Pran ... jangan disesali, kamu sudah menolong Gagah. Darahmu akan mengalir di tubuhnya. Kamu sudah melakukan apa yang harus dilakukan seorang bapak kepada anaknya." Prana mengangkat wajahnya, sudah tidak bisa dijelaskan bagaimana ekspresi wajahnya. Membuat Ganis mengusap air mata suaminya dengan penuh pengertian. "Terima kasih, untuk tidak mengeraskan hatimu. Kamu telah menyelamatkan Gagah." Ganis merengkuh kepala Prana, ke pelukan. Tubuh Prana bergetar kembali, baru kali ini dia menangis melepaskan rasa sesak di dada. Tidak bisa berkata sepatah kata pun, terasa berat dengan penyesalan yang sedang dirasakan. Bahkan, untuk berkata maaf saja merasa belum sanggup. Ganis membantu mengangkat tubuhnya, hingga berdiri. Membimbingnya, mendekati ranjang di mana Gagah berbaring tidur. Ia membiarkan Prana menatap wajah anaknya. Momen ini tidak ingin Ganis ganggu.Ia melihat tangan besar itu menyentuh pipi Gagah, mengelusnya dengan lembut. Air mata Prana ter
Baca selengkapnya

Bab 37 Ada Apa, Ini?

Hasil pemeriksaan darah dari laboratorium sudah keluar, dinyatakan trombosit anaknya sudah normal kembali. Dokter memuji Gagah, sebagai anak pintar yang penurut dan tidak rewel. "Pasti anak sepintar Gagah, akan cepat sembuh." kata dokternya. Sebelum berlalu dari ruangan.Semua merasa lega dan Prana berlutut di di depan pangkuan Naning yang sedang duduk di atas sofa. "Ibu, ampuni Prana yang sudah meragukan kesetiaan Ganis selama ini. Berlaku tidak adil, membuat ibu ikut repot mendampinginya." aku Prana, tertunduk dengan penyesalan yang sangat mendalam.Naning memegang kedua bahunya, "Kamu anak ibu juga. Lupakan yang lalu dan teruskanlah rumah tangga kalian dengan berlandaskan saling percaya." nasihat Naning dengan bijak. Berusaha untuk tidak menghakimi dengan kata-katanya.Mengangkat tubuh Prana, untuk duduk di sisinya. Naning mengelus punggung menantunya itu dengan lembut. Ia mengerti, bagaimana beban rasa bersalah Prana kepada Ganis sangatlah besar sekali. Butuh kesiapan untuk menan
Baca selengkapnya

Bab 38 Lelaki Bodoh

"Pran," panggil Ganis, menyadarkan Prana."Kenalkan teman SMA-ku, Yuni dan Duta." Ia menarik Prana lebih dekat, pada suami-istri sahabatnya itu.Dengan canggung Prana menyalami mereka, terutama saat bersalaman dengan Duta. Sepertinya dia berusaha mengendalikan diri.Tanpa disadari, Prana menghilang ketika mereka mengobrol cukup lama. Saat mau pamitan, Ganis mencari sosok Prana di sekitar ruangan, tetapi tidak menemukannya. "Maaf, Yun. Sepertinya suamiku lagi ke kamar mandi, atau ke luar.""Tidak apa-apa, Nis. Aku pamit pulang, ya? Salamin ke ibu." kata Yuni."Salam juga untuk suamimu, Nis." ucap Duta.Ganis terpekur, duduk menatap Gagah yang tertidur. Pikirannya mengingat sikap Prana tadi, yang menghilang begitu saja tanpa permisi.Ganis sama sekali tidak tahu, kalau Prana sengaja menghindari kedua temannya itu.Dengan tangan terkepal, Prana berusaha mengendalikan emosinya. Bulak-balik di sebuah lorong rumah sakit yang sepi. Dia tidak ingin merusak apa yang sudah membaik. Harus menyel
Baca selengkapnya

Bab 39 Aku Sangat Merindukanmu

Tidak lama setelah kepergian teman-teman dari kantor, tante Rini datang dengan om Gustaf.Ganis dipeluknya, terlihat sarat dengan rasa kangen dan haru secara bersamaan. Rini melihat wajah Ganis dengan uraian air mata, kemudian memeluk kembali dengan erat. "Maafkan Tante, maafkan Prana juga Nis." bisiknya, parau.Ganis melepas pelukan dan tersenyum. "Tante tidak salah, hanya ponakan Tante ini yang memang bodohnya sejagat raya. Main asal tuduh, tanpa mencari dulu kebenarannya." Ganis memelototi Prana dengan gemas. Tapi sudah tidak ada kemarahan di sorot matanya.Rini jadi tergugu dengan sikap Ganis. Ia jadi tersenyum, melihat Prana yang sedang menatap istrinya dengan sejuta cinta di manik mata, "Aku ingin melihat anakmu, Nis. Prana sudah menceritakan gimana tampannya anak itu.""Mirip siapa, coba? Suka memuji diri sendiri." ungkap Ganis, meledek suaminya yang kepedean.Ia menyalami om Gustaf yang tersenyum padanya. "Apa kabar, Om?" sapanya."Baik, Nis." tatapnya. "Cinta Prana sama kamu
Baca selengkapnya

Bab 40 Di Apartemen

Pagi yang sangat cerah, Prana sudah membuka gorden hingga sinar matahari masuk menghangatkan ruangan. Dia melihat istrinya, masih meringkuk di sofa dengan mata terpejam. Sama sekali tidak terusik oleh cahaya yang sudah terang benderang. Prana hanya tersenyum, membiarkan Ganis memuaskan tidurnya.Gagah sudah tampak rapi, karena Prana sudah mengelap tubuh dan mengganti pakaiannya. Terlihat sudah sehat."Mami beum banun Papi, banunin gih." tunjuk Gagah ke maminya."Biarin aja, kemarin mami sangat capek. Jadi, perlu banyak tidur.""Mami, kalau ndak dibanunin, ngak banun-banun. Gagah cuka diculuh eang banunin mami.""Gimana cara Gagah bangunin mami?" tanya Prana penasaran."Cium bibilna" tunjuk Gagah, ke bibirnya yang mengerucut.Prana tertawa. 'Kok sama, ya?' pikirnya, merasa tergugu."Papi cium mami, bial banun.""Mau sama Gagah atau sama Papi?""Bocan ah cama Gagah teus, gatian cekalang cama Papi aja."Ya, ampun! Prana benar-benar gemas dibuatnya. Namun, dia mengikuti juga saran anakny
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status