Semua Bab Lelakiku Sedingin Es: Bab 41 - Bab 50

53 Bab

Bab 41 Serasa Pengantin Baru

Ganis menggeliatkan tubuhnya, yang terasa sakit dibagian-bagian tertentu. Ia baru menyadari kalau seharian kemarin sampai semalam, ia terus digempur oleh suaminya. Tubuh keren Prana seolah tidak mengenal lelah, sangat kuat tidak terbantahkan."Sudah bangun?" sapa Prana dengan senyum yang memikat."Kamu kejam, membuat tubuhku sangat lemas dan sakit-sakit begini." keluh Ganis."Anggap saja itu hutangmu, di Puncak dan di sungai Mayon." gelak Prana spontan."Dasar!" Ganis memukul dada terbuka suaminya.Prana langsung mengambil tangan yang dipakai untuk memukul, lalu mencium Ganis sambil terus menatapnya. Ia merebahkan kepala di atas lengan, sementara rambut panjangnya tersebar, memunculkan wajah cantik alaminya. Prana seolah tidak merasa bosan untuk terus memandangi kelebihannya itu."Pran, aku lapar." Ganis menyentuh perut, yang mulai terasa perih."Kita pesan online saja, ya?" usul Prana. Ikut mengelus perut mulus istrinya."Pasti lama." Ganis menunjukan ketidaksabarannya."Sudah lapar
Baca selengkapnya

Bab 42 Aku Cinta Pertamanya

Semua merasa lega setelah lima hari Gagah di rawat, dokter menyatakan sudah sembuh dan boleh pulang.Anak itu sangat senang saat selang infus terlepas dari tangan. Langsung memeluk Prana, bergelayut, mengalungkan tangan di lehernya.Untuk sementara mereka tinggal di apartemen, sedangkan Naning ikut dengan Tante Rini. Saat keduanya sudah masuk kerja, Gagah dititipkan dulu ke eyangnya.Memasuki kantor seakan mendapat aura baru. Awalnya semua orang kaget dengan kenyataan, kalau Direktur Utama mereka sudah menikah dan punya anak. Lebih kaget lagi, saat mengetahui kalau istrinya tiada lain orang yang mereka kenal juga. Yaitu Ganis, wanita cantik dari divisi Site Engineer. Jadi terkenal namanya, hingga banyak yang memberi ucapan selamat.Ganis langsung disodori tugas oleh Mila, untuk menangani interior sebuah rumah besar di kawasan perumahan elite. Lokasinya tidak begitu jauh dari kawasan gedung perusahaan. "Nis, klien kita kali ini sepenuhnya menyerahkan pada ide kreatif kita. Tidak ada
Baca selengkapnya

Bab 43 Proyek Rumah Besar

"Nis, keruanganku, ya?" pinta Prana, saat Ganis mau meninggalkan ruang rapat."Ini soal kerjaan, kan?" tanyanya."Tentu saja, ini soal rumah besar yang sedang kamu kerjakan itu." jawab Prana, meyakinkannya.Ganis mengekor suaminya menuju lantai tiga, setelah bilang dulu pada Mila akan membicarakan proyek rumah besar itu dengan Prana.Saat masuk ke ruangan, sudah tidak merasakan aura dingin lagi. Siscka sekretaris Prana, tersenyum. Begitu mereka melewati mejanya.Menurut Ganis, Siscka terlihat semakin cantik dan bohaynya itu Lo. Ia saja yang sesama perempuan, merasa kagum akan keindahan bentuk tubuhnya.Prana menuntunnya untuk duduk di sofa, setelah ada di ruang kerjanya. "Ceritakan tentang rumah yang akan kamu kerjakan itu." pintanya, penuh minat"Kamu tampak berminat sekali pada proyek rumah ini?" Ganis menatap Prana yang duduk di sofa sebelahnya."Aku kira semua Proyek yang masuk ke perusahaan ini, akan selalu jadi perhatianku." jawab Prana kalem.Ganis menatapnya lagi "Rumah ini sa
Baca selengkapnya

Bab 44 I Love You

Besok harinya, Prana membawa Ganis ke poliklinik kandungan. Hasil pemeriksaan, Ganis dinyatakan positif hamil."Selamat ya, Pak. Istrinya telah hamil enam minggu." kata dokter kandungan.Terlihat mata Prana berbinar, melihat pada layar USG. Betapa bahagia dirinya, sudah memiliki anak yang tahu-tahu sudah gede, dan sekarang Ganis mengandung lagi anak keduanya."Kandungannya sehat kan, Dok?" tanya Prana. Melihat pada dokter kandungan, yang sedang menggerakkan mouse untuk menunjukkan gambar bayi yang sama sekali tidak dimengertinya."Ini detak jantungnya, Pak. Sangat kuat sekali." Pandangan Prana kini terarah pada gambar di layar. Tampak seperti gelembung yang sedang berdenyut-denyut. Entahlah Prana melihatnya seperti itu."Memang belum kelihatan secara jelas, karena masih terlalu kecil. Bapak bisa lebih jelasnya nanti di USG 4D, tapi itu bisa dilakukan setelah bayi berumur sekitar 24 minggu. Itu pun, tidak boleh sering-sering. Lebih tepatnya, hanya untuk mendeteksi bila ada kelainan pad
Baca selengkapnya

Bab 45 Foto Syur

"Bagaimana kamarnya, Nis?" tanya Prana, mengecup bahu istrinya. Tangan sudah mengitari tubuh Ganis, dari arah belakang.Mata Ganis diedarkan ke seluruh ruangan kamar. Rasanya tidak menyangka sama sekali, kalau kamar yang diciptakan olehnya itu, jadi kamar milik sendiri.Ganis memegang tangan Prana, menelengkan wajah, hingga berhadapan dengannya yang sedang menunduk. Mereka saling bertatapan, mengekspresikan rasa bahagia. "Terima kasih, Pran. Ini merupakan rumah impianku." Ganis memagut bibirnya dan Prana menyambut dengan segala rasa senang hati.Setelah melepaskan ciuman mereka, Prana berkata. "Terima kasih, Nis. Sudah dengan sabar menghadapi sikapku selama ini. Terima kasih juga, sudah mau mengandung dua anak kita, di rahimmu. Itu merupakan kebahagiaan yang sangat tidak terkira bagiku." Kemudian tangannya mengelus perut Ganis yang masih rata.Ia menggelinjang kemudian, saat tangan Prana tidak di tempatnya semula. Prana tertawa, meneruskan kenakalan tangannya. Membuat Ganis mencium b
Baca selengkapnya

Bab 46 Kepedulian Prana

Ganis menghampiri Prana yang sedang duduk di ruang keluarga. Kepalanya langsung menyusup di antara sela-sela tangan yang sedang memegang ipad-nya. Menaruh kepala di atas pangkuan dia.Tangan Prana langsung mengelus perutnya yang masih rata. "Aku ingin melihat perut ini membuncit. Aku melihat gambar-gambar wanita-wanita hamil, ternyata seksi juga, ya?""Apa?" Ganis merasa kaget."Ini lihat, aku sedang mencari tahu tentang bagaimana wanita hamil itu. Belum buka artikelnya sudah dikasih gambar-gambar seperti ini." tunjuk Prana pada layar benda canggih delapan incinya."Mau lihat artikel atau gambarnya?" selidik ganis.Prana jadi terkekeh. "Aku sih sejak tahu kamu hamil, sudah banyak baca-baca artikelnya. Hanya ingin tahu juga kalau wanita sudah hamil besar itu seperti apa.""Mulai kelayapan tuh imajinasinya." sindir Ganis."Yang aku bayangkan istriku sendiri, kok. Tadi kan aku bilang, gimana kalau perutmu sudah buncit. Pasti tidak akan kalah seksinya dengan foto-foto ini.""Mana ada peru
Baca selengkapnya

Bab 47 Uji Kesetiaan

"Sebentar ...!" Wanita cantik itu, nekat mengejarnya.Prana tidak menggubrisnya. Terus berjalan, tidak sedikitpun memedulikan wanita yang terus bejalan cepat tanpa berhenti mengejar.Prana tahu, wanita itu tertarik padanya. Dia sering menghadapi wanita-wanita seperti itu. Kalau mau, mungkin sejak dulu dia akan jadi laki-laki yang sering bergonta-ganti pasangan.Namun, sebelum ketemu Ganis pun dia tidak berminat untuk terlibat dengan banyak wanita. Apalagi setelah ketemu Ganis, tidak ada lagi yang dapat mengisi hatinya. Sudah penuh, tidak tersisa lagi ruang buat wanita yang lain.Prana tidak bisa tergoda, karena selama ini dia tidak pernah memberi peluang untuk menarik perhatian wanita lain. Akan tetapi, dengan sikap dinginnya itu malah semakin membuat penasaran lawan jenis. 'Wanita memang suka bersikap aneh, semakin dijauhi malah semakin mengejar.' batinnya."Aku mengenalmu, Prana Guntara!" tandas wanita itu, ketika sudah ada di dekatnya.Prana menghentikan langkah, berada di tengah d
Baca selengkapnya

Bab 48 Kebersamaan

"Pran, siapa wanita itu?" tanya Ganis. Saat Prana sudah duduk kembali di sofa. Mereka masih tersabung dengan video call."Terus terang aku juga gak kenal, Nis.""Tapi dia tahu namamu, nyosor banget lagi sama kamu.""Begitulah, Nis. Kalau jadi orang ganteng, banyak yang suka." cengenges Prana, yang menurut Ganis tidak lucu.Wajah Ganis langsung ditekuk. "Kepedean, nyebelin! Dapat tontonan gratis tuh, mana besar lagi.""Apanya yang besar?" goda Prana, pura-pura tidak mengerti.Ganis bersiul. "Yang bulat, kayak batok kelapa." omong Ganis sekenanya.Prana terkekeh. "Itu kelihatan dicetak, berarti gak asli. Mending yang punya kamu, besarnya sama kayaknya.""Apa? Berarti kamu liatin terus dong, sampai tahu itu cetakan.""Mataku gak buta, Nis. Itu di depan mata.""Aish! Lelaki sama saja di mana-mana. Matanya gak bisa menghindar dari yang gituan.""Loh ... loh ... kamu kan, tadi lihat dan denger sendiri kejadiannya? Kamu beruntung loh punya suami kayak aku. Sepantasnya dimuseumkan karena suda
Baca selengkapnya

Bab 49 Uji Kesabaran

"Apakah Fe, ada?" tanya Prana. Mengagetkan yang ditanya.Seperti disengat kalajengking, mata bulat milik Siscka terbelalak. Membuat alis Prana terangkat sebelah. Prana tiba-tiba ada di depan meja kerjanya. Tumben-tumbenan manusia dingin ini, mau berbasa-basi. Seumur-umur kerja jadi sekretarisnya, belum pernah ditanya seramah itu. Makanya Siscka kaget."Apa aku seperti hantu?" tanya Prana lagi.'Ampun! Suaminya mbak Ganis ini, sungguh gak lucu bercandanya.' batin Siscka."Ma ... maaf, Pak. Saya merasa kaget. Tadi tiba-tiba Pak Prana datang begitu saja." ucap Siscka sedikit gugup.Prana hanya mengedikkan bahu, lalu masuk ke ruang Felix tanpa mengetuk pintu.Felix yang sedang asik memeriksa berkas-berkas dokumen, mengangkat wajah. "Wah! Yang baru pulang dari seminar. Bagaimana, hasilnya?" tanya Felix. Langsung berdiri mendekati Prana, lalu menggandengnya untuk sama-sama duduk di sofa."Gue gak nyampe akhir, ngikutinnya." jawab Prana."Kenapa emang?" Felix melihatnya."Gak terlalu penti
Baca selengkapnya

Bab 50 Kepedulian Ganis

Orang pada berteriak, melihat gelas runcing di sabetkan ke kiri dan ke kanan. Mata wanita itu sudah terlihat liar. Menatap Ganis, dengan segala kebencian. Prana menyembunyikan Ganis ke belakang punggungnya, dengan tatapan waspada.Beberapa keamanan sudah mulai bermunculan. Bram sudah turun dari pelaminan. Saat Mila mau mengikutinya, dia mencegah. "Mil, lebih baik tunggu di atas saja. Ini bukan kali pertama Rania ngamuk seperti ini.""Kamu mengenalnya?" tanya Mila."Dia sepupuku, dari ibu." jelas Bram. Dia segera mendekati ke arah wanita cantik itu berada."Rania, ini pesta pernikahanku. Ini bukan ajangmu untuk mencari perhatian." ucap Bram tampak tenang, tetapi tegas.Mata liar itu melihat padanya. "Lelaki sombong itu telah menpermalukanku." tunjuknya pada Prana. "Ok, dia temanku. Tidak mungkin mempermalukanmu, kalau kamu sendiri tidak bertingkah untuk mengganggunya." Bram menyanggahnya."Dia angkuh! Dia sombong!""Dia sudah punya istri! Dan Dia bukan jenis laki-laki yang tidak set
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status