Semua Bab Mendadak Hamil Setelah Bangun dari Koma: Bab 31 - Bab 40

114 Bab

Twenty nine

Kelopak mataku terbuka. Dan saat itulah aku merasa sesuatu yang hangat dan lengket merembes di sekitar kakiku. Aku menggelengkan kepalaku, menghalau pandanganku yang mengabur. Aku memutar kepalaku untuk melihat. Aku terbelalak. Itu darah. Darah itu sudah merembes ke dress yang aku gunakan. Jantungku rasanya ikut berhenti berdetak menyaksikan pemandangan mengerikan itu. Tubuhku lemas seketika. Sheila hanya berdiri di tempatnya. Dan dia pun juga terkejut dengan kondisiku. Wajahnya pusat pasi. Aku sudah sangat putus asa dan lemah sampai meminta bantuan padanya. "T-tolong..." isakku, "please ... Gue mohon..." Air mataku mulai mempengaruhi pandanganku dan membuatku tidak dapat melihat jelas. Langanku sudah terulur ke arah Sheila, tapi dia malah mundur. Aku ingin menangis keras tapi tidak ada suara yang keluar. Tidak! Jangan biarkan anak ini mati, dia tidak bersalah. Tolong, please. Aku memohon dengan mata berair saat mulutku sudah tidak berfungsi. Aku tidak tahu apa yang terjadi sela
Baca selengkapnya

Thirty

Pertama kali aku membuka mata di rumah sakit, aku tidak merasakan apa pun selain kebingungan.Siapa aku? Di mana aku? Kenapa aku ada di sini? Dan kenapa pria aneh itu selalu ada di sampingku?Rasa frustasi juga mendominasiku. Ketakutan yang tidak bisa dijelaskan secara gamblang, yang aku sendiri pun tidak tahu asalnya dari mana. Aku khawatir pada banyak hal dan juga pada rasa hampa yang aku rasakan.Aku pikir itu akan menjadi hal terburuk yang terjadi padaku. Setiap hari ini aku terbangun ditemani dengan langit-langit putih di kamar rumah sakit, yang semakin lama membuatku terasa familiar. Itu yang aku rasakan saat pertama kali sadar. Dan aku lebih memilih saat di mana aku sadar dalam kondisi amnesia dibandingkan saat ini.Tidak ada apa-apa. Pikiranku kosong."Kamu udah bangun." Terdengar suara lega dari seseorang di samping tempat tidurku, "Terima kasih Tuhan."Untuk apa aku bangun? Aku ingin memejamkan mata lagi.Kali ini aku tahu siapa yang duduk di sampingku. Kali ini, aku cukup i
Baca selengkapnya

Thirty one

Telingaku berdengung saat mendengar penjelasan Tama. Apa aku salah dengar? Aku sangat berharap tapi jika bayiku gugur apa aku mampu untuk menghadapi Tama? Aku takut menerima kebenaran dari berita ini."Maksudnya?" bisikku tidak berani berharap."Bayinya baik-baik aja," kata Tama perlahan, "kalian berdua baik-baik aja."Jantungku mulai berdebar. Degupannya sangat kencang karena aku dapat mendengarnya.Apa? Aku masih hamil?Aku menatap Tama penuh haru sambil mengusap perutku. Tanganku gemetar saat berhasil menyentuk gundukan yang mulai terasa itu."K-kamu yakin?" tanyaku ulang."Jadi loe belum ingat. Kalau gitu gue bakal ceritain secara singkat apa yang udah terjadi kemarin," kata Lisa yang masih berdiri di sisi samping ranjangku. Pandanganku langsung beralih padanya menunggu penjelasannya dengan cemas, "Tama nemuin loe pingsan di kantornya. Dia langsung panggil ambulance dan loe di bawa ke sini dalamkurun waktu lima belas menit. Waktu loe dipindahin masuk, loe sempat sadar beberapa me
Baca selengkapnya

Thirty two

"Luna," panggil Tama.Dia memanggilku Luna? Padahal selama seminggu ini dia selalu memanggilku sayang tanpa ada embel-embel memanggil namaku.Tapi sekarang, cara dia yang memanggil namaku, aku jadi mengetahui alasan berbedanya arti kedua nama itu. Aku pikir panggilan sayang itu digunakannya saat dia harus berbicara serius denganku dan membutuhkan perhatian dariku. Dan ternyata aku salah. Panggilan sayang itu ternyata untuk wanita yang dia temui di bawah tangga. Wanita yang dia hibur karena bakatnya yang luar biasa dalam melukis. Sayang itu wanita yang menarik perhatiannya dan wanita yang dia inginkan untuk terus selalu bersamanya. Sayang itu ... istrinya.Dan Luna ... dia itu hanya wanita asing. Bukan hanya wanita asing, dia itu sosok yang harus dia ajak berinteraksi meski sebenarnya dia enggan.Dan sekarang, aku menjadi Luna.Nada suaranya yang dingin membuat Lisa bergerak. Dia melangkah mendekat ke kami dan berdiri ditengah-tengah kami, "Tam, ini bukan waktu yang tepat. Loe kan tahu
Baca selengkapnya

Thirty three

Otakku menjadi blank karena jawaban Tama "Aku nggak pernah bohong ke kamu soal ini," ualangnya.Aku beberapa kali membuka dan menutup mulutku sebelum bersuara, "Tapi aku ingat jelas kejadian itu. Aku yakin aku pernah ke sana. Aku juga ketemu Sheila waktu itu."Tatapan Tama tiba-tiba membuatku bimbang seketika. Sebenarnya apa yang sudah terjadi?"Lis ... " Tama memanggil wanita itu tanpa mengalihkan pandangannya dariku."Gue juga dengar." Ekspresi Lisa terlihat bingung. Dia menatap Tama dulu sebelum beralih untuk menatapku, "apa loe bakal tanya ke gue siapa yang bohong diantara kalian?"Aku menyanggah, "Tapi aku nggak bohong ..."Tama mengalihkan pandangannya, "Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa dia malah dapat ingatan palsu sekarang?"Lisa menatap Tama karena tuduhan yang dilayangkan kepadanya."Ingatan palsu? Loe bercanda?" Dia menyangkal ucapan Tama yang tidak masuk akal menurutnya.Seberapa tidak masuk akalnya ingatanku, hal itu tetap membuatju berpikir keras. Jantungku pun sampa
Baca selengkapnya

Pria Asing

"Pas aku sadar dari koma setelah kecelakaan itu. Aku dapat penjelasan dari dokter soal retaknya tulang rusukku sama lecet dibagian lengan. Sampai kemarin aku masih mikir kalau itu akibat dari kecelakaan, tapi kemarin ... waktu Sheila datang dan aku ingat tentang kejadian itu aku mancing dia soal luka cakaran. Dan ternyata emang itu bukan luka karena kecelakaan."Lisa menatap Tama tajam, "Gimana menurt loe sekarang. Gue udah sering kasih tahu loe soal sekertaris loe yang naksir berat sama loe. Dan lihat apa yang terjadi sekarang? Dia bertingkah seolah loe itu punya dia," lalu dia beralih ke Damar, "gue juga kasih tahu loe soal ini. Dan apa yang loe bilang ke gue? Nggak usah dipikirin." Nadanya tinggi saat mengatakan kalimat itu. Dia terlihat marah.Damar mengelak, " Karena hal ini lumrah terjadi di dunia perkantoran dan juga bukan hal baru ya emang nggak masalah. Selama dia lakuin tugasnya dengan baik dan sesuai deadline apalagi yang harus dipermasalahkan? Kita nggak bisa main asal pec
Baca selengkapnya

Menilik Kisah

Kenapa jawaban dari pertanyaan ini sangat penting untukku?Saat Tama menatapku sendu aku langsung tahu makna dari tatapannya itu. Dia tidak ada niatan untuk menjawab ... dan itu membuatku semakin bertambah emosi meski aku sudah memperkirakan hal ini sebelumnya. Jika aku tetap memaksakan diri untuk berpikir keras, hantaman dahsyat yang sangat menyakitkan itu pasti akan datang lagi.Aku tersentak tanpa sadar.Tama menyadari hal itu. Dia langsung menggenggam tanganku lembut, "Kamu pasti capek-"Aku mendorong tangannya, "Aku lagi tanya soal pernikahan kita," kataku tegas.Wajahnya menggelap saat itu juga, tapi aku sudah terlanjur memulai apa yang harus dibahas, dan aku juga harus menyelesaikannya, "Hubungan apa yang kita jalani? Apa kita benar-benar berjuang untuk hubungan ini? Apa aku pernah cinta sama kamu?" ucapku nanar sebelum melanjutkan, "aku kan udah pernah bilang kalau aku punya banyak pertanyaan dan kamu bilang bakal jawab kalau sudah waktunya. Kapan waktunya? Kalau bukan sekaran
Baca selengkapnya

Jujur

Ternyata yang aku dapat hanya keterdiaman dari Tama. Dia menghela nafas kasar, "Kamu harus istirahat," ujarnya, "kita bisa bahas ini lain kali. Aku bakal panggil perawat buat periksa kamu." Tapi jika cerita soal hal ini ditunda, aku pasti bakal lupa. Dan hal ini akan terkubur. Bagaimana jika aku berubah pikiran suatu saat nanti? Kalau aku lupa mungkin ini bakal terus terkubur. Dia membantuku untuk tidur kembali seraya menyamankan posisiku dan membenarkan selimutku juga. Aku menahan tangannya dan membuat dia menoleh padaku. "Amnesia Disosiatif," kataku, "penyebabnya bukan karena kecelakaan. Lebih kompleks karena amnesia ini dipicu oleh masalah psikologis, seperti trauma atau depresi." Kalimatku berhasil membuatnya berhenti dan kembali duduk di sampingku, "Trauma? Depresi? Lisa bilang gitu?" Aku mengangguk, "Sebenarnya aku juga kurang tahu aoa penyebabnya karena aku amnesia, tapi Lisa bilang mental healthku sedikit terganggu, karena menurut pengamatan dia dari cerita yang aku cerita
Baca selengkapnya

Refreshing

Aku menyaksikan air laut yang merendam kakiku. Sesekali aku menggerakan jemariku, aku yidak bisa menahan senyum senangku sekarang. Kemarin padahal aku masih berada di dalam ruangan di salah satu rumah sakit besar dan masih dalam kondisi terguncang parah karena hampir saja kehilangan bayi dalam kandunganku. Dan tadi pagi, Tama berinisiatif membawaku keluar dan menyupiriku sendiri untuk datang ke tempat ini. Hanya kami berdua dengan jarak perjalanan yang lumayan memakan waktu. Tiga jam perjalanan. Aku tidak tahu kemana tujuan kami karena mobil terus melaju ke daerah terpencil dan sepi yang sangat jarang dilalui orang. Dan masih mencoba menerka saat perjalanan berlanjut keluar dari jalanan utama dan masuk ke jalan sempit yang dipenuhi pohon-pohon pinus di sekelilingnya. Menurutku itu sangat mengerikan apalagi hanya ada mobil kami di dalam sana. Bagaimana jika ada orang jahat yang sudah menunggu kami di dalam? Perjalanan kembali berlanjut. Kali ini sepertinya kami sudah sampai ke tempat
Baca selengkapnya

Bertukar Cerita

Menurutku alasan yang membuat Tama membawaku pergi hingga ke tempat ini merupakan jawaban dari pertanyaanku semalam. Aku ingin bebas meskipun sejenak.Tetapi ... Setelah tadi mendengar soal rumah, aku langsung teringat saat-saat aku datang pertama kalinya ke penthouse. Ketika itu aku bingung dan tidak familiar dengan tempat ini. Ada rasa frustasi yang bercongkol dan aku merasa kenapa tempat ini tidak terasa seperti ... rumah. Dan ternyata tempat itu bukan tempat tinggal utama kami."Loe kelihatan lebih baik sekarang," ujar Lyan sambil tersenyum lembut."Benaran?" Tama langsung bangkit dari posisi menyendernya dan melangkah mendekat ke arahku, "menurut loe juga gitu?"Melihat Tama yang ikut masuk dalam percakapan kami membuat Lyan tergagap, "Dia udah nggak kelihatan pucat kayak kemarin ... "Tama menatapku intens sesaat dan mengangguk sambil tersenyum, "Gue kira cuma gue yang sadar soal itu."Dan soal rumah yang dibicarakan Lisa tadi. Rumah yang bagaimana?Aku merasakan ada sesuatu ya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status