Sesaat pandangan Satya menerawang, lalu ia menggeleng lemah. Ia benar-benar seperti terlempar ke lubang gelap, jatuh dan terpukul. “Jangan memelihara ular kalau tidak ingin terkena bisanya. Kamu harus singkirkan Handoko secepatnya.” Helaan napas panjang keluar dari mulut Satya. “Terima kasih infonya, Hendrijk.” Satya tidak mampu lagi berkata-kata. Pikirannya mulai centang-perenang dan hatinya kelut-melut. Bisa jadi yang dibicarakan Pak Handoko dalam rekaman sebenarnya bukan rencana pertama, melainkan rencana entah keberapa. “Well, mengurus perusahaan memang tidak mudah, Kawan. Ada banyak kepala dan pikiran. Ada banyak kemauan. Tapi itulah seninya.” Hendrijk tidak kehilangan optimisme. “Kamu masih muda dan pintar, pasti bisa membawa bisnis keluargamu lebih besar. Handoko hanya masalah kecil.” Lelaki Belanda itu menjentikkan jari kelingking. “Pasti mudah bagimu untuk membereskan orang itu.” Satya tersenyum getir. “Yah, teori dan kalimat-kalimat motivasi memang selalu mudah diucapkan
Baca selengkapnya