All Chapters of Kubeli Suamiku Dari Keluarganya: Chapter 11 - Chapter 20

51 Chapters

Kemalangan Demi Kemalangan

"Rum Rum ....""Rio, bertahanlah!" tiba-tiba hening. "Bang Rio kenapa?" teriakku menggigil. Tidak satu orang pun yang mendengar. Ingin rasanya menangis. Jantungku gemuruh hebat. Apa yang terjadi pada suamiku, Tuhan? Mondar mandir melupakan Alya yang sudah duduk sempurna menatap bingung ke arahku."Mama, ngapain kayak setrikaan? maju mundur?" tanya Alya heran. Tanganku gemetar. Kupeluk Alya ketakutan.Napas ini tidak lagi beraturan tarikannya. "Rio terpeleset di kali, ada ular tadi, Rum. Rio ... eh Rio dipatuk, sekarang gak bisa ngomong, tolong, Rum! panggilin keluarga sekarang. Pergi ke rumahku katakan pada Kinanti untuk menyiapkan mobil. Kita bawa Rio ke rumah sakit?" "Apa!" Rio-ku kenapa? Lemas sudah kaki ini. Penjelasan Gilang membuat tubuhku rasa melayang tak berpijak pada Bumi. Suamiku tercinta, lelaki yang begitu mencintai meski dengan cara sederhana. Tuhan ... tolong dia!Dalam keadaan bingung, kalut entah harus melakuka
Read more

Mencari Biang Keladi.

"Dik," panggil Bang Rio setelah membuka netranya yang beberapa waktu lalu tertidur. Aku menyeka ujung mata, tanpa sadar ternyata aku ikut terlelap di sampingnya. "Iya sayang, Rum di sini," jawabku mendekat kewajahnya. Kugenggam tangan berinfus itu, mentransfer kekuatan agar hatinya tenang. "Mama, mana?" tanyanya lemah. Betapa ia anak yang berbakti. Andai saja Bang Rio tahu seperti apa watak asli ibunya itu. Ah, aku tidak tega mengatakannya. Suatu hari Bang Rio akan melihat sendiri seperti apa Wanita yang ia anggap malaikat itu di belakangnya. "Tadi di sini, mungkin pulang sebentar, atau ke depan. Apa mau Rum cariin?" tawarku basa-basi. Tante Sari tidak pamitan entah ke mana. Aku curiga, bercampur bingung, entah mengapa hati ini menangkap' signal waspada, melihat tingkah ipar dan Tante Sari yang berbisik melirik Bang Rio saat pingsan membuat aku bertanya-tanya.Apa mereka merasa senang dengan kejadian yang menimpa suamiku?Sekarang aku ikut bingung mau menjawab pertanyaan Bang Rio
Read more

Kalian Hanya Menumpang!

Setelah mendapat penjelasan dari dokter mengenai serum, obat dan kadar dosis yang harus diminum Rio. Aku memutuskan pulang. Bang Rio lebih dulu sampai karena memakai mobil Kinanti. Sedangkan aku sengaja singgah di pasar bersama Rivo. Aku juga sengaja menyuruh Mili membawa Alya. ada sesuatu hal yang harus aku kerjakan yang tidak boleh ada yang tahu. Entah mengapa aku punya firasat yang tidak nyaman dan tidak enak untuk kurasakan Tapi aku tidak tahu mengapa tiba-tiba merasa seperti itu.Rivo info Aku sengaja pulang bersamaku sedangkan Aliya walaupun sedikit drama menangis dan merajuk Ia tetap kupaksa untuk satu mobil bersama Bang Rio dan Kinanti. Rivo anak lelaki, dia tidak peka dengan sekitar. Makanya lebih baik di pulang denganku.Berbeda dengan Alya. Apapun perbincangan di dalam mobil. Aku pasti bisa mengorek dari Alya nantinya. Anak perempuan itu memang tidak sama dengan anak lelaki. Aliya meskipun masih berusia kecil dan belum sekolah tapi putriku itu sangat peka terhadap gunjingan
Read more

Fakta Mengejutkan

"Setelah memastikan suamiku baik-baik saja di sini, sebelum enam puluh hari aku akan kembali untuk membawa suamiku, bukan hanya suamiku saja, Tante. Tapi aku akan membawa segala aset di kampung ini. Apa Tante paham! Aku pastikan warisan yang acap kalian ributkan akan berpindah nama." Ucapanku begitu tegas. Tante Sari tampak shock mendapat perlawanan.Ia terbelalak kaget. Tidak menyangka aku yang biasa memilih mengalah kini melotot melawan ucapannya. Bahkan memanggil diriku dengan sebutan 'aku' bukan 'Rum'***"Kamu itu ya, Rum. Ngomong kok sombong sekali. Aset kampung plus warisan. Tidak usah terlalu banyak ngehalu, takutnya kamu depresi. Mending jualan risoles, bakwan atau apa saja yang bisa menyambung nafkah anak-anak kamu. Kalian sekeluarga memang cocok hidup makan halu, tak ada bedanya dengan si Yuni. Bisa-bisanya kamu ngehalu bakal jadi tuan tanah di sini. Bangun ... jangan mimpi!" Tante Sari mengibaskan tangannya. Aku tertawa mendengar balasan Tante Sari. Terlihat jelas ia men
Read more

Bunglon Profesional

Hari ini aku baru saja selesai mencuci baju Alya dan Rivo, kemudian berencana akan bicara kembali kepada Bang Rio tentang tinggal di kota. Semoga saja suamiku itu mengijinkan kami, dan aku terhindar dari nenek sihir yang ada di rumah ini.Baru saja kakiku melangkah ke dalam dapur tiba-tiba nenek sihir yang kumaksud sudah di depan mata.Entah ke mana Mili, Dini dan Jini, sepertinya trio kwek-kwek itu tidak terlihat di rumah ini, lebih tepatnya jarang terlihat. Tapi aku tidak kepo apa yang mereka kerjakan di luar, di dalam maupun di sekolahan.Terutama setelah mengetahui semua cerita Bang Rio tentang sosok Om Santoso dan Tante Yuni, semua cerita itu membuatku shock, agak sedikit kasihan melihat nasib Tante Sari yang di duakan, dengan kepongahan dan kesombongannya, aku semakin yakin bahwa Tante Sari punya kelainan jiwa.Mana ada di atas dunia ini yang menandatangani keputusan suaminya boleh menikah lagi kecuali karena sakit jiwa. Jiwanya sakit karena ambisi harta.Aku melangkah tergesa-ge
Read more

Mulai Bertaring

"Mau gimana lagi, Ma, untung Kak Kinan mau minjamin kita duit. pokoknya Dini gak mau tau. Dini wajib kuliah. Titik." Gelegar suara Dini mengangetkan aku yang sedang memotong wortel. Pinjam. Kinan. Bukannya kemarin itu duitnya Bang Rio. Sedari pagi mereka berdebat soal kuliah, dan segala tetek bengkel keuangan. Kalimat Dini membuat Tante Sari menatapku lalu mengarah Ke Dini dengan emosi. "Kenapa Dini bilang pinjam Kinan, Tante? bukanya kemarin Bang Rio ngasih Tante Duit," potongku pada pembicaraan mereka. Tentu saja aku tidak suka, jerih payah Bang Rio, jadi Jerih payah Kinanti. Apalagi sebenarnya duit itu untuk usaha kami. Harta satu-satunya yang dimiliki suamiku. "Ini urusan ibu dan anak. Bukan urusan kamu, urus saja si Alya dan Rivo," jawab Tante Sari cuek melotot padaku. Lalu ia seolah memberi kode pada Dini. Agar nanti saja melanjutkan perbincangan mereka. oh ... jadi! sama anak sendiri dia berani menyembunyikan fakta. Apalagi sama orang lain. "Tentu saja sekarang menjadi ur
Read more

Mulai pasang strategi

"Ssst. Dia sudah pergi." Suara bisikan itu terdengar jelas saat aku berlalu. Ohh jadi ini bagian dari rencana Tante Sari mendekatkan Kinanti dengan Bang Rio. Awas kalian! Akan kubalas mereka semua. * "Bang, uang kita sudah tidak ada. Pesangon kamu, sudah sama Tante Sari semuanya. Sedangkan kita tidak tahu, esok atau lusa seperti apa tinggal di rumah ini. Rivo harus pindah sekolah jika memang kita tinggal di sini dalam jangka lama. Sedangkan Alya butuh asupan nutrisi." Aku tengah memijit telapak kaki Bang Rio sambil mengutarakan unek-unek, keadaan yang kelak akan menimpa karena seluruh uang pesangon sudah diberikan pada Tante Sari, ibunya. Jangan Tante Sari mengia aku akan diam saja. Meskipun seorang menantu harus rela bersabar demi mertua tetap saja aku pandai pandai membuat Bang Rio pro padaku. "Dik, papa meninggalkan luka pada hati mama, kamu sudah tau itu, sakit pasti. Abang tidak ingin menambah rasa sakit itu dengan mendurhakainya. Yakinlah! mama juga seorang wanita. Sisi
Read more

Mencari Tahu

Cerai!" Teriakan kecil yang begitu bahagia keluar dari kerongkongan Tante Sari. "Iya, Ma. Tadi Mas Gilang teriak malahan pas ngomong, 'ia Kinan ... Sekarang kau sah tidak lagi jadi istriku. Haram kau kusentuh' begitu bahasanya, Ma," adu Mili berapi-api pada Tante Sari sambil memamerkan struk pembayaran SPP di atas tikar. "Wah ... Bagus. Jadi si Rehan gi mana? Harusnya anak itu juga dibawa ayahnya," tepuk Tante Sari begitu semangat. Matanya berbinar, seakan ia baru saja menerima jackpot miliyaran."Enggak, malahan tadi nangis kejer. Ternyata si Rehan itu bukan anaknya Bang Gilang. Kasian juga ya, Ma. Anak kecil belum ngerti apa-apa. Tapi ngalamin nasib begitu. Kira-kira siapa di kampung ini pacarnya kak Kinanti? sampai menghamili tanpa Mas Gilang tau, tapi menurut Mili Mas Gilang baik juga. Kabarnya dia udah lama tau Rehan bukan anaknya, tapi masih menerima Kak Kinanti. Artinya dia cinta banget sama Kak Kinanti."Kulihat Dini masuk dari arah dapur, wajahnya menyiratkan tak senang at
Read more

Rayuan Kinanti

Malam tiba. Sayup suara adzan isya berkumandang. Aku membawakan nasi dan lauk sup yang sudah kubuat spesial untuk Bang Rio. "Abang makan dulu, ya," suapku pada Bang Rio. Ia mengangguk, memberi tempat pada dudukan. "Alya sama Rivo sudah makan, Dik?" Aku menyuruh ia makan, yang diingat justru dua kurcaci kecil miliknya. Tentu saja Alya dan Rivo lebih dulu kuberi makan. Sebelum empat penyihir itu makan masakanku. "Alhamdulillah sudah.""Kamu sendiri sudah makan?""Perut seorang ibu akan terasa kenyang saat anak-anaknya bahagia dan merasa nyaman.""Dik, kenapa bilang begitu?" Bang Rio mengusap rambutku. Ia memang acap melakukannya untuk menenangkan aku. "Bang, kalau Rumi gak salah, selain pesangon, kita juga punya jamsostek untuk dicairkan, ya kan, Bang?" Hati-hati sekali aku memulai pembicaraan, aku tak ingin labi-labi penghisap darah itu mengetahui kalau kami masih punya simpanan cadangan. Suara sengaja kupelankan.Rencana yang telah kususun. Aku tahu, suamiku ini sangat lemah te
Read more

Bertengkar

Maafkan Rum, Bang. Rum harus melanggar titah abang. Ini semua demi kebaikan kita bersama, demi keutuhan rumah tangga kita. Demi masa depan anak-anak kita nantinya. Aku mengetik pesan pada Hen. Tidak ada jalan lain. (Hen, kirim aku duit dua digit. Sekarang.)(Baiklah) balasnya dengan cepat. Setelah Kinanti pulang dan Tante Sari mengekorinya dari belakang. Aku kembali bercerita tentang niatku pada Bang Rio."Abang hanya ingin kamu di sini nemenin abang, Dik! In sya Allah abang segera sembuh kita kembali ke kota." Lelakiku itu menunduk. "Ya, tapi berapa lama? Sebulan dua bulan ... " Aku menahan lidah untuk tidak banyak bicara. Laki-laki yang tidak lagi memiliki apa-apa akan mudah tersinggung. "Bagaimana sekolah Rivo. Dia butuh kuota, butuh perlengkapan buku dan sebagainya, ditambah signal di sini kurang bagus. Rum harus manjat rumah orang mencari signal agar Rivo bisa daring," jelasku berusaha membuat Bang Rio mengerti. "Satu hari, dua hari. Tetangga mau mengerti, kalau sampai seti
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status