Beranda / Romansa / DILEMA DUA HATI / Bab 111 - Bab 120

Semua Bab DILEMA DUA HATI : Bab 111 - Bab 120

195 Bab

Adegan Romantis

Naima menahan napas lalu mengembuskan perlahan-lahan dan bersikap tenang. Semua semata-mata agar ia tak terbawa emosi. Masalah Sultan nanti saja ia komunikasikan dengan Gu yang tahu dengan dunia kesehatan. Yang jelas gadis itu merasa ada yang tak beres dengan orang yang dikatakan teman masa kecilnya. Dan yang paling penting sekarang ialah keluar dari hutan itu agar tak tersesat berlama-lama dengan dia saja. “Sinyal, oh, sinyal, muncullah kalian.” Naima menaikkan ponselnya tinggi-tinggi. Lagi-lagi satu batang tanda sinyal pun tidak muncul. Ia keluar dari mobil lalu naik ke kap depan, Sultan membelalakkan mata melihat tingkah Naima. Gadis itu mencari sinyal agar bisa menghubungi pamannya, dan meminta siapa pun membawa minyak dan menjemput mereka di sini. “Kurang tinggi sepertinya.” Pemilik dua ekor serigala itu naik ke atap mobil. Sultan mendekat dan ia mulai naik ke kap. “Naima, apa yang kau lakukan?” tanya Sultan heran, padahal ia lihat gadis itu sedang memegang ponsel, begitulah a
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-20
Baca selengkapnya

Menagih Janji

Lama Naima dan Sultan mengunggu kedatangan jemputan Ali. Mereka sudah sangat muak dan geli melihat kemesraan David dan Silvi. Tidak pengertian terhadap dua orang yang sama-sama menyendiri di hadapan mereka. Sin dan San, tak ambil pusing sama sekali, mereka tidur pulas di bawah butiran salju. “Iuuuw, serasa dunia punya kalian berdua saja,” gerutu Naima, ia membuang muka ketika Silvi dan David saling tersenyum mesra. Ia pikir-pikir lagi, dulu juga dirinya begitu ketika baru jatuh cinta bersama Dimitri. Dunia serasa milik mereka berdua yang lain hanya menyewa saja. “Itu dia ada mobil datang.” Sultan membuyarkan lamunan Naima. Gadis itu menarik napas lega ketika satu jeep datang menjemput mereka. Reihan, Afnan dan salah satu tentara lainnya turun. Naima meminta agar mobilnya diisi minyak terlebih dahulu. Ia tak mau naik jeep lain sebab mobil tersebut pemberian suaminya. Reihan—pemuda itu memandang sambil tak percaya kalau Sultan masih hidup. Sedangkan Afnan bahagia melihat sahabatnya ma
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-20
Baca selengkapnya

Mengundi Nasib

“No, no, no, no.” Naima menggerakkan telunjuknya. Senyum di balik cadar itu terlalu jelas sampai ke mata bahwa ia sedang menertawakan nasibnya sendiri. “Yes,” jawab Ali. “Kau sudah berjanji, sebagai muslimah bermartabat, penuhilah janjimu,” lanjut Ali. “Aku tak mau menikah dengan anak kecil.” Gadis berambut kemerahan itu masih keras kepala. “Beda usia cuma tiga tahun. Anak kecil dari mana? Seperti itu saja sudah hampir tiga anaknya.” Ali menunjuk wajah Sultan dengan jelas. Yang ditunjuk hanya senyum-senyum sendiri saja. “Tidak!” “Iya!” “Pernikahan tidak bisa dipaksakan. Salah satu rukunnya mempelai perempuan harus bersedia.” Pemilik dua ekor serigala memanfaatkan pengetahuannya. “Baik, kalau tak mau dengan Sultan, malam ini juga kau Paman nikahkan dengan Reihan. Intinya kau menikah.” Ali mengambil tongkatnya lalu berusaha memanggil Reihan, semakin paniklah Naima. “Jangan Reihan, tolong. Aku tak suka dengan lelaki mata keranjang seperti dia.” Gadis itu menghalangi pamannya berj
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-20
Baca selengkapnya

Emotional Damage

Bagian 114 Emotional Damage “Janda, janda, janda,” ulang Naima berkali-kali, “baru enam jam aku tertidur bangun-bangun sudah jadi istri orang, mana anak kecil lagi.” Istri Sultan sedang berada di luar, ia bermain bersama Sin dan San. Wanita itu meninggalkan suaminya sendirian di kamar karena masih terkejut dengan semua yang terjadi. Hanya beberapa jam saja, semudah membalikkan telapak tangan. Dua ekor serigala kembar itu meninggalkan Naima, mereka berlarian menyusul kedatangan Sultan yang mencari Naima. Sepasang suami istri yang sama-sama menggunakan jaket tebal. Bedanya Naima tak mengenakan syal sedangkan Sultan menggunakannya, pemberian dari Maira. Kata keponakannya hadiah pernikahan. Naima betah berlama-lama di luar membiarkan tubuhnya terkena butiran salju. Inginnya ia bermain ice skating seperti saat bersama Dimitri dulu. Sayang sekali sepatunya tertinggal di desa. “Semoga ini hanya mimpi saja. Lalu aku tidur lagi dan bangun, dan kejutaaaan, ternyata aku masih menyendiri.” Na
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-20
Baca selengkapnya

Sabaar

Maira keluar dari kamar dan turun ke lantai satu. Tempat yang dulunya merupakan ruangan pertemuan para petinggi dan anak-anak yang akan dicuci otaknya kini benar-benar digunakan untuk tempat tinggal Ali dan keluarga besarnya. Gadis bermata biru itu menuju dapur, dan pemandangan pertama yang ia temui di sana ialah Naima yang sedang makan roti dan Sultan yang menyodorkan makanan. Sebenarnya bukan pertama kali juga Maira melihat hal itu, sudah sering ayahnya melakukan hal yang sama. Selain rasa makanan yang jauh lebih enak dan tentu saja ibunya kerepotan juga kelelahan mengurus adik-adik Maira yang kecil. Kini gadis yang telah menyelesaikan pendidikannya itu berpikir, mungkin itu salah satu cara pamannya mengambil hati kakak angkatnya. Karena sedikit banyak ia tahu kisah mereka berdua dulu. “Katanya kemarin tidak enak, Kak, roti dan acar bawangnya. Kenapa sekarang Paman sampai buat lagi?” tanya Maira. Ia ikut menikmati roti buatan Sultan dan juga perlengkapannya. “Beda hari beda seler
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-20
Baca selengkapnya

Mengunjungi Guru

Dengan menggunakan taksi, Naima dan Sultan pergi ke kantor catatan pernikahan. Sebelumnya pihak di sana sudah ditelepon oleh Ali sebagai wali dari Naima, juga beberapa saksi juga video asli tanpa editan tentang pernikahan mereka. Kini keduanya hanya perlu mendaftarkan secara resmi saja. Kebetulan pula antrian sedang panjang. Jadi terpaksa sepasang suami istri itu menunggu agak lama. Di musim salju pernikahan memang membludak. “Ramai sekali orang yang daftar,” ucap Naima mencari tempat duduk. Hanya tersisa satu saja yang kosong, dan Sultan membiarkan istrinya duduk. Sepasang demi sepasang pengantin dipanggil. Mereka keluar setelah mendapatkan kartu. Satu demi satu akhirnya pergi juga dan tersisa beberapa pasangan lagi. Sembari menunggu Naima tak berbicara apa-apa. Pun Sultan juga demikian, sebab tak mau menimbulkan kesalah pahaman akibat gangguan pendengaran. Ketika sedang menunggu, tak sengaja pula lewat satu ekor kecoak di hadapan beberapa pengantin itu. Pengantin wanita di depan N
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-20
Baca selengkapnya

Baju Tidur

“Pertama, aku ingin bertanya dulu. Kau ingin bertahan atau lepas darinya? Sebab nasehat yang akan kuberikan tentu berbeda tergantung keputusan yang kau ambil.” “Kalau aku pilih melepaskan?” “Lepaskan dari sekarang, sebelum terlalu jauh, kasihan anak orang tersiksa karena mengharapkan cinta darimu.” “Maksudnya gugat cerai?” “Iya,” jawab guru Naima tanpa keraguan. “Jangan-jangan, mengerikan sekali. Bisa murka Paman dan Bibi padaku. Kalau aku pilih bertahan?” “Maka kuncinya, yaitu, sabar. Kau diberikan suami yang pendengarannya rusak, itu satu kekurangan yang sebenarnya boleh dijadikan alasan untuk berpisah. Tapi, kalau kau mencari suami yang sempurna sampai kiamat pun tak akan kau temui. Manusia ini ada kekurangannya, apa pun itu jenisnya. Karena memiliki kekurangan itulah dipertemukan dengan yang mau menerima apa adanya. Barangkali di satu sisi dia kekurangan, tapi di sisi lain ada kebaikan yang tak kau sangka sama sekali. Sekarang aku tanya, adakah selama dua hari ini kelebihan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-20
Baca selengkapnya

Kesempatan Dalam Kesempitan

Naima duduk menjauh dari Sultan. Suaminya bersantai di kasur dengan menggunakan selimut tebal. Remote untuk menghidupkan mesin penghangat ruangan sengaja Sultan sembunyikan di dalam baju. Tujuannya hanya satu, agar Naima mau mendekat padanya. Namun, agak sulit meruntuhkan keyakinan gadis itu. Ia masih bertahan duduk di dekat jendela, sembari memeluk dirinya sendiri. Suaminya terlalu menakutkan ia lihat. “Dingin,” ujar Naima menggigil, giginya hampir bergemeretakan. Sultan memang tidak bisa mendengar. Namun, ia tahu dari bibir istrinya yang berasap bahwa wanita itu mulai tersiksa. “Kemarilah. Aku tak akan memakanmu.” Sultan membuka selimutnya lebar-lebar. Naima memejamkan mata. Ke sana seperti diterkam harimau. Bertahan ia bisa kena hipotermia. “Aku takut. Ya Allah, maafkanlah hamba, masih tidak sanggup berdekatan dengannya.” Wanita berambut kemerahan itu menekuk kakinya lebih erat. Semakin ia tahan, semakin dingin rasanya. Selimut hanya satu pula dan semua dikuasai Sultan. Memang h
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-20
Baca selengkapnya

Restaurant Jepang

Cukup lama keduanya menanti petugas datang membawa mobil derek. Maklum, di musim salju seperti ini sekolah saja libur, tempat-tempat umum kecuali yang pelayanan publik buka lebih lambat. Selama satu jam sepasang suami istri itu kedinginan menanti kedatangan orang bengkel. Saat datang Naima begitu tak sabar agar mobil itu selesai hari ini juga. “Tidak bisa selesai sekarang, ini jenis mobil milik tentara. Spare partnya tidak tersedia di bengkel,” ucap orang yang datang. “Jadi?” tanya Naima. Perasannya mulai tidak enak. “Tinggalkan nomor telepon saja, semoga dua hari sudah selesai.” Petugas itu menyodorkan ponselnya. Sultan meraih dan memberikannya pada Naima. Penjinak bom tersebut belum punya ponsel baru setelah peperangan. “Kenapa harus dua hari, tidak bisakah besok selesai?” desak Naima. Petugas bengkel itu mulai kesal mendengar tuntutannya. Dan Sultan paham apa yang dirasakan lelaki itu. “Sudah, terima kasih, nanti hubungi saja kami kalau sudah selesai. Assalammualaikum.” Sultan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-20
Baca selengkapnya

Shopping

Sultan memegang bahunya karena sakit luar biasa digigit oleh Naima. Wanita yang baru menjadi istrinya selama tiga hari itu sepertinya terkena pengaruh Sin dan San yang sangat kuat. Hampir berdarah, jelas sekali. Apakah penjinak bom itu marah? Tentu tidak. Ia takut diterkam lagi oleh serigala betina yang sedang kelaparan. Salahnya juga menceramahi orang yang baru bangun. “Ayolah, kita pergi cari makan di luar,” ucap Sultan selesai keluar dari kamar mandi. Sakit itu hanya ia tahan saja. Naima menuliskan pesan pada suaminya agar sekalian membeli setidaknya dua helai baju. Pakaian mereka hanya itu saja yang dicuci kering pakai, terutama pakaian dalam. Sultan hanya mengangguk saja. Ia tahu satu toko besar yang menjual kebutuhan barang harian dan buka 24 jam kemudian tutup hanya ketika masuk waktu sholat saja. Agak jauh, tetapi masih bisa untuk berjalan kaki. Sultan meraih tangan Naima, wanita itu menarik napas sebentar, dan akhirnya ia mulai terbiasa untuk berjalan bersama. Ya, mau bagaim
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-01-20
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
20
DMCA.com Protection Status