Semua Bab Melahirkan Anak untuk Sang Miliarder: Bab 31 - Bab 40

138 Bab

Olahraga Bersama Xander

Membuka pintu kamar mandi, Tania keluar dengan dress yang sudah berganti menjadi piyama. Ia berjalan ke arah tempat tidur. Tapi saat melewati cermin meja riasnya, ia berhenti.Tania memundurkan langkahnya dan berdiri di depan cermin. Ia menatap pantulan dirinya di cermin. Lalu mengangkat piyamanya ke atas hingga memperlihatkan perut buncitnya.Tania menggerakkan badannya ke kiri dan kanan. Melihat bentuk perutnya dari berbagai arah. Kemudian tersenyum. Memeluk perutnya dengan kedua tangan.Tania kembali ke ranjang. Naik ke kasur dan memasukkan kakinya ke dalam selimut. Ia menyenderkan kepalanya ke kepala ranjang. Tangannya memegangi perutnya lagi."Kenapa kau tidak menendang lagi? Aku ingin merasakannya," ucap Tania dengan pandangan ke perutnya. Meski ia merasa sedikit sakit saat bayinya menendang, tapi entah kenapa ia malah menikmatinya?Tania merasakan gerakan bayi di dalam perutnya untuk yang pertama kali. Dan ada perasaan haru yang dirasakannya. Entah kenapa ia sangat senang hanya
Baca selengkapnya

Terlalu Terbawa Perasaan

Xander berjalan pelan dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana. Ia berjalan pelan di belakang Tania yang berjalan seperti siput dengan langkah sedikit pincang. Bahu wanita itu merosot turun. Tampak lesu sejak bertemu dengan pemilik club malam tadi."Lea."Xander memanggil, tapi Tania tidak mengindahkan panggilannya. Entah mendengarnya atau tidak, wanita itu tidak menoleh sama sekali dan terus berjalan.Xander berdecak. Ia melangkah lebar untuk menghampiri Tania. Langsung mengangkat wanita itu tanpa aba-aba. Menggendongnya dengan gaya bridal. Tania terkejut. Tangannya refleks melingkar di leher Xander karena takut jatuh. "A-apa yang kau lakukan? Turunkan aku," pintanya dengan kakinya digoyang-goyangkan."Diam. Kau akan jatuh!""A-aku bisa berjalan sendiri." Tania malu diperhatikan oleh orang-orang yang melewati mereka. "Dan aku akan melewatkan penerbanganku, karena menunggu jalanmu yang seperti siput."Tania memajukan bibir bawahnya. Ia tidak bisa berjalan cepat, karena lu
Baca selengkapnya

Pelecehan Lagi

"Molly! Kembalikan bonekaku!" Tania berlari mengejar anjingnya yang membawa lari boneka beruang yang diberikan Jonathan dari permainan mesin capit. Anjing itu menggigit telinga bonekanya dan membawanya kabur.Tania berhenti sebentar ketika napasnya mulai tidak beraturan. Lalu mulai berlari lagi. "Molly–"Bruk!Tania terjatuh. Tetapi bukan di lantai yang keras. Ia menabrak seseorang dan terjatuh di atas tubuhnya. Di atasnya tubuh Xander.Terkejut, Tania langsung bangun. Berdiri dengan kesusahan. Wanita itu meletakkan tangannya di dada Xander. Mencoba berdiri. Lalu menjauhkan tangannya lagi saat sadar apa yang ia lakukan. Xander bangun lebih dulu, lalu menarik Tania berdiri. Ia menatapnya tajam. "Kenapa kau ceroboh sekali, Lea?" geramnya rendah. "Sifat ceroboh mu ini yang akan membahayakan dirimu sendiri dan bayimu. Apa kau tidak mengerti itu?""Maaf." Tania menundukkan kepalanya. "Aku hanya ingin mengambil bonekaku yang dibawa Mol–" Ia baru teringat Molly dan boneka yang dibawanya. Ia
Baca selengkapnya

Ada Apa dengan Sera?

Sera mengetuk-ngetukkan jemarinya di meja. Menunggu dengan tidak sabar, kapan dirinya akan dipanggil ke atas panggung sana. Karena kiprahnya yang sangat peduli dengan penderita AIDS, Sera mendapatkan penghargaan pada AIDS Healthcare Foundation–lembaga yang menangani urusan HIV/AIDS di negeri Paman Sam. Acara yang sedang didatanginya saat ini.Sera ingin acara ini segera selesai dan pulang, karena tidak tahan dengan rasa sakit di perutnya yang tiba-tiba saja datang. Ia meringis tanpa suara."Ada apa?" tanya Xander yang menyadari perubahan raut istrinya. Ia menggenggam tangan Sera. "Kenapa tanganmu dingin sekali?" Ia merasakan dingin dari tangan istrinya menjalar ke tangannya.Sera membuka bibirnya. Ingin mengatakan pada Xander ketika ponsel lelaki itu yang ada di atas meja berkedip menyala.Xander menekan beberapa angka untuk membuka kunci di ponselnya. Wajahnya mengeras setelah melihat beberapa saat apa yang ditampilkan di layarnya. Sera juga sekilas melihatnya."Aku harus pergi. Tel
Baca selengkapnya

Perlindungan Xander

Xander membuka pintu. Berjalan ke arah ranjang, di mana Sera berbaring dengan posisi membelakangi pintu. Ia naik dan berbaring di sebelahnya. Meletakkan tangan di perut Sera dan mengelusnya lembut.Sera yang memang belum tidur membuka mata. Tidak melakukan apapun hingga beberapa saat kemudian ia berbalik. Menghadap Xander."Masih sakit? Aku akan memanggil dokter untuk memeriksa mu."Sera menggeleng. Menatap Xander lamat. "Maaf sudah marah-marah tidak jelas padamu. Aku hanya sedang sensitif saja," ucapnya. Perasaannya menjadi lebih sensitif karena sedang datang bulan. Apalagi diikuti perutnya yang terasa sakit, membuatnya ingin melampiaskan kemarahannya saja. "Kau bisa mengatakan padaku jika memang sedang tidak menyukai sesuatu." Xander merasa Sera sedang memendam sesuatu, tapi tidak ingin disampaikannya. Sera mengangguk. Jujur ia merasa cemburu ketika Xander terlihat terlalu dekat dengan Tania. Padahal ia tahu suaminya memberikan perhatian padanya hanya karena bayi mereka. Tidak seh
Baca selengkapnya

Anakku?

Tania terbangun di pagi hari dan Xander sudah tidak ada di kamarnya. Wanita itu masih berbaring di ranjang.Tatapannya mengarah pada langit-langit kamar. Mengingat kembali kejadian tadi malam.Tania merasa sangat takut saat itu. Takut sekali. Tapi kehadiran Xander yang langsung membuatnya merasa tenang. Berada didekat lelaki itu, Tania merasa dilindungi. Xander selalu datang di saat ia membutuhkan pertolongan.Jadi tidak salah jika Tania ingin selalu berada didekat lelaki itu bukan? Karena sekarang ia kembali takut. Ketukan yang terdengar di pintu membuat Tania menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Wanita itu berdiam di dalam sana. Bahkan ketika pelayan memanggil."Nona? Nona sudah bangun?"Tania tidak memberikan jawaban. Tapi kakinya bergerak-gerak di dalam selimut."Sarapannya sudah siap, Nona. Nona tidak mau turun? Tuan dan Nyonya sudah menunggu di bawah untuk sarapan bersama.""Tidak mau," gumam Tania dari dalam selimut. Wanita itu tidak menunjukkan wajahnya sama sekal
Baca selengkapnya

Empat Cup Es Krim

Tania menaikkan kakinya setelah pelayan membantunya melepaskan sepatu, berbaring di ranjang, dan lang memejamkan mata. Ia merasa lelah. Tidak hanya tubuh, tapi pikirannya juga.Tania lelah dengan apa yang terjadi. Ketakutan yang dirasakannya. Iris mata hazel itu terbuka kembali. Mengusap perutnya.Setidaknya sekarang, bayi di perutnya yang menjadi penguatnya. Bayi laki-laki yang akan menjaga ibunya nanti. Ya, jenis kelamin bayi Tania adalah laki-laki. Ia tidak sabar melihatnya. Menggendong dan memeluknya. Tania mengusap perutnya penuh sayang.Tania tersentak, langsung melarikan matanya ke arah jendela ketika mendengar suara ketukan. Tapi bukan dari sana suaranya. Itu suara dari ketukan pintu yang diketuk oleh pelayan yang ingin mengantarkan makanan ringan untuknya.Tania lagi-lagi menakutkan sesuatu yang tidak ada. Ia menggeleng. "Lupakan, Tania, lupakan," gumamnya berusaha menghilangkan pikiran buruk apapun yang ada di kepalanya. Ketakutannya. Karena ia yang stres akan memberikan pe
Baca selengkapnya

Menyukai Xander?

Tania bangun dari posisi tidurnya. Duduk diam dengan mata mengedip-ngedip lambat. Matanya terasa berat, tapi tidak bisa tidur. Tania menatap jam dinding yang jarum pendeknya berhenti di antara angka sepuluh dan sebelas. Ia kemudian menapakkan kakinya ke lantai. Lalu berjalan keluar dari kamar.Tania turun ke lantai bawah. Wanita dengan blus longgar semata kaki berwarna putih itu pergi ke dapur. Mengambil beberapa makan ringan dan membawanya ke sofa di ruang tamu. Ia duduk di sana sambil menonton televisi dengan volume suara kecil, karena takut menganggu Xander dan Sera yang pasti sudah tidur. Tania jiga tidak menyalakan lampu.Seraya memakan cemilannya, Tania mengganti saluran televisi. Mencari saluran yang disukainya. Bibirnya tersenyum melihat konser salah satu boyband Korea. Pertama kali melihatnya, Tania mulai suka dan tertarik dengan hal-hal yang berbau Korea. Apalagi dengan orang-orangnya yang cantik dan tampan."Nanti jika sudah lahir, aku ingin kau mirip sepertinya." Tania me
Baca selengkapnya

Lukisan Penuh Makna

Sera merapikan kerah kemeja Xander setelah sebelumnya memakaikan dasinya. Lalu mengusap dada sebelah kanan yang terbalut kemeja biru itu dua kali. "Sudah.""Terima kasih." Seperti biasa, setelah Sera memasangkan dasinya, Xander akan mengucapkan terima kasih dengan kecupan di bibir."Sepertinya kau harus mulai belajar memakai dasimu sendiri, X," ucap Sera sembari membantu Xander memilihkan jas yang cocok dikenakan dengan kemeja birunya. "Tidak mau. Kenapa memangnya?" "Setelah bayi kita lahir, aku akan sibuk mengurusnya. Jadi kau harus belajar melakukan semuanya sendiri tanpaku." Xander mendesis pelan. "Tidak masalah. Aku bisa mencari perempuan lain yang bisa memasangkan dasiku," jawabnya kelewat santai dengan tujuan menggoda istrinya.Sera langsung memukul pelan dada Xander. "Awas saja kau sampai berani," ancamnya dengan mata melotot.Xander terkekeh. Ia menarik pinggang Sera, membaliknya untuk memeluknya dari belakang. "Mau sesibuk apapun dirimu, kau tetap harus ada waktu untukku."
Baca selengkapnya

Xander dengan Gips dan Arm Sling

Pintu mobil ditutup setelah Sera dan Tania masuk ke dalamnya. Supir kemudian menjalankan mobilnya untuk pulang ke rumah. Tania menatap ke jalanan. Melihat pemandangan saat Sera memanggilnya. Wanita itu menoleh ke samping."Iya?" jawab Tania dengan senyum. Ia juga hanya tersenyum ketika mendapati Sera beberapa kali menatapnya dengan tatapan yang tidak dipahaminya. Tania tidak mencoba bertanya atau mengatakan apapun setelah melihat Sera dengan seorang lelaki di museum tadi. Apalagi dengan pembicaraan yang mereka bicarakan.Sera melirik supir di depan sebelum berkata. "Adrian adalah temanku saat kuliah. Aku dan dia tidak ada hubungan apapun," jelasnya dengan nada cukup pelan.Tania menanggapi dengan membuat bibirnya membentuk bulatan. Mengangguk-angguk. "Jangan mengatakannya pada Xander. Aku tidak mau dia salah paham," pinta Sera serius. Ia mengecek ponselnya untuk melihat pesan atau panggilan yang ternyata tidak ada.Tania mengangguk lagi dan Sera tersenyum. Tania kembali menatap kelu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status